Episode 8

Meminta izin untuk pergi mencari kerja di Cikarang.

Dinda pulang ke rumah untuk beristirahat. Menjelang sore, Dinda belum berani untuk membicarakan tentang lowongan pekerjaan di Cikarang. Dinda merasa khawatir dan takut serta cemas jika membicarakannya dengan kedua orang tuanya. Pasalnya Cikarang itu daerahnya jauh, butuh 5 sampai 6 jam untuk sampai di sana. Di Cikarang Dinda tidak ada saudara, yang ada hanya sepupu temannya.

Namun karena tekad yang kuat untuk bekerja, akhirnya Dinda membicarakan lowongan pekerjaan di Cikarang. Malam yang mulai beranjak, kedua orang tua Dinda sedang duduk santai di ruang tamu. Dinda duduk tidak jauh dari kedua orang tuanya. Dengan sedikit keberanian namun pasti Dinda memulai pembicaraan.

"Pak, Bu, Dinda mau bicara boleh?, ini tentang lowongan pekerjaan". Ucap Dinda memulai pembicaraan.

"Boleh Din, kamu mau bicara tentang lowongan pekerjaan ibu dan bapak akan mendengarkan". Jawab ibu Dinda.

"Iya Din, bicarakan saja, ada apa sepertinya kamu serius Din?". Ucap bapak kemudian.

"Begini Bu, Pa, Dinda tadi siang mencari pekerjaan. Selama ini, Dinda mencari pekerjaan belum dapat juga. Kebetulan tadi siang saat mau pulang Dinda ketemu Tini. Kata Tini ada lowongan pekerjaan tapi ya itu Bu jauh". Ucap Dinda yang masih setengah arah pembicaraannya.

"Memang jauhnya itu dimana Din?, ya kalau jauh kamu bisa pulang pergi naik kendaraan umum. Kalau kamu cape pulang pergi kan bisa ngekos dekat tempat kerjaan Din". Ucap ibu yang belum tahu di mana tempat kerjanya.

"Nah itu Bu, Pa, Dinda mau ngomong tentang hal itu. Jauhnya itu di Cikarang Bu, Pa. Kata Tini di sana banyak pabrik-pabrik yang buka lowongan pekerjaan. Dinda ingin coba ke sana, siapa tahu Dinda di sana dapat pekerjaan. Gaji di sana juga gede Bu, Pa. Di sini Dinda ga dapat kerja mungkin belum rezekinya, kalau ke sana dapat kerja berarti rezeki Dinda di sana. Apa salahnya Bu, Pa Dinda cari kerja kan yang penting usaha". Jawab Dinda menjelaskan.

"Iya Din yang penting usaha, ga ada salahnya iya kan Pa?". Jawab ibu dan bertanya kepada bapak.

"Iya Bu ga ada salahnya Dinda mau usaha cari kerja entah itu kerja apa dan di mana kalau sudah rezekinya. Yang penting pekerjaannya halal, bapak ya setuju saja dengan niat kamu itu Din. Cuma yang jadi pertanyaan bapak, Cikarang memangnya itu di mana kok jauh. Bapak belum pernah dengar kalau Jakarta sih bapak tahu. Ibu tahu ga Cikarang itu di mana?". Ucap bapak kepada Dinda.

"Bapak ini gimana tho, kalau Jakarta ibu pernah dengar, tapi ga tahu di mana apalagi Cikarang pak pak. Din, memangnya kamu tahu Cikarang itu di mana ?". Tanya ibu ke Dinda.

"Dinda ga tahu Bu, tapi kata Tini itu sebelum Jakarta sekitar 5 atau 6 jam dari sini". Jawab Dinda.

"Ya Allah Din kira ibu jauh di mana, itu sih jauh banget sebelum Jakarta lagi Din. Terus nanti gimana kamu kalau ke sana, sehari ya ga mungkin Din pulang pergi. Pasti nginap, di mana, sama siapa, ongkosnya, buat makan lha apa itu ga dipikirin. Pak dengar kan tadi Dinda ngomong, jauh pa, gimana?". Ucap ibu yang langsung khawatir dan mengatakan hal-hal yang perlu dipikirkan termasuk uang untuk biaya.

"Dengar Bu, apa yang ibu dengar dari Dinda bapak ya dengar juga lawong bapak belum budeg atau tuli Bu. Begini Din tolong jelaskan maksud kamu itu gimana kok bisa ada kepikiran mau ke sana. Mau cari pekerjaan di sana, memang di sana itu sudah pasti?, kamu kan tidak pernah pergi jauh. Gimana nantinya di sana kamu sudah tahu?". Ucap bapak dan bertanya memastikan Dinda.

"Begini Bu, Pa, kata Tini saudara sepupunya kerja di sana. Sekarang pas pulang, Dia cerita sama Tini, kalau di sana banyak pabrik dan ada lowongan kerja. Tini mau ke sana berangkat bareng sama sepupunya, di sana sepupunya ngontrak kalau di sini ngekos. Tini ngajak Dinda ikut berangkat bareng, ya nanti di sana tinggal sama sepupunya Tini dulu Bu Pa. Nyari kerjanya bareng sama Tini, di sana ada sepupunya Tini jadi ibu sama bapak jangan terlalu khawatir. Besok Dinda harus kasih jawaban sama Tini, biar nanti Tini ngomong sama sepupunya. Lusa biar berangkat bareng dari sini eh dari terminal. Gitu Bu, Pa, jadi Dinda minta izin ibu sama bapak. Dinda ingin ke Cikarang cari pekerjaan, boleh ya Bu, Pa?". Ucap Dinda menjelaskan dan meminta izin untuk diperbolehkan mencari pekerjaan di Cikarang.

"Gimana Bu, apa ibu memberi izin buat Dinda untuk pergi mencari pekerjaan di Cikarang. Kalau bapak Din, terserah ibu. Kalau ibu mengizinkan ya bapak sih boleh saja yang penting kamu bisa jaga diri dan jaga kesehatan jangan lupa 5 waktunya. Tinggal ongkosnya nih, gimana Bu, boleh tidak Dinda pergi cari kerja di Cikarang?". Ucap bapak yang menyerahkan izinnya kepada ibu.

"Kamu yakin Din mau ke Cikarang?, nanti kamu di sana mikir apa-apa itu sendiri lho Din. Kalau di sini ada ibu dan bapak. Mau makan ibu sudah masak, kamu cuma bantuin. Mau mandi ada sabun dan odol tinggal pakai. Shampo juga sudah ada kalau mau keramas. Lha di sana serba semua sendiri Din apa kamu siap?".Tanya ibu meyakinkan Dinda.

"Dinda siap Bu, justru itu Dinda nanti berpikir dewasa dan tahu tentang kebutuhan hidup itu apa saja jangan tahunya sudah ada Bu. Dinda jadi lebih mandiri, cari uang sendiri buat semua kebutuhan hidup Dinda. Bahkan nanti insyaallah Dinda kirim buat bantu ibu dan bapak. Jadi tolong ya Bu, izinkan Dinda untuk cari kerja di sana. Gaji di sana lebih besar Bu, Dinda bisa bantu keuangan ibu dan bapak. Boleh ya Bu, tolong Bu, Dinda insyaallah akan jaga diri baik-baik, jaga kesehatan dan jaga 5 waktu kalau bisa heehee. Ya Bu ya boleh, boleh lah ya Bu". Ucap Dinda meyakinkan ibunya untuk memberikan izin.

"Kalau Dinda sudah yakin ya sudah mau gimana lagi iya tho Pa, yang penting tadi yang sudah diucapkan oleh Dinda harus Dinda lakukan. Memang ibu dan bapak tidak bisa mengawasi, melihat langsung tapi Allah yang maha tahu segalanya lho Din. Jadi selalu ingat ya terutama sama Allah apapun itu keadaannya ya Din". Ucap ibu menegaskan.

"Ya sudah tho Bu mau gimana lagi. Bapak ya ngikut ibu saja". Jawab bapak.

"Iya Bu, Pa, Dinda ngerti. Jadi gimana pa?". Tanya Dinda kemudian.

"Gimana apanya Din?. Kan tadi bapak sudah ngomong, kok sekarang nanya bapak lagi gimana tho?". Ucap bapak bingung.

"Kok bapak malah nanya Dinda, ya itu uang sakunya gimana ada apa ngga pa?, buat ongkos dan makan di sana beberapa hari. Syukur-syukur cukup sampai Dinda mendapatkan pekerjaan". Ucap Dinda meminta uang saku dengan terangnya ke bapak.

"Ohw, uang saku ngomong dong Din dari tadi, bapak kan jadi ikutan bingung maklum udah tua. Tuh minta sama ibu ada tidak, Bu ini Dinda minta uang saku buat ongkos hidup di sana di Cikarang". Ucap bapak kepada ibu tanya uang saku buat Dinda.

"Kalau ke sana ya harus banyak tho Pa, ibu cuma punya simpanan 300 ribu tok. Bapak punya ga, kalau ada buat nambahin biar Dinda ga terlantar di sana. Nanti ga bisa makan karena ongkosnya sedikit. Ada ga pa?". Tanya ibu Dinda kepada bapak yang barangkali mempunyai simpanan uang.

"Ada tapi cuma 200 ribu, gimana ga apa-apa Din. Ya uang 500 ribu bapak rasa harus cukup sampai paling tidak satu bulan. Syukur-syukur baru seminggu kamu dapat kerjaan ya ...paling tidak dua minggu lah. Biar kamu punya uang sampai nanti dapat gaji. Kira-kira gimana Din, kamu harus berhemat tapi bukan pelit ya. Hemat itu ya .. sekiranya tidak perlu beli ya jangan beli. Terutama makan jangan karena mau berhemat nanti di sana ga makan, itu pelit, nanti kurus, nanti sakit. Di sini di rumah biasa makan tiga kali sehari ya segitu. Jangan nanti dikurangi jadi dua kali sehari". Ucap bapak yang akhirnya menasehati Dinda.

"Iya Pa, Bu. Dinda akan berusaha dan berdoa agar cepat dapat kerjaan. Ibu dan bapak doain juga biar Dinda sukses cari kerja, dan pulang dengan selamat dan utuh. Besok Dinda kasih tahu Tini, biar nanti lusa bertemu di terminal. Terimakasih Bu, Pa, insyaallah Dinda akan ingat pesan ibu dan bapak.

Percakapan Dinda dan kedua orang tuanya berakhir. Dinda senang sekali bisa diizinkan untuk mencari pekerjaan di Cikarang. Akhirnya Dinda pergi ke kamarnya untuk pergi tidur, beristirahat.

Bagaimanakah kisah selanjutnya, nah simak saja di episode yang berikutnya. Like, vote, dan komentarnya ya. Terimakasih buat yang baca karyaku. Salam sehat selalu buat semuanya. ☺️☺️🙏🙏

Episodes
1 Episode 1
2 Episode 2
3 Episode 3
4 Episode 4
5 Episode 5
6 Episode 6
7 Episode 7
8 Episode 8
9 Episode 9
10 Episode 10
11 Episode 11
12 Episode 12
13 Episode 13
14 Episode 14
15 Episode 15
16 Episode 16
17 Episode 17
18 Episode 18
19 Episode 19
20 Episode 20
21 Episode 21
22 Episode 22
23 Jeda dari author
24 Episode 24. Ternyata mas Nur cinta.
25 Episode 25. Perasaan Dinda.
26 Episode 26. Masa kontrak kerja sudah berakhir dan mulai menganggur.
27 Episode 27. Mencari pekerjaan lagi.
28 Episode 28. Pulang kampung.
29 Episode 29. Kepulangan Dinda di kampung halaman.
30 Episode 30. Melamar pekerjaan melalui BKK sekolah.
31 Episode 31. Tes Tertulis.
32 Episode 32. Pengumuman tes tertulis atau psikotes, lanjut tes wawancara.
33 Episode 33. Pengumuman tes wawancara.
34 Episode 34. Lulus tes kesehatan.
35 Episode 35. Tahapan menjadi karyawan.
36 Episode 36. Pengisian formulir.
37 Episode 37. Tempat mes atau kontrakan.
38 Episode 38. Mulai bekerja lagi.
39 Episode 39. Sehari pertama di pabrik.
40 Episode 40. Memulai pekerjaan yang baru.
41 Episode 41. Bertemu lagi.
42 Episode 42. Akhirnya ngobrol juga.
43 Episode 43. Hari-hari tanpanya.
44 Episode 44. Pindah kontrakan atau tidak.
45 Episode 45. Mencari kontrakan baru.
46 Episode 46. Mendadak bertemu dengan mas Nur.
47 Episode 47. Warung mie ayam bakso.
48 Episode 48. Keadaan yang tidak mengenakkan.
49 Episode 49. Kenapa?.
50 Episode 50. Galau.
51 Episode 51. Menghibur diri sendiri.
52 Episode 52. Pengertian.
53 Episode 53. Tidak jadi pindah kontrakan.
54 Episode 54. Saling berusaha.
55 Episode 55. Gosip balikan lagi dan mau menikah.
56 Episode 56. Rencana pindah kontrakan.
57 Episode 57.Pindah kontrakan(Pandangan pertama).
58 Episode 58. Tidak ada hubungan.
59 Episode 59. Antara Aku dan dia.
60 Episode 60. Menata hati.
61 Episode 61. Mencoba untuk dekat.
62 Episode 62. Ngobrol berdua.
63 Episode 63. Ternyata.
64 Episode 64. Jujur mengenai perasaan.
65 Episode 65. Kondangan.
66 Episode 66. Kenapa bohong.
67 Episode 67. Penasaran.
68 Episode 68. Hemmm makanya nanya dulu.
69 Episode 69. Dia adalah...
70 Episode 70. Sebenarnya siapa dia, perempuan waktu itu.
71 Episode 71. Kecelakaan terjadi.
72 Episode 72. Janji sebagai kakak angkat.
73 Episode 73. Pertemuan mas Wawan dan Ayu.
74 Episode 74. Usaha pendekatan.
75 Episode 75. Pendekatan dengan mas Wawan.
76 Episode 76. Masa kerja telah selesai.
77 Episode 77. Curhat.
78 Episode 78. Menceritakan kepada ibu.
79 Episode 79. Kok jadi begini sih.
80 Episode 80. Kenalan sama mas Rafli.
81 Episode 81. Kenapa tidak diangkat.
82 Episode 82. Ngambeknya sampai pagi.
83 Episode 83. Kangenku padamu.
84 Episode 84. Bukan miscall doang emang nelphon.
85 Episode 85. Seminggu lebih di rumah.
86 Episode 86. Akhirnya ke Cibitung lagi.
87 Episode 87. Ketika bertemu lagi.
88 Episode 88. Jadi berangkat ke kondangan.
89 Episode 89. Akhirnya plong juga perasaanku.
90 Episode 90. Tamu istimewa.
91 Episode 91. Keseriusan mas Heru.
92 Episode 92. Panggilan kerja.
93 Episode 93. Rencana Lamaran.
94 Episode 94. Lamaran atau langsung nikah.
95 mohon maaf untuk pembaca,
96 Episode 95. Pulang kampung bersama.
97 Episode 96. Akhirnya sampai di rumah juga.
98 Episode 97. Calon menantu bertemu calon mertua.
99 Episode 98. Minta izin sama calon mertua.
100 Episode 99. Obrolan antara anak dan orang tua.
101 Episode 100. Obrolan serius dengan orang tua.
102 Episode 101. Tentang hubungan mas Heru dan Dinda.
103 Episode 102. Kunjungan mas Heru yang kedua.
104 Episode 103. Izin dan restu orang tua Dinda.
105 Episode 104. Menahannya sampai rasanya panas dingin.
106 Episode 105. Udah nahan panas dingin si anu ee nahan panas cemburu juga.
107 Episode 106. Rasa cemburuku tak sebesar rasa cintaku padamu.
108 Episode 107. Sayangku cuma untukmu mas.
109 Episode 108. Tetangga baru.
110 Episode 109. Ada-ada saja alasannya.
111 Episode 110. Obrolan Teh Rini dan temannya.
112 Episode 111. Berusaha menjaga rasa cinta dan sayang.
113 Episode 112. Silaturahmi pak Rahman.
114 Episode 113. Hp baru.
115 Episode 114. Kebimbangan keputusan sesuai hati, perasaan atau pikiran.
116 Episode 115.
117 Episode 115. Kedatangan mas Heru dan ibunya ke rumah Dinda.
118 Episode 117. Pantai larangan.
119 Episode 118. Merencanakan masa depan bersama.
120 Episode 119. Mencari informasi lowongan pekerjaan.
121 Episode 120. Coba saja melamar kerja dulu.
122 Episode 121. Sarapan pagi romantis sebelum melamar kerja.
123 Episode 122. Akhirnya lanjut melamar kerja lagi.
124 Episode 123. Di terima kerja di pabrik baru.
125 Episode 124. Kontrak kerja 9 bulan.
126 Episode 125. Masa training.
127 Episode 126. Ketiduran sampai pul bus hiba utama.
128 Episode 127. Beginilah buruh pabrik.
129 Episode 128. Persiapan sebelum pernikahan.
130 Episode 129. Ga berasa sudah habis kontrak lagi.
131 Episode 130. Lowongan kerja di pabrik Mattel.
132 Episode 131. Cuti nikah.
133 Episode 132. Penasaran rasanya gimana?.
Episodes

Updated 133 Episodes

1
Episode 1
2
Episode 2
3
Episode 3
4
Episode 4
5
Episode 5
6
Episode 6
7
Episode 7
8
Episode 8
9
Episode 9
10
Episode 10
11
Episode 11
12
Episode 12
13
Episode 13
14
Episode 14
15
Episode 15
16
Episode 16
17
Episode 17
18
Episode 18
19
Episode 19
20
Episode 20
21
Episode 21
22
Episode 22
23
Jeda dari author
24
Episode 24. Ternyata mas Nur cinta.
25
Episode 25. Perasaan Dinda.
26
Episode 26. Masa kontrak kerja sudah berakhir dan mulai menganggur.
27
Episode 27. Mencari pekerjaan lagi.
28
Episode 28. Pulang kampung.
29
Episode 29. Kepulangan Dinda di kampung halaman.
30
Episode 30. Melamar pekerjaan melalui BKK sekolah.
31
Episode 31. Tes Tertulis.
32
Episode 32. Pengumuman tes tertulis atau psikotes, lanjut tes wawancara.
33
Episode 33. Pengumuman tes wawancara.
34
Episode 34. Lulus tes kesehatan.
35
Episode 35. Tahapan menjadi karyawan.
36
Episode 36. Pengisian formulir.
37
Episode 37. Tempat mes atau kontrakan.
38
Episode 38. Mulai bekerja lagi.
39
Episode 39. Sehari pertama di pabrik.
40
Episode 40. Memulai pekerjaan yang baru.
41
Episode 41. Bertemu lagi.
42
Episode 42. Akhirnya ngobrol juga.
43
Episode 43. Hari-hari tanpanya.
44
Episode 44. Pindah kontrakan atau tidak.
45
Episode 45. Mencari kontrakan baru.
46
Episode 46. Mendadak bertemu dengan mas Nur.
47
Episode 47. Warung mie ayam bakso.
48
Episode 48. Keadaan yang tidak mengenakkan.
49
Episode 49. Kenapa?.
50
Episode 50. Galau.
51
Episode 51. Menghibur diri sendiri.
52
Episode 52. Pengertian.
53
Episode 53. Tidak jadi pindah kontrakan.
54
Episode 54. Saling berusaha.
55
Episode 55. Gosip balikan lagi dan mau menikah.
56
Episode 56. Rencana pindah kontrakan.
57
Episode 57.Pindah kontrakan(Pandangan pertama).
58
Episode 58. Tidak ada hubungan.
59
Episode 59. Antara Aku dan dia.
60
Episode 60. Menata hati.
61
Episode 61. Mencoba untuk dekat.
62
Episode 62. Ngobrol berdua.
63
Episode 63. Ternyata.
64
Episode 64. Jujur mengenai perasaan.
65
Episode 65. Kondangan.
66
Episode 66. Kenapa bohong.
67
Episode 67. Penasaran.
68
Episode 68. Hemmm makanya nanya dulu.
69
Episode 69. Dia adalah...
70
Episode 70. Sebenarnya siapa dia, perempuan waktu itu.
71
Episode 71. Kecelakaan terjadi.
72
Episode 72. Janji sebagai kakak angkat.
73
Episode 73. Pertemuan mas Wawan dan Ayu.
74
Episode 74. Usaha pendekatan.
75
Episode 75. Pendekatan dengan mas Wawan.
76
Episode 76. Masa kerja telah selesai.
77
Episode 77. Curhat.
78
Episode 78. Menceritakan kepada ibu.
79
Episode 79. Kok jadi begini sih.
80
Episode 80. Kenalan sama mas Rafli.
81
Episode 81. Kenapa tidak diangkat.
82
Episode 82. Ngambeknya sampai pagi.
83
Episode 83. Kangenku padamu.
84
Episode 84. Bukan miscall doang emang nelphon.
85
Episode 85. Seminggu lebih di rumah.
86
Episode 86. Akhirnya ke Cibitung lagi.
87
Episode 87. Ketika bertemu lagi.
88
Episode 88. Jadi berangkat ke kondangan.
89
Episode 89. Akhirnya plong juga perasaanku.
90
Episode 90. Tamu istimewa.
91
Episode 91. Keseriusan mas Heru.
92
Episode 92. Panggilan kerja.
93
Episode 93. Rencana Lamaran.
94
Episode 94. Lamaran atau langsung nikah.
95
mohon maaf untuk pembaca,
96
Episode 95. Pulang kampung bersama.
97
Episode 96. Akhirnya sampai di rumah juga.
98
Episode 97. Calon menantu bertemu calon mertua.
99
Episode 98. Minta izin sama calon mertua.
100
Episode 99. Obrolan antara anak dan orang tua.
101
Episode 100. Obrolan serius dengan orang tua.
102
Episode 101. Tentang hubungan mas Heru dan Dinda.
103
Episode 102. Kunjungan mas Heru yang kedua.
104
Episode 103. Izin dan restu orang tua Dinda.
105
Episode 104. Menahannya sampai rasanya panas dingin.
106
Episode 105. Udah nahan panas dingin si anu ee nahan panas cemburu juga.
107
Episode 106. Rasa cemburuku tak sebesar rasa cintaku padamu.
108
Episode 107. Sayangku cuma untukmu mas.
109
Episode 108. Tetangga baru.
110
Episode 109. Ada-ada saja alasannya.
111
Episode 110. Obrolan Teh Rini dan temannya.
112
Episode 111. Berusaha menjaga rasa cinta dan sayang.
113
Episode 112. Silaturahmi pak Rahman.
114
Episode 113. Hp baru.
115
Episode 114. Kebimbangan keputusan sesuai hati, perasaan atau pikiran.
116
Episode 115.
117
Episode 115. Kedatangan mas Heru dan ibunya ke rumah Dinda.
118
Episode 117. Pantai larangan.
119
Episode 118. Merencanakan masa depan bersama.
120
Episode 119. Mencari informasi lowongan pekerjaan.
121
Episode 120. Coba saja melamar kerja dulu.
122
Episode 121. Sarapan pagi romantis sebelum melamar kerja.
123
Episode 122. Akhirnya lanjut melamar kerja lagi.
124
Episode 123. Di terima kerja di pabrik baru.
125
Episode 124. Kontrak kerja 9 bulan.
126
Episode 125. Masa training.
127
Episode 126. Ketiduran sampai pul bus hiba utama.
128
Episode 127. Beginilah buruh pabrik.
129
Episode 128. Persiapan sebelum pernikahan.
130
Episode 129. Ga berasa sudah habis kontrak lagi.
131
Episode 130. Lowongan kerja di pabrik Mattel.
132
Episode 131. Cuti nikah.
133
Episode 132. Penasaran rasanya gimana?.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!