Sehari pertama di Cikarang.
Mba Lilis pulang dengan membawa tiga bungkus makanan dan sebungkus plastik gorengan. Sore hari, setelah Tini dan Dinda mandi, mereka duduk di ruang depan. Menyusul mba Lilis, yang membawakan piring dan sendok. Mba Lilis menyuruh mereka makan bersama-sama.
"Nih, ini makanan jangan di lihatin, tapi di makan, Din, Tin, ayo makan. Seadanya ya, mba belinya cuma ini". Ucap mba Lilis sambil menyodorkan makanan kepada mereka.
"Repotin mba Lilis, makasih mba". Jawab Dinda sambil mengambil piring dan nasi bungkusnya.
"Iya mba Lis, makasih. Mba, habis Maghrib nanti, tolong kasih tahu angkutan daerah sini ya mba, besok kita mau cari kerja. Biar ga kesasar gitu lah, lebih cepat lebih baik, iya ga Din". Ucap Tini sambil makan gorengan.
"Iya mba, jadi ga menunda waktu untuk berlama-lama jadi pengangguran di sini mba. Syukur-syukur seminggu kalau bisa sudah dapat kerja iya kan Tin". Jawab Dinda menyaut.
"Iya Din, syukur-syukur sebelum uang saku habis lah, paling tidak sudah dapat kerja". Ucap Tini menyambung ucapan Dinda.
"Iya, nanti habis Maghrib mba kasih tahu semua kalau perlu, tapi ingat jangan mudah percaya orang apalagi kalau menawarkan pekerjaan ya". Ucap mba Lilis mengingatkan.
Mereka makan bersama, setelah itu menonton tv hingga akhirnya adzan maghrib. Mereka bergantian menunaikan sholat maghrib karena tempatnya tidak cukup bila berjamaah. Selesai sholat maghrib, Lilis duduk di ruang depan sambil menonton tv. Dinda dan Tini sibuk dengan berkas lamaran pekerjaan masing-masing.
Suara televisi di kecilkan oleh mba Lilis. Melihat Tini dan Dinda yang sibuk dengan berkas lamarannya. Mba Lilis memperhatikan berkas lamaran mereka berdua. Meskipun Dinda dan Tini baru memulai mencari pekerjaan, berkas lamarannya seperti sudah terbiasa mencari pekerjaan.
"Din,Tin, mba mau ngomong, besok kalian niatnya mau cari kerja ke mana?, kan belum tahu daerah di sini?". Ucap mba Lilis memulai pembicaraan.
"Ya...yang terdekat dari sini saja dulu mba sambil cari-cari informasi". Jawab Dinda setelah membereskan berkas lamarannya.
"Emangnya mba Lilis dengar ada lowongan kerja di mana?, kemaren waktu pulang katanya ada lowongan kerja. Ya... kita sih kalau bisa yang ada lowongan kerjanya mba yang pasti dan jelas". Jawab Tini.
"Iya mba, kalau ga ada lowongan kayanya gimana ya, buang ongkos, buang waktu juga mba, memang sih kalau dengar ada informasi ya ga ada yang sia-sia". Jawab Dinda menyambung.
"Aku kemaren dengar ada lowongan kerja ga tahu nama PT nya lupa, itu di kawasan Jababeka satu. Kalau dari sini, kamu jalan lurus ke arah tugu bambu depan. Di situ nyebrang, naik angkot no 32, 39c, 36, semuanya ke arah terminal. Setelah lewat terminal ada mall Ramayana, ga jauh bilang saja Teleng kiri. Dari situ jalan sekitar 10 menit kurang lebih lah baru ketemu pabrik-pabrik. Tinggal nanya saja ke satpam pabriknya". Ucap mba Lilis menjelaskan.
"Mba kok angkotnya banyak, semuanya ke situ?, Kalau pulangnya naik apa mba?". Tanya Dinda tentang angkot.
"Angkot itu semuanya kalau dari depan, nyebrang pasti ke terminal langsung muter ke sini lagi. Jadi ga kesasar, kecuali kamu kelewatan tugu bambunya alamat deh pasti nyasar. Jadi di ingat-ingat saja. Jangan naik yang lain, elf bisa tapi takutnya kelewat". Jawab mba Lilis.
"Nah, Teleng itu apa mba, gang, jalan, apa-apa mba?". Tanya Tini mengenai Teleng.
"Teleng itu daerah, ga tahu juga sih tapi itu jalan menuju pabrik kawasan Jababeka satu lewat pintu belakang. Nah kalau ada tukang ojek bilang mba nyari kerja ya, ada lowongan kerja terus suruh naik, itu jangan langsung percaya, belum tentu benar. Memang ada juga yang jujur maksudnya benar ada lowongan kerja tapi tidak semua, Dia kan nyari duit". Ucap mba Lilis menjelaskan.
"Jadi kalau tukang ojek nawarin gitu jangan mau mba?, jalan saja gitu mba". Ucap Tini memperjelas.
"Ga juga, pokoknya ini kan kalian baru disini, ya jalan saja dulu, biasanya nanti ketemu orang-orang yang juga nyari kerja. Dari situ kalian bisa ngobrol, ya sekedar tanya-tanya. Tapi jangan mudah percaya juga terkadang ada juga pelamar kerja yang bohongi kita. Ga tahu maksudnya apa, karena mba dulu pernah ngalamin itu". Ucap mba Lilis mengatakan pengalamannya.
"Ooo nanti berarti kita banyak ketemu orang lain yang sama-sama cari kerja dari daerah lain juga Tin. Tambah saingan kita Tin, tapi percaya, kalau sudah rezeki ga akan kemana, bismillah Tin". Ucap Dinda yakin.
"Iya sih, Din besok pagi jam 6 ya berangkatnya. Lebih pagi mungkin banyak yang jalan jadi, besok semangat cari kerja". Ucap Tini menyarankan.
"Mba Lis, berarti pulang pergi sama saja ya naik angkotnya?, mba Lis besok kerja masuk pagi ya?". Tanya Dinda.
"Iya Din, makanya yang penting jangan salah naik angkot dan perhatikan jalan. Iya, mba besok berangkat habis subuh, kalian besok beli sarapan sendiri ya. Terserah mau beli apa. Kalau mau beli nasi uduk murah, enak, banyak, tuh di seberang tugu bambu jalan ke kanan terus tanya saja di situ warung makan Bu Entin. Di jamin kenyang deh, cuma 1500. Dah ya, mba mau sholat isya, terus mau tidur cape. Nanti pintu kunci ya, oh iya ini kunci kontrakannya ya jangan lupa keluar masuk di kunci banyak maling". Jawab mba Lis, setelah itu memberikan kunci kontrakan.
"Iya mba, makasih. Tin Aku juga mau sholat isya dulu, ini kunci simpan, besok di duplikat saja ya". Ucap Dinda kepada Tini sambil memberikan kunci kontrakan.
"Ok Din, dah sana nanti gantian, Aku juga sudah ngantuk nih🥱 ".Jawab Tini sambil menguap.
Mba Lilis yang sudah selesai sholat isya, memang langsung pergi tidur. Dinda sedang sholat isya, dan Tini masih duduk di ruang depan sambil nonton tv. Sekarang berganti Tini yang akan melakukan sholat isya. Dinda duduk di ruang depan menonton tv. Namun mata Dinda serasa mengantuk. Dinda mematikan tv-nya, kemudian menggelar kasur busa tipis untuk alas tidur yang sudah disediakan oleh mba Lis sebelumnya. Sedangkan Tini tidur dengan mba Lilis.
*
Keesokan harinya, mba Lilis bangun sebelum subuh. Mba Lilis menyetrika seragam kerjanya karena semalam tidak di setrika. Pas adzan subuh, mba Lis mandi, kemudian menunaikan sholat subuh. Setelah itu mba Lilis berangkat kerja. Sementara itu, Dinda dan Tini juga sudah bangun dari tidurnya. Mereka bergantian mandi dan menunaikan sholat subuh. Jam menunjukkan pukul 05.30 pagi. Dinda dan Tini berjalan ke depan untuk membeli sarapan.
Sampai di depan gang, ada penjual sarapan nasi pecel dan ada juga nasi uduk. Dinda dan Tini saling bertanya, sarapan apa yang akan di beli. Ternyata mereka memilih nasi uduk, karena semalam mba Lis berkata tentang nasi uduk. Karena sudah agak siang, akhirnya mereka buru-buru makan dan minum. Mereka berangkat mencari kerja sesuai yang di katakan mba Lis semalam. Sebelum berangkat, mereka tidak lupa mengunci pintu.
Mereka berjalan ke depan yaitu tugu bambu kemudian menyeberang. Sambil menunggu angkot, Dinda dan Tini mengobrol tentang banyak hal. Dari teman sekolah, pacar, tugas sekolah dan yang terakhir adalah tentang mencari pekerjaan.
Tidak ketinggalan oleh mereka berdua obrolan semalam, apa yang dibicarakan oleh mba Lilis. Mereka harus ingat selalu, dan jangan mudah percaya sama orang lain. Tahun 2002, awal kelulusan sekolah dan awal untuk memulai hidup mandiri. Yaitu bekerja mencari rezeki yang halal, yang penting intinya cari uang untuk biaya hidup sendiri dan untuk keluarga.
Angkot yang ditunggu datang, Dinda dan Tini menyetopnya kemudian masuk ke dalam dan duduk. Mereka memperhatikan jalanan dan melihat rumah-rumah, toko-toko,bangunan lama dan bangunan baru.
Angkot tersebut berjalan dengan kecepatan sedang. Ternyata benar yang dikatakan oleh mba Lilis, angkotnya hanya muter saja setelah itu masuk terminal. Sampailah angkot tersebut yang dikatakan semalam yaitu Teleng. Banyak tukang ojeg di pangkalan ojeg yang menawarkan tumpangan. Namun ditolak oleh Dinda dan Tini. Mereka berdua, teringat pesan mba Lilis.
Nah penasaran gimana kelanjutannya?. Yuk simak terus ceritanya di episode yang berikutnya. Like, vote, dan komentarnya ya tetap di tunggu. Salam sehat selalu dan terimakasih buat yang sudah membaca karyaku ini. Tetap semangat.🙏🙏💪💪☺️☺️🌷🌷
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 133 Episodes
Comments