13. Akhirnya Menikah

Beberapa hari kemudian, akhirnya kini tiba saat-saat yang dinantikan oleh Sintia. Ya hari ini merupakan hari persidangan antara Reza dan Sintia. Sintia sudah datang sejak awal, sedangkan Reza baru saja tiba di persidangan. Mereka segera masuk dan menjalani proses persidangan seperti biasa.

Satu jam lebih mereka berada diruang sidang. Sebagai wali hakim sudah seharusnya bisa menjembatani dan menyatukan agar setiap pasangan tidak bercerai. Akan tetapi melihat Sintia yang bersikukuh ingin bercerai membuat wali hakim tidak bisa berbuat apa-apa.

Sementara Reza tidak mengucapkan hal apapun karena ia tidak mau jika proses ini terlalu lama. Ia juga ingin segera bebas dari pernikahan yang seperti ini. Dimana tidak ada cinta dan kasih sayang yang terjalin diantara suami dan istri. Beberapa saat kemudian akhirnya wali hakim memutuskan jika pasangan Sintia dan Reza sudah resmi bercerai.

Sintia yang mendengar  hal itu merasa senang dan tersenyum dengan bahagia.

"Akhirnya yang ku inginkan terjadi juga," gumam batin Sintia yang tersenyum simpul.

"Selamat Sintia karena keinginanmu sudah terkabul," ujar Reza sesaat sebelum pergi meninggalkan tempat itu.

"Ya terima kasih," jawab Sintia yang tersenyum simpul.

Setelah persidangan itu selesai Sintia kembali pulang menuju apartemen kekasihnya. Sintia sudah tidak sabar ingin memberitahukan kabar bahagia ini. Satu jam kemudian akhirnya Sintia tiba.

"Aku pulang," ujar Sintia sambil bergegas masuk ke dalam apartemen.

"Akhirnya kamu pulang juga, bagaimana dengan sedangnya? Apa semua berjalan lancar?" tanya Panji.

"Iya sayang semua berjalan lancar seperti yang kita harapkan," jawab Sintia tersenyum  simpul.

"Aku bahagia karena akhirnya kita akan segera menikah," tambah Sintia lagi.

"Ya aku juga bahagia," ujar Panji lagi yang yang langsung memeluk Sintia.

Mereka terlihat begitu bahagia. Mereka sangat senang karena akhirnya mereka akan segera menikah. Sudah sangat lama menantikan hari bahagia ini. Setelah pembicaraan ini, Panji pun berencana untuk mengenalkan Sintia kepada orang tuanya.

Orang tua Panji yang berada diluar kota, membuat mereka harus segera bersiap karena perjalanan mereka yang lumayan jauh. Dulu memang Sintia pernah bertemu dengan orang tua Panji saat mereka masih sekolah. Saat itu mereka belum ada perasaan apa-apa dan menganggap Sintia sebagai teman biasa.

"Apa kamu sudah siap sayang? Ayo kita pergi, perjalanan kita masih panjang," ujar Panji.

"Tunggu sebentar lagi," jawab Sintia yang masih merapikan siarannya dikamar.

Perjalanan mereka yang cukup jauh membuat Panji harus menyiapkan segalanya. Akhirnya tak berapa lama kemudian mereka pun pergi menemui orang tua Panji. Beberapa jam kemudian sampailah mereka di halaman rumah Panji yang cukup luas. Panji memang berasal dari keluarga yang kaya dan terhormat.

Pak Edward merupakan ayah Panji yang memiliki perusahaan besar dikota itu. Beliau merupakan seorang ayah yang tegas namun bijaksana. Sementara Bu Evelin merupakan istri dari Pak Edward yang merupakan ibu dari Panji.

"Mah, pah apa kabar?" sapa Panji yang baru saja masuk ke rumahnya.

"Anak mamah sudah pulang? Mamah baik kamu sendiri bagaimana nak?" jawab Bu Evelin yang langsung memeluk anaknya sebab sudah sangat lama tidak bertemu dengan  anak kesayangannya.

"Aku baik mah, papah dimana?" tanya Panji yang tidak melihat keberadaan ayahnya.

"Ayahmu masih diatas," jawab Bu Evelin.

"Siapa dia?" tanya Bi Evelin lagi yang melihat seorang gadis disamping panji.

"Dia adalah calon istriku mah," jawab Panji.

"Apa? Calon istri?" tanya seseorang dari belakang yang tidak lain adalah Pak Edward yang sedang menuruni anak tangga.

"Iyah, papah apa kabar?" tanya Panji yang langsung menghampiri anaknya.

"Kabar papah baik, jadi ini calon istriku?" jawab Pak Edward yang langsung memeluk anaknya yang sudah lama ia rindukan.

Spontan Sintia segera menghampiri orang tua Panji dan menyalami mereka satu persatu.

"Kamu cantik sekali," goda Pak Edward.

Tanpa berkata apa-apa Sintia hanya tersenyum malu.

"Iya pah, dia memang cantik," timpal Bu Evelin.

Orang tua Panji memang sudah sangat lama tidak bertemu dengan anaknya. Mereka juga sebenarnya sudah sangat lama menantikan anaknya untuk segera menikah. Mereka ingin sekali segera menimang cucu agar dirumahnya ada seorang bayi.

"Jadi maksud kedatangan aku kemari, aku ingin segera menikahi Sintia mah, pah," ujar Panji dengan perlahan.

"Apa? Jadi sekarang kamu sudah bersedia menikah?" tanya Bu Evelin.

"Iya mah, makanya aku datang dan langsung memperkenalkan Sintia,"jawab Panji.

"Tapi apa pekerjaan orang tuamu? Kapan kita bisa bertemu dengan mereka?" tanya Pak Edward.

"Sebenarnya orang tuaku sudah meninggal dunia om, tante," jawab Sintia lirih.

"Maaf, kami tidak tahu," timpal Bu Evelin.

"Aku ingin segera menikahi Sintia bu, kasihan dia sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi," ujar Panji.

"Baiklah kalau memang itu yang menjadi keinginanmu, sebagai orang tua papah hanya bisa mendukungmu," tambah Pak Edward lagi.

Tidak berapa lama setelah pertemuan itu, keluarga Panji segera menyiapkan acara pernikahan yang cukup mewah untuk anaknya. Acara itu dihadiri oleh beberapa sanak saudara dan beberapa orang penting kenalan Pak Edward. Panji dan Sintia pun merasa bahagia sebab akhirnya pernikahan mereka akan segera dilaksanakan.

Tak terasa kini tiba saatnya hari yang dinantikan oleh Panji dan Sintia.

"Selamat, kini kalian sudah sah menjadi pasangan suami istri. Semoga keluarga kalian menjadi keluarga yang sakinnah, mawwadah dan warrohmah. Silahkan suami mengecup kening istri dan istri menyalami punggung tangan suami," ujar pak penghulu setelah menikahkan mereka berdua.

Panji dan Sintia merasa lega dan sangat bahagia karena akhirnya mereka sekarang sudah sah menjadi pasangan suami istri. Panji pun segera mencium kening Sintia, begitupun Sintia yang sebaliknya mencium punggung tangan Panji.

Setelah itu mereka pun menyalami kedua orang tua Panji dan beberapa sanak saudara terdekat mereka. Selesai menyalami keluarganya mereka pun berpindah tempat ke pelaminan untuk menerima tamu undangan yang sudah datang di acara pernikahan mereka.

"Selamat ya bro," ujar salah seorang teman Panji yang memberikan selamat kepada mereka berdua.

"Sama-sama bro, cepet nyusul ya," ujar Panji sambil terkekeh.

"Pasti aku akan segera menyusul kalian," jawab temannya itu lagi.

Sementara Sintia hanya tersenyum mendengar candaan mereka. Tak terasa hampir seharian penuh mereka menyalami tamu undangan. Setelah rangkaian acara beres, mereka pun segera bergegas menuju kamar mereka untuk beristirahat.

Akan tetapi seperti pasangan pada umumnya mereka pun melakukan penyatuan cinta di malam pertama yang indah itu. Hari yang begitu melelahkan namun terasa bahagia setelah malam itu datang.

"Terima kasih Sintia," ujar Panji.

"Sama-sama mas, semoga pernikahan kita akan selamanya seperti ini," jawab Sintia yang menginginkan pernikahannya kali ini menjadi pernikahannya yang terakhir. Sintia hanya ingin hidup bahagia bersama Panji suaminya.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!