Keberangkatan Dinda merantau di Cikarang.
Pagi jam 5, setelah sholat subuh Dinda bersiap-siap untuk berangkat ke Cikarang. Ibu Dinda telah menyiapkan sarapan untuknya. Sebelum berangkat, Dinda sarapan terlebih dahulu. Segelas teh manis hangat menjadi teman sarapan. Dinda selesai sarapan dan sudah meminum habis teh manis hangatnya. Dinda kemudian masuk ke dalam kamarnya dan mengambil tas ransel yang telah disiapkannya semalam.
Dinda telah menggendong tas ranselnya, dan sedang memakai kaos kaki dan sandal sepatunya. Ibu dan bapak serta adiknya sudah bersiap-siap untuk melepaskan kepergian Dinda untuk berangkat merantau ke Cikarang. Setelah siap semuanya, Dinda bersalaman kepada kedua orang tuanya serta adiknya. Dinda berpamitan kepada mereka, itu membuat Dinda merasa sangat sedih. Harus berpisah dengan keluarga yang selama ini bersamanya.
Dinda berjalan ke depan gang rumahnya diikuti oleh ibu dan bapak serta adiknya. Ada tukang becak di depan gang rumahnya, kemudian Dinda memanggilnya. Becak yang siap mengantarkan Dinda menuju ke terminal. Jarak terminal dari rumah Dinda tidak begitu jauh. Daripada menunggu angkutan umum lama, Dinda langsung menggunakan becak sebagai kendaraannya untuk membawanya ke terminal. Sekali lagi Dinda berpamitan kepada ibu dan bapak serta adiknya. Dan becak yang di tumpanginya pun akhirnya berjalan menuju ke terminal.
Sesampainya di terminal, Dinda melihat jam dinding yang ada di terminal. Waktu menunjukkan pukul 05. 45 menit. Dinda melihat ke sekitar, Dinda belum melihat keberadaan Tini dan saudara sepupunya. Ada salah seorang yang sedang duduk di kursi depan loket pembayaran bus. Saat Dinda berjalan menuju ke arah orang tersebut, Dinda mendengar suara sedang memanggilnya.
"Dinda". Ucap seseorang yang tiba-tiba terdengar oleh Dinda.
Dinda menoleh ke arah suara tersebut, dan ternyata itu adalah suara Tini temannya. Dinda melihat Tini berjalan dengan seseorang. Seorang perempuan yang kelihatan lebih tua sedikit dari Dinda. Dinda berpikir mungkin itu adalah sepupunya Tini.
"Sudah lama Din di sini, maaf ya agak terlambat, nunggu tukang becaknya baru bangun tidur". Ucap Tini menjelaskan.
"Ga ko Tin, barusan nyampe, tadinya mau nanya sama orang itu yang sedang duduk depan loket pembayaran bus. Eh ga tahunya ada suara yang manggil Aku, dan ternyata kamu Tin". Jawab Dinda menjelaskan balik kepada Tini.
"Ooh iya, habisnya Aku turun dari becak tadi sudah lihat kamu Din. Jadi pas sudah bayar tukang becak dan tukang becaknya pergi Aku langsung panggil kamu". Kata Tini langsung.
"Sekarang jam berapa Tin, jam 06.00 pagi. Loket busnya yang ini bukan?, tapi kok masih tutup ya Tin?, memang biasanya buka jam berapa Tin?". Tanya Dinda setelah melihat jam di dinding terminal.
"Iya Din, loket busnya yang ini. Iya sih, masih tutup. Mungkin sebentar lagi, biasanya jam 06.00 sudah buka. Kita tunggu saja Din, yang penting kita tidak terlambat, biasanya ramai Din. Apalagi sekarang, musim lulus sekolah pasti banyak penumpang yang akan naik bus ini. Bus ini langsung menuju ke Cikarang Din, jadi nanti bentar lagi pasti ramai". Ucap Tini kepada Dinda.
"Iya Tin, kan Aku ga tahu. Maklum lah Tin, ini baru pertama kalinya Aku ke terminal mau pergi jauh. Eh ngomong-ngomong ini saudara sepupu kamu ya Tin, kenalkan mba, Aku Dinda temannya Tini". Ucap Dinda kemudian memperkenalkan diri kepada saudara sepupunya Tini.
"Iya ini saudara sepupu Aku Din namanya Lilis, mba ini Dinda teman Aku. Dan Dinda ini mba Lilis saudara sepupu Aku. Nanti sama mba Lilis di jelaskan, tapi nanti kalau sudah sampai di Cikarang, iya kan mba Lis?". Ucap Tini memperkenalkan saudara sepupunya tersebut.
"Lilis, Aku sudah dengar cerita kamu dari Tini. Iya nanti mba jelaskan bagaimana hidup dan cari kerja di Cikarang, tapi nanti kalau sudah sampai saja ya Din". Ucap mba Lilis sambil mengulurkan tangannya untuk membalas uluran tangan Dinda sebagai salam perkenalan.
Dinda dan Tini serta Lilis duduk di bangku depan loket pembayaran tiket bus. Tidak beberapa lama, banyak orang berdatangan dari segala arah yang sudah tiba di terminal. Mereka datang ingin menaiki bus yang akan membawa mereka ke tempat tujuannya masing-masing.
Dinda dan Tini serta mba Lilis sesekali berbicara. Mereka hanya berbicara seperlunya saja karena sudah banyak orang yang duduk dan berdiri di sekitar mereka. Tidak lama petugas dari bus Sinar datang dan membuka pintu loket pembayaran tiket bus. Karena sudah banyak orang, bapak yang memegang tiket bus langsung berbicara kepada calon penumpang untuk menuju ke bus tujuannya masing-masing.
Dinda, Tini, dan mba Lilis segera bangun dan berjalan menuju bus tujuannya. Mereka berdiri di depan pintu depan bus tujuan Cikarang. Banyak juga orang yang akan menuju ke Cikarang. Mereka berdatangan menuju pintu depan dan belakang bus. Berdiri dan menunggu pintu bus di buka oleh pekerja dari busnya. Akhirnya ada salah seorang pekerja yang datang untuk membukakan pintu bus. Pintu bus depan di buka, Dinda, Tini dan mba Lilis segera naik ke dalam bus. Mereka langsung duduk di kursi baris ketiga dari depan. Karena kursinya cuma dua, Dinda akhirnya duduk di belakang Tini.
Mereka duduk dan menunggu pekerja tiket bus untuk memberikan tiket penumpang. Sambil menunggu, Dinda melihat orang-orang mulai menaiki bus yang mereka naikin. Satu demi satu bangku bus terisi, akhirnya sampai penuh tak tersisa. Ada yang datang terlambat, dan akhirnya turun lagi untuk mencari bus yang lain. Sebelah Dinda adalah perempuan yang terlihat umurnya tidak jauh berbeda dengan Dinda.
Petugas tiket bus datang, melihat bangku sudah penuh, petugas tersebut lalu memberikan tiket penumpang sambil meminta bayaran tiket. Sampailah petugas tersebut di bangku barisan Tini dan mba Lilis.
"Berapa orang mba?". Tanya petugas tiket bus.
"Tiga mas, Saya, ini dan ini". Jawab mba Lilis sambil menunjuk dirinya, Tini, dan Dinda.
"240 ribu mba". Ucap petugas tiket sambil menyobek tiga lembar tiket untuk di berikan kepada mba Lilis dan kemudian memberikannya kepada mba Lilis.
"Nih mas uangnya". Ucap mba Lilis sambil menyerahkan uang kepada petugas tiket, dan menerima tiga lembar tiket dari petugas tiket tersebut.
"Makasih ya mba". Ucap petugas tiket tersebut.
"Iya mas, sama-sama". Jawab mba Lilis.
Mba Lilis menyerahkan tiket kepada Tini dan Dinda. Tini memberikan uang tiket sebagai ganti uang tadi yang sudah dibayarkan terlebih dahulu oleh mba Lilis. Demikian juga Dinda. Setelah menerima tiket dari mba Lilis, Dinda memberikan uang untuk membayar tiket.
Mereka duduk dan menunggu bus untuk berangkat. Penjual minuman, gorengan, permen, tisu, dan lainnya datang silih berganti menjajakan dagangannya di dalam bus. Pak supir bus telah naik dan duduk di kursinya. Begitu juga dengan Pak kernetnya, Dia juga naik ke dalam bus untuk melihat para penumpang bus sudah duduk di kursinya masing-masing. Petugas pengecek pun tak ketinggalan, Dia mengecek satu persatu penumpang dengan tiketnya masing-masing. Dari belakang sampai ke depan, semua penumpang tidak luput dari pengecekan tiket penumpang. Setelah semua di cek, Pak petugas pengecek tiket akhirnya turun. Dan Dia mengatakan semua penumpang sudah sesuai dengan jumlah tiket yang terjual, dan masing-masing penumpang memiliki tiketnya. Bus akhirnya segera berangkat untuk berjalan.
Pak kernet bus menutup pintu depan, dan Pak supir mulai menjalankan tugasnya untuk melajukan bus yang kami naiki. Kami para penumpang tidak lupa berdoa semoga selamat dalam perjalanan dan sampai di tujuan. Bus mulai berjalan pelan meninggalkan terminal, dan akhirnya bus pun mulai berjalan di jalan raya.
Perjalanan dari kota tempat kami tinggal di mulai, bus berjalan akan melewati beberapa kota hingga sampai ke Cikarang. Dinda yang duduk di kursi dekat jendela hanya melihat jalanan dari jendela kaca. Perjalanan, dan perjuangan mencari pekerjaan akan di mulai. Dari sinilah Dinda berharap dan berdoa semoga akan dimudahkan dan dilancarkan oleh Allah. Segalanya Dinda serahkan kepada Allah, hidup dan matinya serta rezekinya.
Bagaimana perjalanan Dinda ke Cikarang dan bagaimana perjuangannya mencari pekerjaan di Cikarang. Simak kembali ceritanya di episode yang berikutnya. Like, vote, dan komentarnya di tunggu ya Reader. Terimakasih bagi yang sudah membaca karyaku ini. Salam sehat untuk semuanya dan tetap semangat. 🙏🙏💪💪☺️☺️🌷🌷
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 133 Episodes
Comments