Tes tertulis lulus, tes selanjutnya adalah tes wawancara.
Pagi yang cerah kembali datang. Harapan mulai menghampiri para pencari kerja. Semangat terus sampai mendapatkan pekerjaan yang diinginkan. Doa yang selalu dipanjatkan tiada henti, semoga cepat mendapatkan pekerjaan.
Seperti biasa Dinda dan Tini bersiap-siap pergi mencari lowongan pekerjaan. Mereka bertemu mba Erna tepat di pertigaan tugu bambu warung bongkok. Mereka naik angkutan umum k 39 c menuju arah terminal. Mobil angkutan umum melaju ke arah terminal. Sampai di terminal mereka turun dari angkutan tersebut. Kemudian berganti angkutan umum lainnya yaitu k 17 ke arah kawasan ejip.
Mereka mengobrol tentang tes tertulis di pabrik yang terletak di kawasan Jababeka kemaren. Harapan mereka semoga saja besok lulus tes tertulis. Meskipun sudah mengikuti tes tertulis, mereka tetap semangat mencari lowongan pekerjaan yang lainnya. Semoga saja untuk hari ini ada lowongan kerja sehingga mereka punya lebih banyak kesempatan.
Mendekati kawasan ejip, mereka bertiga turun dari angkutan umum k 17. Mereka berjalan memasuki kawasan ejip tepat di depan pabrik Sanyo. Menyusuri depan pabrik Sanyo terus berjalan lebih masuk ke dalam terlihat beberapa bangunan pabrik yang besar. Bis jemputan karyawan berlalu lalang di depan mereka, melewatinya. Dalam hati Dinda berkata eh maksudnya berdoa mungkin bahwa suatu hari Dia akan menaiki bis jemputan tersebut aamiin.
Berjalan dari pabrik yang satu ke pabrik yang lain, bertanya kepada pak satpamnya, adakah lowongan kerja. Namun rata-rata semua perusahaan yang di tanya satpamnya menjawab belum ada lowongan kerja. Meskipun tidak ada lowongan pekerjaan, Dinda dan pelamar kerja yang lain masih semangat mencari lowongan pekerjaan.
Hari semakin siang dan semakin panas, Dinda dan Tini serta beberapa orang pelamar kerja yang berjalan di belakang juga di depan, mereka hendak berjalan ke arah ke luar kawasan ejib. Mereka semua akan pulang atau bahkan akan mencari lowongan pekerjaan di tempat lain. Untuk hari ini Dinda dan Tini langsung pulang begitu juga dengan mba Erna.
Dalam perjalanan pulang, mereka bertemu dengan pelamar kerja yang lain. Saling mengobrol bertanya tentang lowongan pekerjaan. Ada yang tahu dan memberitahu di mana ada lowongan pekerjaan. Saling bertukar informasi di mana adanya lowongan pekerjaan.
Di dalam angkutan umum k 17 yang menuju arah pasir Gombong dan terminal Cikarang, mereka masih mengobrol. Tanya asal dari mana, ngontrak di mana, sekedar bahan obrolan. Ada yang turun di depan kawasan Jababeka, ada yang turun di daerah pasir Gombong, sisanya turun di terminal.
Dinda dan Tini juga mba Erna turun di depan terminal. Mereka pindah ke angkutan umum k 39 c. Dari terminal angkutan tersebut menuju ke daerah Cibitung. Namun Dinda dan Tini serta mba Erna turun di Tugu Bambu desa Warung Bongkok. Mereka setelah sampai di Tugu Bambu turun dan berpisah untuk pulang ke kontrakan masing-masing.
Hari yang cukup panas dan terik untuk sinar matahari yang serasa membakar kulit. Dinda dan Tini berjalan bergegas kepanasan karena memang hari itu cukup panas sekali. Di tengah perjalanan pulang, mereka membeli minuman sekaligus makanan. Kemudian meminum minuman tersebut.
Dalam perjalanan, Dinda teringat bahwa air galon di kontrakan hampir habis, Dinda mampir ke warung dekat kontrakan membeli air minum galon. Setelah membayar Dinda berjalan menuju ke kontrakan dengan Tini. Di susul oleh bapak yang punya warung karena baru melihat Dinda, membawa air minum satu galon.
"Owh di sini neng ngontraknya, ini mah bapak tahu yang ngontrak di sini. Mba Lilis kan ya?, Neng baru ya di sini soalnya bapak baru lihat neng disini. Nyari kerja neng?, yang sabar ntar juga dapat Neng. Ngomong-ngomong Neng apanya mba Lilis ya?. Ucap bapak pemilik warung lalu bertanya sambil menunggu Dinda mengambil galon yang sudah kosong.
"Iya pak, Saya baru, mau nyari kerja di sini. Saya teman saudaranya mba Lilis, ini saudaranya mba Lilis pak". Jawab Dinda lalu menunjuk ke Tini yang sedang mengangkat galon ke dispenser.
"Ow gitu ya Neng, ya dah sekarang bapak dah tahu, kalau ada sesuatu apa gitu ada bapak di depan. Ya udah Neng bapak tinggal makasih ya". Ucap bapak pemilik warung.
"Iya pak makasih juga sama-sama sudah bawa air galonnya ke sini". Jawab Dinda.
Kemudian bapak pemilik warung pun pergi kembali lagi ke warungnya. Tini sedang duduk merasa cape setelah mengangkat satu galon air minum ke dispenser. Sedangkan Dinda berada di kamar mandi untuk bersih-bersih.
Setelah bersih-bersih Dinda beristirahat di ruang depan di depan meja televisi. Tini menyusul kemudian, tanpa mereka sadari mereka tertidur di ruang depan tersebut.
Hari telah sore, Dinda sudah terbangun dari tidurnya dan sudah selesai mandi. Tini juga begitu, mereka duduk di depan kontrakan menikmati sore menjelang Maghrib. Sambil ngobrol dengan tetangga, berkenalan, dan membicarakan tentang lowongan pekerjaan.
Mba Lilis pulang, tersenyum, kemudian menyapa Dinda dan Tini yang duduk di depan kontrakan, juga para tetangga kontrakan. Mba Lilis langsung masuk dan segera membersihkan diri di kamar mandi. Setelah selesai mba Lilis ke depan dan bergabung mengobrol dengan Dinda, Tini dan juga para tetangga kontrakan.
"Baru pulang ya mba Lilis?, kok pulangnya jam segini?, lembur?". Tanya Tini.
"Iya, ga lembur sih, tadi jalan macet banget, ga tahu ada apaan, sampai rumah kesorean deh. Gimana tadi ada lowongan?". Jawab mba Lilis lalu bertanya.
"Tadi ke kawasan EJIP mba Lis, PT di sana gede-gede yah, ga ada yang kecil. Cape banget jalannya, satu PT saja lebih dari lapangan sepak bola kali yah. Ya Din, kaki sampai pegal-pegal. Nanya dari PT yang satu ke PT ydng lain rata-rata sama mba jawabannya sedang belum ada lowongan". Jawab Tini sambil ngeluh kakinya.
"Iya mba Lis, PT nya gede-gede semua. Ya gitu, ga ada lowongan kerja eh belum ada. Malah nih ya mba, di pintu gerbang ada papan bertuliskan tidak ada lowongan kerja. Tapi tetap satpamnya kita tanya, terus kata satpamnya gini nih mba, mba lihat tulisan di papan itu sambil nunjuk papannya mba. Terus pak satpamnya ngomong lagi, mba lulusan apa?, ya kita jawab SMA. Terus pak satpamnya nyuruh kita baca itu papannya. Kita baca mba, sudah baca eh satpamnya bilang gini mba, mba bisa baca semua, kenapa masih tanya gimana mba ini. Gitu mba kata satpamnya". Ucap Dinda menceritakan kejadian tadi pagi.
"Terus gimana Din, Tin, kalian langsung pergi?". Tanya mba Lilis melanjutkan.
"Sebelum pergi ya kita ngomong sama pa satpamnya mba. Maaf pak, barangkali ada lowongan kerja, jadi kita tanya sama bapak satpam. Berhubung daripada kita di bilang gimana, ya sudah kita langsung pergi dari pabrik itu". Jawab Tini.
"Iya mba, kita malu kaya ga bisa baca tulisan yang nempel di gerbang. Jadi langsung pergi". Ucap Dinda menyaut.
"Sabar, memang tidak semua satpam seperti itu, tapi ada juga kok yang kalau ditanya jawabnya sopan dan lemah lembut gitu. Tapi itu satpam perempuan heehee". Jawab mba Lilis sambil tertawa kecil meledek.
"Memangnya ada satpam perempuan ya mba Lilis?, Aku kira satpam pabrik laki-laki semua tidak ada perempuannya". Ucap Tini.
"Ada lah satpam perempuan, tapi tidak di depan, biasanya di dalam pabrik. Lha kalau karyawan perempuan mau pulang kerja, periksa dulu semua tasnya badannya di raba tubuhnya. Kan biasa saja ga gimana. Kalau yang raba satpam laki-laki gimana tuh kan bahaya, bukan muhrimnya pegang-pegang, raba-raba ya dosa tho". Jawab mba Lilis.
Karena adzan maghrib sudah berkumandang, pembicaraan mereka berhenti. Semua orang masuk ke dalam kontrakannya masing-masing. Malam pun mulai merangkak naik meninggalkan sore dan senja yang tidak bisa berkomentar lagi.
Nah, gimana kelanjutan ceritanya?, mari simak cerita selanjutnya di episode yang berikutnya. Like, vote, dan komentarnya masih ditunggu. Terimakasih buat yang sudah baca karyaku dan salam sehat selalu untuk semuanya.🙏🙏💪💪🌷🌷
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 133 Episodes
Comments