Perjalanan menuju ke Cikarang.
Bus berjalan tidak terlalu kencang, maupun lambat, tetapi dengan kecepatan sedang. Kondisi jalan yang agak ramai membuat Pak supir berhati-hati menyetir busnya. Perjalanan Dinda mungkin akan memakan waktu kurang lebih 7 jam. Lamanya perjalanan akan membuat para penumpang bosan. Untungnya bus yang di naiki oleh Dinda dan Tini serta sepupunya Tini full musik.
Karena bus berangkat dari terminal Slawi kabupaten Tegal, melalui beberapa desa hingga sampai di daerah Klampok. Bus berhenti di terminal khusus bus Sinar di Klampok Brebes. Beberapa bus telah terparkir di Klampok, bus tersebut datang dari berbagai terminal dari kabupaten lain di Jawa Tengah. Bus tersebut dari kabupaten seperti Pemalang, Pekalongan, dan daerah lainnya.
Bus yang di tumpangi Dinda berhenti. Dinda dan Tini serta sepupunya Tini bangun dari tempat duduknya, kemudian berjalan keluar bus. Mereka menuju ke toilet, untuk sekedar membuang air kecil. Karena perjalanan masih lama, takutnya di tengah jalan mereka ingin buang air kecil dan itu akan tidak enak rasanya karena harus menahannya. Mereka mengantri diantara penumpang bus lainnya.
Para penumpang yang antri toilet umum silih berganti masuk dan keluar, hingga sampailah giliran Dinda. Dinda masuk ke dalam toilet, begitu juga dengan Tini dan sepupunya. Karena kamar toiletnya ada beberapa, mereka tidak perlu lama mengantri. Setelah keluar dari kamar toilet, Dinda membayar uang dan berjalan masuk ke dalam bus lagi. Menyusul Tini dan sepupunya, mereka juga masuk ke dalam bus.
Di dalam bus banyak orang berjualan, dari jualan gorengan tahu aci, lontong, permen, tisu, minuman dan penjual lainnya. Mereka menjajakan dagangannya kepada para penumpang. Dinda membeli lontong dan gorengan tahu aci untuk makan siang serta minuman air mineral. Tak lupa juga membeli tisu dan permen jahe. Tini dan sepupunya juga membeli yang mereka inginkan.
Bus akan segera berangkat lagi, para penjual segera turun dari bus. Sebelum berangkat, Pak supir mengingatkan penumpang untuk melihat teman yang duduk disebelahnya apa sudah ada atau belum. Pak kernet mengecek para penumpang apakah sudah komplit atau belum. Takutnya ada penumpang lain yang kesasar atau salah naik bus bahkan mungkin ada yang tertinggal. Setelah semua komplit, Pak kernet memberitahukan kepada Pak supir. Itu berarti bus akan segera berangkat kembali melakukan perjalanan menuju ke Cikarang.
Bus mengisi bahan bakar terlebih dahulu di SPBU Klampok. Kemudian berjalan dengan kecepatan pelan lalu sedang. Menyusuri kota Brebes hingga sampailah di jalan yang menuju ke arah jalan tol. Bus mulai masuk di gerbang tol, Pak supir membayar biaya masuk tol kepada petugas. Kemudian bus mulai berjalan lagi. Kali ini bus berjalan dengan kecepatan agak cepat.
Iya lah Thor namanya saja jalan tol, jalan bebas hambatan jadi jalannya agak cepat biar cepat sampai juga.
Bener juga sih, tapi ya ga cepat-cepat juga, tetap hati-hati agar terhindar dari kecelakaan.
Sampailah bus di jalur masuk kota Cirebon, bus masuk ke kota Cirebon. Dari kota Cirebon terus berjalan dan berjalan dengan kecepatan sedang bahkan terkadang pelan. Karena jalan yang dilalui bus adalah jalan umum biasa bukan lagi jalan tol. Melewati pemandangan kota lain, Dinda hanya bisa melihat dari jendela kaca bus. Sambil mendengarkan musik yang keluar dari speaker bus, Dinda berusaha menikmati perjalanannya. Rasa mengantuk yang dirasakan oleh mata Dinda, membuatnya tidak bisa lagi menahan rasa kantuknya hingga membuatnya tertidur.
Tak terasa perjalanan sudah setengah jalan, tibalah di pemberhentian tempat istirahat bus. Bus diparkirkan, Dinda terbangun dari tidurnya. Melihat jam menunjukkan pukul 12.30 menit, Dinda dan temannya serta penumpang lainnya berdiri untuk turun keluar bus. Para penumpang bukan hanya dari bus yang ditumpangi oleh Dinda, melainkan ada beberapa bus lainnya dari kota lain juga.
Dinda dan temannya turun dari langsung menuju ke toilet umum. Setelah dari toilet umum, Dinda ke mushola untuk melakukan sholat dhuhur. Tini dan sepupunya tak ketinggalan mereka bersama-sama masuk ke dalam mushola. Setelah selesai melakukan sholat dhuhur, mereka kembali naik masuk ke dalam bus. Menunggu Pak supir dan pak kernet bus yang sedang istirahat sembari makan siang, Dinda kemudian memakan lontong dan tahu aci. Lontong dan tahu aci yang di belinya tadi ketika bus berhenti di Klampok Brebes.
Masih menikmati lontong dan tahu acinya serta minum air mineral, Pak kernet dan Pak supir naik ke dalam bus. Pak kernet kembali mengecek penumpang lainnya apakah sudah naik ke dalam bus semua atau belum. Setelah komplit semua para penumpangnya Pak supir kembali menjalankan tugasnya. Melajukan bus untuk melanjutkan perjalanannya.
Bus kembali di cek oleh petugas dari bus Sinar, setelah di cek bus boleh kembali lagi melanjutkan perjalanannya. Sebelum jalan, ada beberapa penyanyi jalanan atau pengamen yang ikut masuk ke dalam bus. Mereka menyanyi untuk menghibur para penumpang bus dan juga Pak supir serta Pak kernet bus.
Mereka ada yang menyanyi ada pula yang berkeliling meminta uang seikhlasnya dari para penumpang sebagai bayaran atas usahanya. Ada yang memberi ada pula yang tidak, tidak semua penumpang memberi uang kepada pengamen tersebut.
Setelah menghibur, tibalah para pengamen itu meminta Pak supir untuk menghentikan busnya. Pak supir pun akhirnya memberhentikan busnya untuk menurunkan para pengamen. Pengamen itu turun dari dalam bus, pintu kembali ditutup oleh Pak kernet dan bus mulai berjalan kembali.
Bus berjalan melalui kota Cirebon, Indramayu, Losarang, Kandanghaur, Patrol, Pamanukan, hingga sampai di kota Cikampek. Memasuki kota Cikampek bus berjalan masuk ke jalan tol Cikampek Jakarta. Bus masuk ke dalam jalan tol Cikampek Jakarta. Dengan kecepatan sedang, bus berjalan dan terus berjalan melalui kota Karawang.
Memasuki kota Kerawang, Dinda merasa berdebar-debar hatinya. Melihat pemandangan pabrik di daerah Karawang melalui kaca jendela bus. Dinda merasa perjuangan mencari pekerjaan di Cikarang akankah mudah atau sulit. Serasa dalam pikiran Dinda bukan hanya dirinya saja yang mencari pekerjaan, namun pasti banyak orang yang mencari pekerjaan di Cikarang juga.
Bus mulai masuk ke jalur tol Cibitung salah satu daerah dekat Cikarang. Memasuki tol, kemudian bus berjalan hingga masuklah bus kedalam terminal pull Sinar. Bus mulai berhenti dan para penumpang bersiap-siap untuk turun. Dinda, Tini dan sepupunya Tini juga bersiap-siap untuk turun dari bus.
Satu persatu para penumpang tujuan Cikarang mulai turun dari bus. Dinda, Tini dan sepupunya juga telah turun dari bus. Banyak tukang ojek dan supir taksi yang menawarkan jasanya. Namun dari semua itu, Dinda dan Tini serta sepupunya tidak menerima tawaran mereka.
Mereka memilih berjalan menjauhi pull Sinar dan menuju ke pinggir jalan untuk naik angkutan umum yaitu elf. Elf yang dinaiki mereka masih menunggu penumpang lain, sampai tidak terlihat lagi penumpang yang akan naik. Elf pun berjalan, para penumpang di mintai bayaran oleh kernet elf. Sepupu Dinda membayar kepada kernet dengan mengatakan bahwa kami bertiga menuju Warung bongkok.
"Tiga Bang, Warung Bongkok". Ucap sepupu Tini sambil memberi uang kepada kernet elf dan menunjuk Tini dan Dinda.
"Kurang neng!". Ucap kernet elf.
"Biasa segitu bang, et dah, emang kita orang baru ngapa?, mentang-mentang dari pull Sinar, minta lebih. Udah segitu tuh Bang". Jawab sepupu Tini yang berbicara seperti orang Cikarang mungkin ya.
Kernet elf lalu diam tidak meminta lagi uang tambahan kepada sepupu Tini. Elf terus berjalan memasuki lampu merah Cibitung. Kemudian berbelok menuju ke Cikarang. Dinda melihat-lihat dari jendela kaca elf bahwa inikah kota Cikarang, akhirnya Dinda sampai juga di Cikarang.
Mereka akhirnya sampai, sepupu Tini mengetok atap elf sebagai tanda kepada supir untuk berhenti. Kernet elf akhirnya berucap kepada supir untuk menghentikan elfnya di pertigaan Warung Bongkok.
Sepupu Tini, Tini dan Dinda turun dari elf. Mereka berjalan menyeberang dan kemudian berjalan di pinggir jalan untuk menuju ke kontrakan sepupu Tini. Sampailah mereka di kontrakan sepupu Tini.
"Din, maaf ya ini kontrakan Aku, kecil tapi lumayan buat tidur". Ucap sepupu Tini kepada Dinda.
"Alhamdulillah mba, ga apa-apa ini sudah cukup buat Dinda, kan Dinda numpang di bolehkan saja Dinda sudah sangat bersyukur mba". Jawab Dinda sambil melihat-lihat kontrakan sepupu Tini dan deretan kontrakan lainnya.
"Istirahat saja dulu, seadanya ya. Maaf kondisinya, ya... seperti ini. Namanya hidup sendiri maklum di sini yang penting kerja". Ucap sepupu Tini setelah membukakan pintu kontrakan yang di kunci karena di tinggal pulang kampung.
Tini dan Dinda menaruh tasnya dan duduk beristirahat setelah hampir seharian menempuh perjalanan dari Tegal ke Cikarang.
"Anggap saja seperti kontrakan sendiri ya Tin, Din, Aku pergi dulu sebentar mau ke warung depan membeli makanan". Ucap sepupu Tini sambil memakai sandal japitnya.
Dinda yang tahu sepupunya hendak ke warung membeli makanan, Dinda merogoh sakunya untuk memberikan uang namun di cegah oleh sepupunya Tini.
"Ga usah Din, simpan saja uangmu untuk nanti kalau Aku ga di rumah. Kamu kan mau nyari kerja belum kerja. Jadi berhemat ya, ga apa-apa kali ini Aku yang beli". Ucap sepupu Tini.
"Terimakasih mba". Jawab Dinda sambil senyum malu.
Sepupu Tini pun pergi ke warung depan untuk membeli makanan. Dalam duduknya, Dinda berpikir seperti inikah hidup sendiri di perantauan. Tanpa orang tua dan saudara, meskipun ada saudara tetap saja cari kerja dan cari uang sendiri demi hidup yang lebih baik.
Nah bagaimana kelanjutannya, simak saja kisahnya di episode yang berikutnya. Like, vote, dan komentarnya ditunggu. Tetap semangat dan terimakasih buat yang sudah membaca karyaku. Salam sehat selalu.🙏🙏☺️☺️🌷🌷
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 133 Episodes
Comments