8. Masih Terbayang

Sudah beberapa hari berlalu, namun Reza masih belum bisa melupakan kejadian itu. Kenangan indah bersama istrinya masih terus membayanginya. Reza ingin lagi merasakan hal yang baru pertama kali ia rasakan. Namun melihat Sintia yang kembali pada sifat aslinya mustahil akan memberikan  hal itu lagi.

Untuk menghilangkan keinginan itu, Reza menyibukan dirinya dengan kembali bekerja. Mungkin dengan bekerja Reza tidak akan menginginkan hal itu lagi. Setelah itu Reza pun mulai mandi dan bersiap pergi ke kantor. Tidak butuh waktu yang lama akhirnya Reza pergi menggunakan motornya.

Mobil yang ada Sintia gunakan entah pergi kemana. Ditempat lain ternyata Sintia sedang bersama kekasihnya Panji. Panji yang merupakan kekasih Sintia sejak masih kuliah dulu. Meski Panji tahu jika Sintia sudah menikah, tapi ia masih tetap mencintainya.

Flashback On

Beberapa hari setelah kepulangan ayahnya dari rumah sakit, Sintia bergegas menemui pacarnya untuk membicarakan masalah yang serius.

"Maaf aku datang terlambat," ujar Sintia yang baru saja tiba disebuah direstoran.

"Tidak apa-apa, duduklah. Aku sudah memesan minuman kesukaan kamu," jawab Panji yang sudah menunggunya sejak tadi.

"Terima kasih," ujar Sintia lagi yang langsung menyedot minumannya karena merasa haus.

"Jadi hal apa yang akan kamu bicaraka? Ada masalah apa?" tanya Panji yang merasa penasaran sebab saat ditelfon tadi ia berbicara begitu panik.

"Begini Panji, sebenarnya aku, aku.." ujar Sintia yang merasa berat untuk melanjutkan kata-katanya.

"Kamu kenapa? Ayo cerita," tanya Panji lagi yang semakin penasaran dengan diamnya Sintia.

"Aku sebenarnya dijodohkan oleh papah," lirih Sintia.

"Apa? Tapi kenapa kamu tidak menolak saja. Apakah kamu tidak mencintaiku?" tanya Reza.

"Bukan seperti itu Panji. Aku sangat mencintaimu, bahkan aku tidak mau kehilanganmu. Tapi aku tidak bisa menolak keinginan papah karena papah sedang sakit keras," lirih Sintia yang mulai berkaca-kaca.

Tidak ada jawaban dari Panji, ia merasa bingung harus menjawab apa sebab ia sangat mencintai Sintia. Tapi saat ia mendengar Sintia akan menikah, perasaannya seolah hancur berkeping-keping. Ia tidak tahu harus melakukan apa.

"Panji, aku mohon katakan sesuatu," lirih Sintia yang melihat kekasihnya kini terdiam.

"Entahlah aku tidak rela jika kamu menikah bersama orang lain," timpal Panji yang kini merasa sedih.

"Aku juga sebenarnya tidak mau menikah bersama orang yang tidak aku cintai, aku hanya ingin menikah denganmu. Tapi melihat kondisi papah, aku tidak tega. Papah bilang ini permintaan terakhirnya," lirih Sintia yang kembali bersedih mengingat kondisi ayahnya.

Panji yang tidak tega melihat Sintia bersedih pun akhirnya mau merelakan Sintia menikah dengan orang lain. Meski sangat berat tapi Panji harus bisa merelakan Sintia sebab semua ini Sintia lakukan hanya demi papahnya. Untuk beberapa saat Panji terdiam, mengingat semua kenangan indah yang pernah mereka lewati bersama.

"Baiklah jika itu sudah menjadi keputusanmu, aku harap kamu akan hidup bahagia bersama orang yang telah papah pilihkan untukmu," ujar Panji dengan terbata.

"Aku sangat mencintaimu Panji, aku melakukan ini hanya demi papah," timpal Sintia.

"Iya aku mengerti, kalau begitu aku akan pulang. Semuanya sudah jelas kan?" pamit Panji.

"Tunggu sebentar Panji, aku masih sangat merindukanmu. Aku masih ingin bersamamu," lirih Sintia yang memegangi tangan Panji.

"Tapi sebentar lagi kamu akan menikah dengan orang lain Sintia," tukas Panji.

"Aku tahu, tapi aku tidak mencintainya. Di dunia ini aku hanya mencintaimu," lirih Sintia dengan mata yang berkaca-kaca.

Melihat Sintia yang terlihat sedih membuat Panji tidak tega meninggalkannya sendiri. Panji kini memeluk Sintia dengan begitu erat. Setelah pembicaraan itu selesai akhirnya kini tibalah waktunya untuk Sintia menikah dengan Reza. Didalam lubuk hati Sintia yang paling dalam ia sebenarnya tidak ingin menikah dengan laki-laki yang sama sekali tidak ia cintai. Sintia melakukan ini hanya demi papahnya saja.

Benar saja, setelah hari pernikahan itu selesai Sintia menjaga jarak dari Reza. Sintia tidak ingin memberikan sesuatu yang berharga dari dirinya untuk laki-laki yang tidak ia cintai. Bahkan setelah Reza pergi bekerja Sintia selalu pergi menemui Panji diluar.

"Maafkan aku karena aku sudah menunggumu terlalu lama," ujar Sintia yang baru datang di apartemen Panji.

"Tidak apa-apa, aku sudah menunggumu sejak tadi," ujar Panji yang langsung memeluk kekasihnya Sintia.

"Bagaimana dengan malam pertamamu? Apa semua itu sangat indah?" tanya Panji yang seolah cemburu dengan kekasihnya.

"Ish apaan sih, aku bahkan tidak tidur satu kamar dengannya," jawab Sintia.

"Apa itu benar?" tanya Panji yang menautkan kedua halisnya.

"Tentu saja benar," ujar Sintia yang merasa kesal seraya melipatkan kedua tangannya.

"Oke, oke aku percaya," timpal Panji lagi yang langsung memeluk Sintia dari belakang.

Sintia yang merasakan hal itu pun merasa senang, karena ia bisa menemui kekasihnya. Tanpa ragu Panji mencumbu setiap jengkal leher Sintia. Sintia yang terbawa suasana pun berbaring diatas ranjang empuk milik Panji. Mereka saling ******* satu sama lain.

Bukannya Sintia melakukan hal itu dengan suaminya, Sintia justru melakukan hal itu bersama kekasihnya. Hingga sesuatu yang tidak diinginkan pun terjadi diantara mereka. Panji merasa senang walaupun tidak menikahi Sintia, tapi ia memberikan segalanya untuk Panji.

"Terima kasih sayang," ujar Panji yang mengecup pucuk kepala Sintia.

"Sama-sama sayang, aku sangat mencintaimu," ujar Sintia.

"Aku juga sangat mencintaimu," jawab Panji.

Tak terasa waktu berlalu begitu cepat, Sintia harus segera pulang karena suaminya pasti akan segera datang. Sintia bergegas pergi dengan menggunakan kecepatan yang sangat tinggi. Namun sayang Reza ternyata datang lebih awal.

"Kamu dari mana saja kenapa jam segini baru pulang?" tanya Reza yang menautkan kedua halisnya.

"Aku dari rumah teman, karena aku merasa bosan seharian berada dirumah," jawab Sintia.

"Apa sebelum pergi kamu tidak bisa menyiapkan makanan dulu atau memesan makanan? Aku sudah lelah setelah seharian bekerja, sekarang aku sangat lapar," pekik Reza yang merasa kesal karena hampir tiap hari Sintia selalu melakukan hal ini.

"Tidak, aku tidak mau memasak untukmu!" pekik Sintia yang berbalik marah kepada Reza dan segera bergegas pergi meninggalkan Reza ke dalam kamar.

Tanpa banyak berbicara Reza pun segera membersihkan diri, setelah itu ia kembali pergi untuk mencari makanan. Reza segera mengeluarkan motornya dan bergegas pergi.

"Mau kemana dia malam-malam begini?" ujar Sintia yang melihat Reza dari balik jendela.

"Sudahlah bukan urusanku, terserah mau kemana pun ia pergi," ujarnya lagi yang segera menutup tirainya.

Flashback Off

Sudah beberapa hari setelah meninggalnyan Pak Eko, kini tidak ada lagi kesedihan yang terlihat diwajah Sintia. Entah mengapa ia bisa melupakan kesedihannya setelah menemui kekasihnya.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!