..."langkahku mencoba menjauh tapi hatiku masih ingin tetap tinggal. "...
...Rika Putri Wijaya...
"Bagaimana dok? ". Tanya Arman kepada dokter yang mengecek keadaan Rika
" Sepertinya mbak Rika sudah bisa pulang mas. " Jawab dokter perempuan yang mengenakan hijab putih.
"Mbak Rika sangat beruntung punya suami seperti mas Arman. Dari yang saya lihat mas Arman sangat mencintai mbak Rika karena terlihat dari bentuk perhatiannya kepada mba Rika. " Ucap dokter yang melepas infus di tangan Rika.
Semuanya hanya menanggapi ucapan dokter dengan senyuman.
Rika memasuki rumah mewah Sanjaya dengan naik kursi roda yang didorong oleh Arman. Rika sebelumnya menolak untuk naik kursi roda tapi Arman memaksanya karena Rika belum begitu terlihat sehat.
"Rika.. " Ayu menghampiri Rika dengan mata berkaca-kaca.
"Ayu... Kamu disini? ". Rika tidak percaya ketika Ayu berada di rumah Sanjaya.
" Iya... Aku dikabari Bagas bahwa kamu akan pulang jadi aku datang kesini. " Ayu memeluk Rika yang duduk di kursi roda.
"Bagaimana keadaan mu? ". Tanya Ayu
" Alhamdulillah baik. " Rika mencoba bangun dari duduknya.
"Hati-hati." Rika dibopong Arman untuk duduk di sofa ruang tamu.
"Assalamu'alaikum". Rian dan Bagas masuk ke rumah Sanjaya dan langsung ikut duduk bersama yang lainnya.
" Wa'alaikumsalam. "
"Rika bagaimana keadaan mu saat ini?. " Tanya Bagas yang meletakkan buah di meja
"Alhamdulillah baik ". Balas Rika.
" Silahkan diminum. " Sinta membawa beberapa gelas minuman dan ditaruh di meja tamu.
"Makasih tante. "
"Kamu, sudah melihat keadaan Rasya? ". Bagas meminum jus yang diberikan oleh Sinta.
" Dia belum sadar. " Jawab Arman singkat.
"Apa yang dilakukan oleh Mita dan Rasya sungguh keterlaluan. " Sahut Rian
"Bukankah cinta mampu melakukan apa saja? ". Balas Bagas dengan memegang remote TV mencoba menemukan saluran televisi yang bagus untuk ditonton.
" Sok banget sih kamu, kayak pernah jatuh cinta saja. " Ayu ikut menyambung pembicaraan.
"Aku jatuh cinta kepada mu ay, dan sampai saat ini belum kamu balas. " Bagas memegang dadanya seolah merasakan sakit di sana. Semua tertawa melihat kelakuan Bagas.
"Apakah Dita benar-benar marah kepada mu?". Tanya Rian
" Aku rasa begitu. Karena aku telah menyakiti hatinya. " Balas Rika yang duduk disebelah Ayu.
"Sudahlah, semuanya akan baik-baik saja. " Ayu memegang erat tangan Rika seolah ingin menenangkan perasaannya.
"Minggu depan kita libur semester. Apakah tidak ada yang mau jalan-jalan? " Tanya Bagas dengan menonton drama korea.
"Kemana? ".
" Sepertinya cuacanya mendukung untuk camping. " Balas Rian
"Sepertinya seru. " Jawab Ayu antusias.
"Kalian akan ikut? ". Tanya Bagas melihat Rika dan Arman bergantian
" Ayolah rik, Bukankah kamu ingin camping?" Ayu seperti memohon ke Rika untuk mau ikut camping karena Ayu tahu Rika paling suka dengan alam. Hal itu yang ia inginkan dari dulu tapi, sekarang tanpa persetujuan Arman tidak mungkin untuk ikut.
"Itu nanti saya akan pikirkan". Balas Rika dengan melihat kearah Arman yang juga melihatnya.
" Gimana man? Rika juga mau sepertinya. "
"Entahlah." Balas Arman.
******
Arman dan Rika menggendong ransel menuju kearah Ayu, Bagas dan Rian yang juga membawa ransel di punggungnya.
Arman setuju ikut camping setelah tahu bahwa Rika ingin sekali camping.
"Ayo". Ajak Ayu ke semuanya
" Bagas... Rian... " Bagas dan Rian yang merasa namanya dipanggil perempuan menolehkan wajahnya ke sumber suara.
"Dinda? ". Arman memandang perempuan yang berjalan ke arahnya membawa ransel.
" Ar-man kamu ikut juga?. " Dinda bertanya dengan masih mengatur nafasnya.
Arman yang mendapat pertanyaan malah melihat Bagas dan Rian seolah meminta jawaban dari mereka atas kehadiran Dinda.
"Eh... Dinda kamu jadi ikut ternyata. " Rian seolah salah mengajak Dinda ikut camping karena Rian pikir Rika dan Arman tidak ikut jadi, dia mengajak Dinda.
"Dinda? Bukankah dia yang bersama Arman di kafe waktu itu? ". Gumam Rika dengan melihat Dinda yang sangat cantik meski sedang berkeringat.
" Ayo jalan. " Ajak Bagas
Perjalanan menuju tempat camping membutuhkan waktu yang cukup lama karena harus melewati jalanan yang berbatu dan terjal.
"Aduh... " Dinda memekik dan memegang lututnya.
"Ada apa? ". Arman yang berada dibelakang Dinda merasa khawatir dengannya.
" Sepertinya aku sudah tidak kuat jalan lagi deh. " Dinda mendudukkan dirinya
"Lalu bagaimana? Ini baru setengah dari perjalanan. " Ucap Bagas dengan memegang kayu yang digunakan sebagai tongkat.
"Kita jalan santai saja dan bawa sini ransel mu biar aku yang bawakan. " Ucap Arman
"Benarkah? Kamu memang baik sekali. " Dinda memberikan ranselnya ke Arman.
"Terimakasih". Dinda memegang tangan Arman dengan menampilkan senyum lebar.
Rika yang melihat hal tersebut langsung membuang wajahnya ke sembarang tempat.
" Ayo jalan. " Ucap Bagas ke semuanya.
Semuanya mendirikan tenda yang dikelilingi oleh pohon-pohon tinggi sehingga bisa menghirup oksigen murni dari pepohonan. Kini matahari memutuskan untuk menenggelamkan dirinya sehingga menjadikan hutan sangat menyeramkan terlebih hanya terdengar suara hewan-hewan disekitar.
Udara dingin yang menusuk sampai ke tulang membuat Arman menyalakan api unggun untuk menghangatkan suhu badan.
"Dingin ya disini. " Ucap Dinda yang menggunakan sweater warna pink dengan menggesek-gesekkan tangannya.
"Iya." Jawab Arman melihat Dinda yang duduk di sebelahnya.
"Eh Rika, kesini lah hangatkan tubuhmu. " Dinda mulai mengenal Rika karena saat ini mereka juga satu tenda. Rika dengan ragu-ragu mendudukkan dirinya disebelah Dinda.
"Apakah kamu sangat dekat dengan Arman?" Tanya Dinda dengan melihat Rika mengarahkan tangannya ke api unggun.
Rika yang mendapat pertanyaan dari Dinda hanya menjawabnya dengan menggelengkan kepalanya.
"Rika kamu tahu tidak bahwa banyak orang yang suka sama Arman? ". Tanya Dinda kembali. Arman yang merasa dibicarakan oleh Rika dan Dinda hanya fokus melihat Rika yang terlihat cantik karena cahaya dari api unggun.
"I-iya." Jawab Rika singkat.
"Lalu, apakah kamu tahu siapa yang dia suka saat ini? " Dinda sangat ingin tahu tentang Arman dari pandangan perempuan lain.
"Tidak."
"Apakah kamu menyukai Arman? ". Rika yang mendapat pertanyaan dari Dinda sangat bingung untuk menjawabnya karena sebenarnya Rika sudah mulai merasakan cinta untuk Arman tapi, tidak memungkinkan untuk menjawab jujur saat ini.
" Pertanyaan macam apa ini? " . Gumam Rika yang memandang Arman dan Arman pun memandang Rika seolah ingin mendengar jawaban Rika.
"A-aku... "
"Hai". Sapa Ayu yang baru datang bersama Rian dan Bagas.
" Dari mana saja kamu? " Tanya Rika ke Ayu
"Aku mencoba jalan-jalan ke hutan. mencoba melihat hutan dimalam hari". Jawab Ayu bercanda
"karena semuanya sudah ada disini lebih baik kita bermain truth or dare. " ucap Dinda.
"oke setuju. " balas Bagas.
Permainan dimulai dengan Bagas memutar botol dan berhenti menghadap Dinda.
"truth or dare? " tanya Bagas dengan memegang botol yang menunjuk Dinda.
"truth."
"oke. siapa orang yang ada di hatimu saat ini? ". tanya Bagas
" aduh sulit sekali pertanyaannya. " balas Dinda dengan tersenyum malu
"harus dijawab. " ujar Bagas
"Arman." spontan kata itu terucap dari Dinda yang saat ini wajahnya merah karena malu.
semuanya memandang Arman dan Rika bergantian seolah ingin melihat ekspresi dari keduanya.
"sekarang aku yang akan memutar botolnya. " Dinda mengambil botolnya dari Bagas dan memutarnya.
"Arman, truth or dare? ". botolnya menunjuk Arman saat ini.
" truth ".
"Siapa yang saat ini kamu cintai? ". tanya Dinda menatap Arman
" Dinda pasti jawabannya. " batin Rika dalam hati.
"sepertinya sudah sangat larut malam lebih baik kita tidur saja. " Rian mengakhiri permainannya bukan karena larut malam tapi mencoba memahami keberadaan Rika saat ini. Rian tahu pasti jawaban Arman adalah Dinda jadi dia mengakhirinya.
"tapi Arman belum jawab. " ucap Dinda.
Arman melihat Dinda saat ini sangat berubah dari gadis lugu yang berpegang teguh dengan agamanya menjadi gadis yang pemberani dan aktif.
"Lain waktu saja. " balas Bagas memasukkan dirinya ke tenda
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments