Dinda diizinkan merantau ke Cikarang.
Keesokan harinya, Dinda sangat semangat. Izin dari kedua orang tuanya adalah jalan untuk memudahkan Dinda mencari pekerjaan. Pekerjaan di luar kota, yang Dinda sendiri tidak pernah ke sana. Dinda hanya yakin bahwa pasti akan mendapatkan pekerjaan. Meskipun harus jauh dari keluarga, namun Dinda percaya bahwa Allah akan memudahkan jalannya. Mencari pekerjaan tidak mudah, karena sampai sekarang Dinda belum mendapatkannya.
Dengan bertemunya Dinda dengan Tini, mungkin ini jalan dari Allah. Selama ini Dinda belum pernah ke luar kota, bahkan jauh dari keluarganya. Karena tak kunjung mendapatkan pekerjaan di kotanya, makanya Dinda berniat untuk pergi ke luar kota yang memberi banyak peluang pekerjaan.
Waktu yang dijanjikan telah tiba. Dinda dan Tini bertemu di tempat yang mereka sepakati. Yaitu di tempat kemaren mereka bertemu. Dinda memberitahukan kepada Tini bahwa Dinda diizinkan untuk pergi mencari pekerjaan di Cikarang.
"Tin, Aku semalam sudah minta izin sama orang tuaku. Mereka mengizinkan ya..dengan syarat tentunya. Mereka bertanya nanti Aku di Cikarang sama siapa, tinggal di mana, dan ya banyak lah yang mereka katakan. Intinya Aku di sana ada orang yang Aku kenal dan orang yang dekat walaupun bukan saudara". Ucap Dinda menjelaskan kepada Tini.
"Kamu jelasin dong Din di sana sama Aku, tinggal dengan saudara sepupu Aku. Nanti di sana kita sama-sama cari kerja. Aku sudah bilang sama saudara sepupu Aku. Katanya ya tidak apa-apa Aku ngajak kamu, tapi nanti makan tanggung sendiri. Maksudnya beli sendiri gitu Din. Ya Aku sih bukannya gimana Din, walaupun Dia saudara sepupu, Aku juga nanti di sana beli makan sendiri. Alhamdulillah ada tempat buat tidur gratis masa iya makan ikut gratis juga Din. Aku ga enak juga sama saudaraku itu. Dia juga di sana ngontrak sendiri bayarnya lumayan mahal, kasihan kalau ikut numpang makan juga. Makanya Aku bilang dulu sama kamu Din, gimana?". Jawab Tini.
"Iya Tin, Aku semalam sudah bilang sama ibu dan bapak. Makanya itu, mereka kasih uang saku lumayan sih buat hidup di sana kira-kira dua minggu. Syukur-syukur Aku di sana cepat dapat kerja, biar nanti bisa gajian dan buat nyambung hidup di sana Tin". Ucap Dinda bahwa Dia semalam sudah mengatakan kepada kedua orang tuanya.
"Ya mudah-mudahan ya Din di sana kita ga lama jadi pengangguran. Mudah-mudahan saja kita dengan mudah dan cepat mendapatkan pekerjaan. Besok pagi jam 6 kita ketemu di terminal ya Din, karena besok sepupuku berangkat. Dia lusa sudah masuk kerja, kan cuma tiga hari Dia libur. Aku sudah siapkan semuanya Din, kalau kamu gimana?". Ucap Tini dan memberitahu keberangkatannya besok pagi.
"Aku belum menyiapkan yang harus di bawa Tin, nanti malam saja. Tadi Aku menyiapkan berkas lamaran yang masih tersisa. Ini tadi foto copi lagi dan foto nya Aku tambahin sekalian. Jadi nanti malam tinggal yang lain". Jawab Dinda menjelaskan.
"Owh ya sudah kalau begitu Din, oh iya jangan lupa ya besok jam 6 pagi di terminal. Kalau begitu Aku pulang Din, masih ada yang harus Aku urus nih sebelum berangkat ke Cikarang. Sampai ketemu besok ya Din di terminal". Ucap Tini yang mengakhiri pembicaraannya dengan Dinda.
"Iya Tin, insyaAllah Aku sampai di terminal jam 6 pagi oh iya busnya apa Tin biar nanti langsung ke loket busnya". Tanya Dinda.
"Busnya Sinar Jaya Din biar langsung sampai ke pul Cikarang. Yang gampangan saja heehee, emang itu sih busnya". Ucap Tini sambil bercanda.
"Kamu itu Tin, ya sudah sampai jumpa besok, hati-hati ya Tin". Ucap Dinda mengucapkan salam perpisahan.
"Iya kamu juga ya Din, hati-hati". Ucap Tini sambil melambaikan tangannya sebelum masuk ke dalam angkutan umum yang di hentikannya.
Dinda pun juga beranjak dari duduknya dan berdiri di pinggir jalan menunggu angkutan umum. Dalam pikirannya, Dinda berharap bahwa nanti di Cikarang akan mudah dan cepat mendapatkan pekerjaan. Dengan begitu tidak membuang biaya terlalu banyak untuk hidup di kota sebelum mendapatkan pekerjaan.
*
Malamnya Dinda menyiapkan beberapa setel baju dan di masukkan ke dalam tasnya untuk di bawa ke Cikarang. Tidak lupa juga memeriksa kembali berkas lamaran pekerjaan yang akan di bawanya pula. Malam itu, ibu dan bapak masuk ke dalam kamar Dinda. Mereka mengajak Dinda untuk mengobrol sebelum Dinda berangkat ke Cikarang.
"Din, kamu yakin ingin mencari pekerjaan di Cikarang?, nanti di sana jangan membuat repot teman dan saudara sepupunya Din. Sebenarnya ibu berat kalau kamu harus merantau jauh dari keluarga. Nanti kalau kamu sakit gimana?". Ucap ibu Dinda memulai pembicaraan setelah duduk di atas kasur Dinda.
"Iya Din bapak juga sebenarnya keberatan, kamu merantau. Kalau bisa nyari kerja di sini saja, yang dekat gitu lho Din. Tapi kalau itu sudah jadi pilihan kamu, bapak sih hanya bisa mendoakan saja. Bapak tahu kamu ke sana karena di sini mencari pekerjaan belum juga dapat kerja. Memang sulit mencari pekerjaan tapi tetap rezeki itu sudah diatur. Allah yang menentukan, sebagai manusia kita hanya bisa usaha dan berdoa. Hanya itu saja Din yang bisa bapak katakan, karena kemaren malam bapak sudah bilang sama kamu". Ucap bapak menyambung pembicaraan ibu.
"Dinda yakin Bu, insyaAllah Dinda mendapatkan pekerjaan di Cikarang. Dinda tidak akan merepotkan, insyaAllah Bu. Ibu jangan begitu, Dinda merantau bukan memang ingin merantau tapi cari kerja Bu. Di sana masih banyak kesempatan, siapa tahu rezeki Dinda di sana. Ibu tidak usah khawatir, Dinda kan sudah besar, insyaAllah bisa menjaga diri dengan baik. Yang penting ibu selalu doakan Dinda agar selalu sehat dan mudah serta cepat mendapatkan pekerjaan. Bapak juga, tolong ya Pa, Dinda akan ingat pesan bapak dan ibu". Ucap Dinda sambil duduk di sebelah ibunya.
"Ibu percaya sama kamu Din, besok jadi berangkat hati-hati ya Din. Ini uang saku buat kamu, cobalah untuk berhemat jangan terlalu boros. Kamu bertahan di sana, jika uang hampir habis dan kamu belum dapat kerja, sebaiknya pulang saja ya Din. Tapi ibu berharap jangan sampai kaya gitu lah ya pa, syukur-syukur kamu di sana tidak lama menganggur. Dimudahkan dan cepat mendapat kerja. Oh iya Din ini no telephon Bu Arman, nanti kalau sudah dapat kerja kasih kabar ya Din". Ucap ibu Dinda yang memberi uang saku dan no telepon tetangga sebelah.
"Iya Bu, insyaAllah Dinda kasih kabar". Ucap Dinda sambil menyimpan no telephon di dalam dompetnya.
"Ya sudah istirahat, besok bangun pagi, nanti terlambat. Yu pa, biarkan Dinda istirahat". Ajak ibu kepada bapak untuk meninggalkan Dinda sendiri di kamarnya untuk beristirahat.
Dinda kini sendiri dalam kamarnya. Setelah mempersiapkan semua barang yang akan di bawanya, Dinda mencoba beristirahat. Mata Dinda mulai mengantuk, namun isi di dalam kepalanya membuat Dinda tidak bisa tidur. Dinda memikirkan bagaimana nanti menjalani hidup jauh dari keluarganya. Dinda berpikir bagaimana Dia akan memulai mencari pekerjaan tanpa tahu kota tersebut. Tidak pernah hidup di Cikarang, tidak tahu sama sekali Cikarang itu seperti apa.
Dinda mencoba memejamkan matanya, entah harus membayangkan seperti apa hidup di sana nantinya. Hidup sendiri terpisah orang tua yang selama ini ada bersamanya di dalam keadaan apapun. Jika Dinda sakit ibunya yang merawat dan menjaganya. Menyiapkan segala kebutuhannya. Tapi nanti di sana, Dinda sendiri. Hanya teman dan saudara sepupunya. Malam yang semakin larut akhirnya membuat Dinda merasa berat untuk tidak lagi menahan rasa kantuknya. Dinda pun tertidur lelap, tertidur di dalam kamarnya yang terakhir sebelum akhirnya merantau.
Thor, berat kali ya. Tidak pernah pergi jauh dari keluarga, apalagi sendiri. Hidup mandiri, mencari pekerjaan demi membantu ekonomi keluarga sampai merantau. Padahal di kotanya sendiri ada kali lowongan pekerjaan, mungkin belum rezekinya ya Thor. Nasib-nasib, mau gimana lagi ya Thor yang penting dapat pekerjaan lah ya Thor.
Ya berat lah Reader, selama hidup belum pernah hidup sendiri berpisah dari keluarga. Tapi demi pekerjaan, semua itu harus dijalani. Kalau kata orang tua dulu, makan ga makan yang penting kumpul. Kata Author nih ya Reader, sekarang kumpul ga kumpul yang penting bisa makan. Mau kerja dimanapun, yang penting bisa memenuhi buat kebutuhan. Kesejahteraan dalam keluarga termasuk dalam hal ekonomi yaitu masalah keuangan.
Ok Reader, masih semangat membaca karyaku ini kaaan. Tunggu kisah selanjutnya di episode yang berikutnya. Like, vote, dan komentarnya di tunggu. Terimakasih buat yang sudah baca karyaku ini. Salam sehat selalu untuk semuanya.☺️☺️🌷🌷
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 133 Episodes
Comments