..."kita punya pilihan dan Tuhan yang punya jawabannya"...
...Arman Sanjaya...
Ujian sekolah sudah selesai semuanya dan hasilnya pun sudah keluar
"Happy graduation baby. " Ucap Dita dengan menggunakan baju kebaya warna biru muda sama dengan Ayu dan Rika kenakan
"Happy graduation. " Balas Ayu dan Rika yang membuat mereka bertiga berpelukkan.
Susana sangat ramai hari ini karena bagi mereka ini adalah awal menuju masa depan mereka dan harus berpisah dengan teman-temannya.
"Rik.. Ternyata kamu disini? Gue cari lo ke mana-mana. " Tanya Ayu yang melihat Rika menyendiri di taman sedangkan teman-temannya yang lain pada berfoto ria untuk mengabadikan momen-momen terakhir mereka jadi siswa SMA
"Em.. Iya" Jawab Rika singkat
"Lo kenapa? Ada masalah ya? " Tanya Ayu memastikan dengan melihat wajah Rika lekat
"Enggak kok" Jawab Rika dengan menggelengkan kepalanya
"Aku melihat di matamu ada masalah. Cerita lah! " Pinta ayu
"Aku tidak punya masalah kok hanya merasa sedih karena akan berpisah dengan kalian saja. '' jawab Rika dengan wajah memandang ke depan untuk menutupi kebohongannya
" Kenapa jauh? Bukannya kita sepakat untuk kuliah di Universitas yang sama? Apa keputusanmu berubah? Kamu mau kuliah dimana? " Tanya Ayu bertubi-tubi dilayangkan karena Ayu penasaran dengan maksud Rika yang akan berpisah dengannya padahal mereka sudah memutuskan untuk kuliah ditempat yang sama.
"Aku belum tahu apakah aku akan kuliah atau tidak. " Seketika air matanya jatuh saat itu juga.
"Kenapa? Bukankah kamu juga sudah dapat beasiswa?" Rika belum menceritakan rencana pernikahan kepada sahabatnya karena di merasa tidak ada alasan untuk menceritakan kepada sahabatnya.
" Iya yu. Tapi orang tuaku tidak mengijinkan untuk kuliah dan aku tidak bisa membantahnya yu. " Balas Rika
"jangan bilang orang tuamu tidak setuju karena masalah ekonomi? ''
" iya. "
"Jadi lo tega rik ninggalin kita? " Tanya Ayu dengan memeluk Rita yang sedang menangis.
Bahwasannya Rika menangis bukan hanya sedih karena harus berpisah dengan sahabatnya tapi dia sedih karena memikirkan pernikahannya yang akan terjadi besok dengan Arman Sanjaya. Meskipun belum pernah melihat wajah calon suaminya karena beberapa alasan Rika masih yakin bahwa yang akan dinikahinya adalah Arman Sanjaya
***
Di hotel Lu minor
Gaun putih dan riasan di wajah Rika membuat dirinya terlihat sempurna bagi orang yang menatapnya.
"Cantik" Kata Mirna sambil senyum melihat Rika yang sudah menggunakan gaun pengantinnya
"Ayo.. Turunlah semua sudah menunggu dibawah. " Lanjutnya
Rika mengikuti semua perkataan Ibunya dengan menggandeng tangan Mirna Rika menuruni anak tangga. Semua mata tertuju kepadanya dan dengan samar Rita mendengar pujian untuknya yang terlihat cantik saat ini. Namun ketika Rika mengangkat wajahnya
Deg.
"Arman" Batin Rika melihat seorang laki-laki yang duduk didepan penghulu dan juga Ayahnya
Semua berjalan lancar mulai ijab kabul sampai dengan acara resepsi yang hanya dihadiri keluarga inti saja.
"Tidak salah aku memilih mu menjadi menantuku. Kamu sangat cantik. " Kata Sinta kepada Rika yang sedang memandangi nya
"Terimakasih tante. " Balas Rika dengan menunduk
"Mama.. Sekarang kamu panggil aku mama. " Kata Sinta dan dibalas dengan anggukan oleh Rika
"Istirahatlah pasti kamu capek" Lanjut Sinta
"Iya ma"
Sinta menggandeng Rika menuju kamar 11 yang telah dipesan untuk pengantin
"Masuklah! " Perintah Sinta dan dibalas anggukan Rika
Dengan hati-hati Rita membuka kamar hotelnya
Deg!
Rika terpaku ketika melihat ada lelaki duduk di sofa dengan mata terpejam. Ya, itu Adalah Arman lelaki yang sekarang menjadi suaminya. Rika pun memberanikan diri dengan melangkahkan kaki melewati Arman yang masih memejamkan matanya.
Rika memutuskan untuk mengganti baju pengantinnya untuk membersihkan dirinya tapi Rika kesulitan membuka resleting bajunya.
"Susah banget" Batin Rika dengan tangan mencoba membuka resleting
Dilain sisi Arman membuka matanya karena terusik dengan Rika yang sedari tadi mencoba membuka resleting tapi tidak bisa.
Tubuh Rika membeku seketika karena tangan Arman membuka resleting bajunya. Rasa canggung yang saat ini Rika rasakan sehingga dia memutuskan untuk cepat-cepat masuk ke kamar mandi.
Sedangkan Arman mengambil bantal dan kembali ke sofa untuk tidur di sana. Namun pikirannya masih terngiang dengan kejadian sebelum dirinya menikah dengan Rika Putri Wijaya
"Pa, Dimas tidak ada di kamarnya. " Ucap Sinta dengan air mata yang jatuh dari pipinya
"Apa? Bagaimana mungkin dia tidak ada di kamarnya. Mungkin dia ada dikamar mandi atau sedang keluar mencari angin ma. " Kata Sanjaya yang menampilkan wajah bingung
"Tidak pa tidak. Dimas sudah pergi sekarang dan dia meninggalkan ini pada kita."Menunjukkan selembar kertas dari kamar Dimas
"Teruntuk Papa dan Mama,
Penenang jiwaku, inspirasiku…
Papa dan Mama yang aku sayangi, semoga keberkahan selalu teriring di setiap langkahmu. Semoga Allah juga selalu melindungi kalian dengan sebaik-baik perlindungan-Nya.
Papa….Mama, ini hanyalah sebuah surat yang tersirat. Ungkapan dari hati anakmu yang sedari dulu disimpannya rapat-rapat, terkunci dalam serangkaian memori yang tersekat waktu. Maaf jika aku tak pernah bisa mengutarakannya, sungguh aku tak mungkin kuat menahan air mata yang mungkin menetes terlebih dulu, jika harus aku mengutarakan langsung kepada engkau
wahai dua pahlawanku.
Papa,mama… yang aku sayangi, sejujurnya aku tak tahu bagaimana aku harus mengawali surat ini. Rasanya waktu benar-benar cepat berlalu ya? Masih sangat jelas dibenak ku, ketika mamah menginginkan aku menjadi seorang dokter dan entah mengapa itu menjadi cita-cita ku saat ini, Dimas ingin cita-citanya tercapai untuk itu Dimas harus rela meninggalkan mama sama papa dan tidak bisa menuruti apa kemauan kalian. Dimas belum siap untuk menikah pa ,ma. Dimas harap mama sama papa bisa memaafkan apa yang Dimas lakukan saat ini. Dimas akan jaga diri baik-baik untuk itu papa dan mama juga diri baik-baik jangan pikirkan Dimas. sekali lagi Dimas minta maaf untuk semuanya.
Wassalamu'alaikum. " Tulis Dimas didalam suratnya
"Pa .. Kita harus bagaimana sekarang? Tidak mungkinkan kita membatalkan pernikahan ini, sedangkan Papa juga bernazar untuk ini. " Tanya Sinta semakin bingung
"Kenapa Dimas melakukan ini padahal dia bisa kuliah kembali setelah menikah. " Kata Sanjaya dengan wajah merah padam
"Kita tidak ada pilihan lain selain tetap melanjutkan pernikahan ini. " Lanjut Sanjaya
"Kesini lah nak. " Panggil Sanjaya ke Arman
Dengan wajah datarnya memenuhi panggilan Papanya yang memang sedari tadi dia perhatikan gerak-geriknya.
"Kau gantikan kakak mu Dimas untuk menjadi pengantinnya. " Ucap Sanjaya tanpa basa-basi
Saat itu juga Sinta dan Arman kaget dengan perkataan Sanjaya
"Pa, apa tidak ada solusi lain?. " Tanya Sinta
"Tidak ada ma. Kamu mau kan Arman? ".
" Kenapa tidak dibatalkan saja pa? Bukankah ini tidak ada pengaruhnya untuk kita? Karena yang punya utang itu keluarga Wijaya bukan kita jadi untuk apa kita memaksa untuk pernikahan ini terjadi? " Ucap Arman membuka suaranya
"Bukan, tapi kita yang punya utang kepadanya, untuk itu papa ingin bagaimanapun pernikahan ini harus tetap terjadi".
" Dan papa minta kamu untuk menjadi pengantinnya. Bersiaplah !" Perintah Sanjaya
Arman tidak tahu maksud perkataan papanya mengenai hutang keluarganya padahal setahu Arman keluarga Wijaya lah yang mempunyai hutang ke keluarganya.
"Sayang.. Mama minta kamu turuti apa kata papa ya. Mama percaya ini pasti yang terbaik untukmu" Ucap Sinta dengan menangis
Arman tidak ada pilihan lain selain menuruti Papanya dengan menggantikan kakaknya menjadi seorang pengantin meskipun Arman tidak mengenal siapa yang akan menikah dengannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments