2. pertama kali bekerja

Arin bersama teman-temanya mulai memasuki lamaran pekerjaannya. Beberapa bulan pun berlalu tapi masih tidak ada panggilan satu pun. Hingga suatu hari Arin mendapat panggilan disalah satu toko baju bayi dan anak. Untuk pertama kalinya Arin harus interview sebelum bekerja. Dalam interview itu Arin hanya ditanyai beberapa pertanyaan dan mengerjakan soal seperti matematika.

Bagi Arin mengisi soal matematika bukanlah hal yang sulit, dan benar saja setelah diperiksa Arin mendapatkan nilai yang tertinggi. Setelah wawancara dan mengerjakan soal, akhirnya Arin pun diterima bekerja ditoko. Dan besok Arin harus sudah mulai bekerja.

Keesokan harinya Arin sudah bersiap untuk pergi ke toko. Di hari pertamanya Arin menggunakan pakaian hitam putih. Arin datang ke toko itu dengan membawa sebuah surat pengantar yang harus diberikan kepada supervisor. Setelah melihat dan membaca surat pengantar itu akhirnya Arin dipersilahkan untuk mulai bekerja.

"Anda bisa mulai bekerja hari ini," ujar supervisor setelah membaca isi surat itu dan menyodorkan tangannya sebagai tanda selamat datang.

"Terima kasih bu," jawab Arin yang segera menyalami tangan supervisor itu.

Setelah berjabat tangan, Arin pun diarahkan ke toko dan diperkenalkan pada teman-teman yang lain. Semua orang tampak senang saat kedatangan karyawan baru. Tanpa berbasa basi Arin segera diarahkan setiap pekerjaannya. Tidak terlalu berat Arin hanya diminta untuk merapihkan barang yang terlihat berantakan.

Tak terasa sudah 8 jam Arin bekerja, itu artinya Arin sudah boleh bersiap untuk pulang. Hari pertama bekerja membuat Arin merasa lelah.

Ditempat lain Reza justru sedang bertengkar dengan istrinya. Istrinya yang selalu marah-marah dan bersikap tidak perduli.

"Apa dirumah ini tidak ada nasi atau makanan?" tanya Reza yang baru saja pulang bekerja. Setelah seharian bekerja membuat Reza merasa lapar, sehingga saat ia datang ia langsung bergegas ke arah dapur.

"Aku tidak sempat memasak karena aku juga baru pulang," jawab Sintia tanpa rasa bersalah.

"Memangnya seharian pergi kemana sampai tidak sempat memasak! Apa tidak bisa beli saja atau pesan saja lewat online!" pekik Reza yang semakin merasa geram dengan tingkah istrinya yang selalu bersikap seenaknya.

"Sudahlah aku tidak ingin berdebat denganmu!" pekik Sintia yang segera bergegas ke kamarnya.

Sementara Reza yang merasa sangat kesal karena baru pulang bekerja yang seharusnya disambut dengan baik justru malah bertambah lelah. Setiap pulang bekerja ada saja hal kecil yang menjadi pemicu pertengkaran mereka.

Diusia pernikahannya yang baru berusia 3 tahun, Reza dan Sintia masih belum dikaruniai seorang anak. Untuk itu Sintia selalu pergi bersama teman-temannya saat Reza tidak ada dirumah. Sebenarnya Reza sudah muak dengan segala tingkah Sintia, akan tetapi Reza selalu berharap jika pernikahannya bisa diperbaiki.

Sementara Reza yang sudah merasa lapar sejak tadi akhirnya mengurungkan niatnya untuk makan. Reza bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Beberapa menit setelah membersihkan diri akhirnya Reza pergi ke luar untuk mencari makan sebab perutnya sudah keroncongan sejak tadi.

Sintia yang mendengar suara motor Reza hanya melihat kepergian Reza dari balik jendela.

"Mau pergi kemana dia malam-malam begini? Ah sudahlah aku tidak perduli," ujar Sintia yang kembali menutup tirai jendelanya.

Sebenarnya ada mobil yang biasa digunakan Reza, hanya jika jaraknya dekat Reza lebih memilih memakai motor. Sepanjang perjalanan Reza merasa bingung harus mencari  makanan apa. Hingga akhirnya Reza pun memilih untuk memakan nasi goreng saja.

"Pesan 1 pak, pedasnya sedang," ujar Reza yang mendekati juru masak itu. Meski Reza merupakan orang yang cukup berada tapi dia merasa senang mencari makanan dipinggir jalan. Rasanya ada kenikmatan tersendiri yang ia rasakan.

"Siap pak, mohon ditunggu," jawab juru masak itu yang terlihat sibuk memasak.

Ditempat itu begitu ramai oleh para pengunjung. Reza memainkan ponselnya sambil menunggu pesanannya datang. Ia pun membuka media sosial untuk menghindari kejenuhan saat menunggu pesanannya datang.Namun saat melihat ke arah lain Reza seperti melihat seseorang yang ia kenal.

"Bukannya itu Arin?" gumam batin Reza.

"Arin!" teriak Reza yang melambaikan tangannya ke arah Arin.

"Eh kak Reza disini juga?" tanya Arin yang menautkan kedua halisnya.

"Iya, kamu mau makan disini juga? Disini saja," tawar Reza yang mengajak Arin makan bersama.

"Iya kak, aku mau makan disini juga," jawab Arin yang langsung duduk disamping Reza.

Mereka pun akhirnya menunggu pesanan mereka datang. Tidak berapa lama akhirnya pesanan mereka datang juga. Antara Reza dan Arin memang sudah lama dekat. Arin sudah menganggap Reza sebagai kakaknya sendiri. Begitupun dengan Reza yang sudah menganggap Arin sebagai adiknya sendiri.

"Gimana rasanya mulai kerja," tanya Reza yang membuka pembicaraan.

"Lelah kak, ternyata kerja itu cape ya," jawab Arin polos.

"Ya iyalah yang namanya kerja pasti cape. Mana ada orang kerja ga cape," jawab Reza.

"He he," kekeh Arin yang merasa malu karena ucapannya sendiri.

Tidak terasa mereka berbicara begitu lama. Kini saatnya Arin pulang karena besok ia harus bekerja.

"Biar kakak antar pulang ya," tawar Reza.

"Tidak usah kak, aku bisa pulang sendiri," jawab Arin.

"Tapi ini sudah malam loh," ucap Reza yang memperingatkan Arin.

Akhirnya Arin pun diantar pulang oleh Reza, meski sedikit jauh tapi Reza tidak mempermasalahkan itu. Beberapa saat kemudian akhirnya Arin tiba dihalaman rumahnya.

"Terima kasih kak karena sudah mengantarku pulang," ujar Arin setelah turun dari motornya.

"Sama-sama rin, kalau begitu kakak pulang ya," pamit Reza yang segera pergi pulang.

"Siapa yang mengantarmu pulang rin?" tanya Pak Cokro yang melihat anaknya diantar oleh seorang pria.

"Dia teman Arin yah," jawab Arin yang baru masuk kedalam rumahnya.

"Hati-hati berteman dengan laki-laki jangan terlalu dekat," ujar Pak Cokro yang mengkhawatirkan anak gadisnya.

Tanpa banyak kata-kata Arin pun hanya menganggukan kepalanya dan segera masuk ke dalam kamarnya.

Meski Pak Cokro terlihat sangat dingin dan acuh, tapi jauh didalam lubuk hatinya Pak Cokro sangat menyanyangi anaknya. Hanya saja Pak Cokro tidak pernah mengucapkan atau menunjukan kasih sayangnya kepada Arin. Hal itulah yang membuat Arin merasa jika ayahnya tidak pernah perduli kepadanya.

Sementara itu ditempat lain lagi-lagi Reza selalu disambut dengan kemarahan Sintia.

"Kamu kemana aja kok dari tadi baru pulang!" tanya Sintia sinis.

"Aku keluar cari makan, emangnya kenapa?" tanya Reza balik.

"Cari makan kok lama amat!" seru Sintia yang selalu merasa curiga pada Reza.

"Kalau tidak percaya ya sudah, untuk apa juga aku menjelaskan!" geram Reza yang merasa kesal.

Merasa sangat kesal dengan Sintia yang selalu bertanya-tanya dan menuduh hal yang tidak-tidak, Reza pun akhirnya meninggalkan Sintia. Reza segera bergegas pergi ke kamar, sedangkan Sintia sedang menonton televisi dikamar.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!