4. Masih Flashback

Dokter! Dokter!" pekik Reza yang segera berlari keluar memanggil dokter.

"Papah.." teriak Sintia yang merasa takut kehilangan papahnya. Sintia begitu menyanyangi papahnya karena semenjak ibunya meninggal, Sintia hanya tinggal berdua bersama papahnya.

Tidak berapa lama seorang dokter dan perawat pun segera bergegas ke ruangan Pak Eko. Dokter itu segera memerika keadaan Pak Eko. Beruntung Pak Eko masih bisa diselamatkan dan tidak apa-apa. Kini kondisi Pak Eko kembali stabil.

"Mohon pasien jangan terlalu diajak banyak  bicara," ujar dokter itu.

"Pasien terkena serangan jantung, jadi mohon untuk tidak membuat pasien khawatir atau memikirkan hal-hal yang berat," tambah dokter itu lagi dan segera meninggalkan ruangan setelah menyuntik Pak Eko.

"Siap dokter," jawab Reza yang menganggukan kepalanya.

Setelah melihat kondisi papahnya tadi membuat Sintia berfikir. Mungkin ia harus menerima perjodohannya menikah dengan Reza. Dengan menikah bersama Reza, Sintia berharap papahnya akan segera pulih kembali. Sintia tidak ingin jika ayahnya kenapa-kenapa dan berharap lekas sehat seperti sedia kala. Meski Sintia tidak pernah menyukai atau  mencintai Reza, tapi dia harus melakukan ini demi ayahnya.

Beberapa jam setelah tidur karena pengaruh obat, Pak Eko pun akhirnya terbangun. Sintia yang sejak tadi menunggunya disofa, segera berlari menghampiri papahnya.

"Papah," ujar Sintia yang langsung memeluk ayahnya.

"Pah, aku mau dijodohkan dengan Reza," ujar Sintia lirih. Meski sangat terpaksa, tapi Sintia harus melakukan hal ini demi kesembuhan papahnya.

"Apa nak? Apa papah tidak salah dengar?" tanya Pak Eko yang merasa tidak percaya dengan apa yang didengarnya.

"Iya pah benaran, aku mau dan sudah disiap menikah," tambah Sintia lagi.

Mendengar hal itu membuat Pak Eko sangat senang. Ia tidak menyangka jika putrinya akan setuju dengan keputusannya.

"Bagaimana Reza, apa kamu juga setuju dengan perjodohan ini?" tanya Pak Eko memastikan.

"Saya juga setuju pak, saya siap menikahi bu Sintia," jawab Reza sopan.

"Papah senang mendengar kabar bahagia ini, mari kita persiapkan acara pernikahan kalian," ujar Pak Eko yang begitu antusias. Seketika Pak Eko pun mulai sehat dan tidak berapa lama, ia pun diperbolehkan untuk pulang.

Beberapa hari setelah kepulangannya dari rumah sakit, Pak Eko pun mulai sibuk menyiapkan acara pernikahan anaknya. Anak satu-satunya yang ia sayangi. Pak Eko hanya ingin Sintia mendapatkan laki-laki yang terbaik. Melihat sosok Reza, Pak Eko sangat yakin dengan pilihannya.

Akhirnya hari bahagia itu datang. Hari ini adalah hari dimana pernikahan Sintia dan Reza akan dilangsungkan. Disebuah gedung yang cukup mewah, semua dekorasi yang ada ditempat itu pun terlihat. Dekorasi yang didominasi warna putih serta bunga-bunga segar semakin menambah keindahan tempat itu.

Setelah semua keluarga hadir dan tamu-tamu mulai berdatangan, acara ijak qobul pun segera dilaksanakan.

"Saudara Reza Rahardian, saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan Sintia Azkya binti Eko Wijaya dengan mas kawin berupa emas murni 100 gram dan seperangkat alat sholat dibayar tunai," ujar pak penghulu sambil menyalami tangan Reza.

"Saya terima nikah dan kawinnya Sintia Azkya binti Eko Wijaya dengan  mas kawin tersebut dibayar tunai," timpal Reza yang mengucapkan ijab qobul itu denga satu helaan  nafas.

"Bagaimana saksi sah?" tanya penghulu kepada para saksi.

"Sah," jawab semua orang yang menyaksikan pernikahan itu.

"Alhamdulillah," ujar Pak Eko yang langsung mengamini karena akhirnya putrinya bisa menikah dengan laki-laki yang tepat.

"Silahkan suami mincium kening istri, dan istri mencium punggung tangan suami. Semoga pernikahan kalian menjadi keluarga yang sakinnah, mawwadah dan warrohmah," ujar pak penghulu  yang turut mendoakan.

"Aamiin," jawab beberapa orang yang mengamini doa pak penghulu.

Sementara Reza dan Sintia hanya saling pandang saat mendengar ucapan pak penghulu.

"Ayo nak," titah Pak Reza.

Perlahan tapi pasti Reza pun mencium pucuk kepala Sintia, begitupun sebaliknya Sintia yang langsung mencium punggung tangan Reza. Tidak seperti pernikahan pada umumnya yang merasa bahagia saat hari pernikahan tiba.  Mereka berdua justru terlihat begitu kaku, sebab pernikahan mereka memang bukan kenginan mereka.

Selesai acara ijab qobul itu, kedua pengantin menuju orang tua Reza dan menyalami Pak Eko. Setelah bersalaman  dan meminta restu, mereka bergegas menuju pelaminan, tamu undangan pun segera mengantri untuk memberikan ucapan selamat, bahkan berfoto bersama.

"Sampai kapan acara ini akan selesai! Aku sudah lelah," gumam batin Sintia.

Tak terasa hampir seharian penuh Sintia dan Reza menerima tamu. Kini acara pernikahan itu sudah selesai. Pak Eko sudah menyiapkan sebuah rumah yang cukup mewah untuk mereka tinggali sebagai hadiah pernikahan.

"Sekali lagi selamat ya nak, semoga pernikahan kalian selalu langgeng. Semoga pernikahan kalian menjadi keluarga yang sakinnah, mawwadah dan warrohmah," ujar Pak Eko sambil memeluk anaknya.

"Iya pah. Papah baik-baik ya dirumah," lirih Sintia yang merasa sedih harus meninggalkan ayahnya.

"Papah titip sintia ya nak," ujar Pak Eko yang bergantian memeluk Reza.

"Iya pah pasti, aku akan selalu menjaganya," jawab Reza.

Setelah berpamitan pada kedua orang tua Reza dan pak Eko, akhirnya mereka segera bergegas pergi menuju rumah yang sebelumnya sudah disiapkan. Satu jam kemudian akhirnya mereka tiba disebuah rumah yang  cukup mewah. Sintia berjalan  mendahului Reza. Sedangkan Reza mengekor dibelakang sambil menyeret 2 buah koper besar miliknya dan juga Sintia.

Tak terasa malam kini telah tiba, akan tetapi Sintia justru memilih pisah kamar dengan Reza.  Sintia tidur dikamar utama, sedangkan Reza tidur dikamar yang berada cukup jauh dari Sintia.

"Maaf aku masih belum bisa melakukan itu, sebab aku sedang datang bulan," ujar Sintia yang berusaha menolak secara halus. Padahal sebenarnya ia tidak sedang datang bulan.

"Tidak apa-apa, aku mengerti. Aku harap suatu saat kamu bisa menerimaku," jawab Reza yang selalu bersikap bijaksana. Tidak ada rasa curiga sedikitpun yang ia rasakan. Reza pun segera bergegas menuju kamar yang satunya dengan membawa koper miliknya.

Sungguh naas, seharusnya sebagai pengantin baru mereka mendapatkan kebahagiaan yang sesungguhnya. Tapi tidak dengan mereka berdua. Sintia yang merasa terpaksa tidak mau dirinya disentuh oleh laki-laki yang tidak dicintainya. Sedangkan Reza berusaha untuk tetap bersabar menanti malam pertama itu. Meski ia tidak mencintai Sintia, tapi Reza akan berusaha  mencintainya.

Ditempat lain Pak Eko merasa bahagia karena akhirnya ia bisa menyaksikan putrinya menikah dengan laki-laki yang tepat.

Flashback Off

Mungkin karena itulah yang membuat Sintia selalu tidak menyukai Reza. Bahkan sudah  berbulan-bulan pun Sintia masih tidak  menjalankan kewajibannya sebagai seorang  istri. Reza yang selalu bersabar dan bijaksana tidak pernah mempermasalahkan itu semua. Yang ia ingat hanyalah sebuah janji kepada Pak Eko yang akan selalu menjaga putrinya.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!