Episode 3

Membuat surat kartu kuning atau surat pencari kerja.

Malam telah terlewati, kini berganti pagi. Sinar matahari mulai menyapa kembali, aktifitas sehari-hari mulai dikerjakan lagi. Dinda juga telah bersiap-siap untuk membuat kartu kuning atau kartu pencari kerja.

"Bu, Dinda minta uang Bu buat ongkos buat kartu kuning". Dinda berkata kepada ibunya sambil mengambil minuman teh manis hangat di meja lalu meminumnya.

"Kamu sudah di kasih sama Bapak belum?". Tanya Ibu Dinda kepadanya sebelum memberi uang saku.

"Belum Bu, tadinya mau minta sama bapak. Eh bapak keburu berangkat. Mungkin bapak lupa kali Bu, terus sudah gitu bapak sepertinya sedang buru-buru. Jadi uangnya dari Ibu dulu yah". Jawab Dinda menjelaskan kepada ibunya.

"Uang yang kemaren masih sisa tidak Din?, kalau masih, Ibu tinggal nambahin saja ya. Ini ada uang tapi buat belanja, bumbu dapur sudah pada habis Din. Ga apa-apa yah". Ibu mengatakan apa adanya masalah keuangan.

"Masih ada sih Bu, tinggal Rp 5.000,00 tok. Kemaren waktu buat SKCK bayar Bu, jadi uangnya tinggal segini". Jawab Dinda kepada ibunya.

"Ya sudah yang penting buat ongkos ada, kamu mau buat kartu kuning di mana Din?". Tanya Ibu kepada Dinda.

"Kemaren waktu ambil ijazah, Reni temanku bilang Bu kalau di kantor BP bisa buat kartu kuning itu dari sekolah dan pihak DEPNAKER. Ada kerjasama antara pihak sekolah dengan DEPNAKER. Kan sekolah Dinda SMK, jadi bisa membantu siswanya yang mau cari kerja Bu". Dinda menjelaskan kepada ibunya.

"Berarti kamu mau ke sekolah?, nanti bertemu sama guru kamu. Kamu tidak apa-apa kalau seandainya ditanya mengenai kuliah". Ibu bertanya kepada Dinda.

"Iya Bu Dinda pergi ke sekolah, tidak ke kantor DEPNAKER. Lagian kantor DEPNAKER nya jauh Bu. Ongkosnya nanti kurang, terus Dinda pulangnya gimana?. Masa Dinda pulangnya jalan kaki, ya Allah janganlah Bu itu jauh banget. Bisa-bisa Dinda pulang sampai rumah, kaki Dinda langsung pegal-pegal dan minta dipijitin sama ibu. Emangnya ibu mau pijitin kaki Dinda?, Ibu saja yang pijitin Dinda. Kalau bertemu guru mungkin saja Bu. Seandainya ditanya ya...Dinda tinggal jawab mau kerja, kuliahnya nanti dipikirin dulu. Mau bantu ibu sama bapak cari duit dulu buat bayar sekolah adek". Dinda menjawab dengan panjangnya kepada ibunya.

"Kamu itu Din, ibu tanyanya apa jawabannya panjaaang sekali. Tuh lihat jam, nanti kesiangan. Din Din, minumnya habiskan dulu, sayang yang minum ga ada lho". Ibu Dinda mengingatkan Dinda waktu sudah agak siang.

"Iya Bu, nih sudah habis. Dinda berangkat ya Bu, assalamu'alaikum". Dinda berpamitan kepada ibunya sambil mencium tangan kanannya untuk berangkat membuat kartu kuning.

"Ini uang saku tambahannya, hati-hati di jalan Din. Wa'alaikummussalam". Ibu Dinda memberikan uang saku tambahan dan mengingatkan untuk selalu hati-hati.

"Iya Bu, Dinda akan hati-hati". Jawab Dinda kemudian mengambil tasnya dan dislempangkan di pundak, lalu membawa sepasang sepatunya di tangan.

Dinda memakai sepatunya, kemudian berjalan menuju pinggir jalan raya. Di pinggir jalan raya Dinda menunggu angkutan umum. Tidak lama kemudian angkutan umum yang di tunggu Dinda telah datang. Dinda menyetop angkutan umum tersebut, kemudian masuk dan duduk di dalamnya.

Angkutan umum itu melaju dengan kecepatan sedang. Jika ada penumpang yang menyetop, maka angkutan itu akan berhenti. Sebaliknya jika ada yang meminta berhenti, maka angkutan tersebut juga akan berhenti untuk menurunkan penumpangnya.

Beberapa waktu kemudian, Dinda telah sampai di tempat tujuannya. Dinda meminta berhenti kepada supir angkutan umum tersebut. Setelah angkutan umumnya berhenti, Dinda keluar dari dalam angkutan umum. Dinda lalu turun dan memberikan ongkos naik kendaraan umum kepada supirnya.

Berhubung sekolah Dinda berada di pinggir jalan, Dinda turun pas di depan pagar sekolah. Setelah membayar ongkos naik kendaraan umum, Dinda masuk ke dalam sekolah. Dinda melewati pintu gerbang sekolah yang telah di buka dari pagi hari.

Ketika mulai memasuki sekolah, Dinda bertemu dengan temannya. Teman sekelasnya yang ternyata juga akan membuat kartu kuning di sekolah. Melewati jalan di depan ruang guru, Dinda tidak bertemu dan melihat guru di sekitar.

"Din, apa kabar?, kamu ke sekolah mau buat kartu kuning ya?". Tanya temannya Dinda yang sekelas dengannya yang bernama Mira.

"Iya mir, Aku ke sekolah mau buat kartu kuning. Kamu mir, mau ngapain?". Dinda menjawab kemudian balik bertanya.

"Iya sama Aku juga Din, mau buat kartu kuning. Katanya, buatnya di kantor BP sama Pak Sugeng. Terus katanya foto kopi ijazah di suruh di legalisir dulu Din sebanyak 5 lembar gitu". Jawab Mira lalu berkata tentang legalisir.

"Kamu bilang katanya, kata siapa Mir?. Kok Aku tidak tahu ya, Aku cuma bawa foto kopi ijazah cuma satu lembar. Terus gimana ini Mir?, boleh tidak ya?". Dinda menjawab tapi sebenarnya bertanya.

"Kata teman-teman yang sudah buat kartu kuning di sini, di sekolah. Kemaren tuh ada yang langsung buat kartu kuning sama pak Sugeng. Memang kamu belum tahu ya Din, kamu kemaren dari hari Senen memangnya kemana?. Teman-teman yang tidak bisa meneruskan kuliah atau sekolah ke perguruan tinggi lalu ingin kerja, semuanya buat kartu kuningnya di sekolah Din". Mira menjawab sekaligus menjelaskan.

"Ooo gitu ya, ya sudah aku ke tempat foto copi dulu ya Mir. Biar nanti tidak bolak-balik, sekalian Aku minta legalisir. Mir, minta legalisir yang banyak tidak apa-apa kan?. Aku maunya sekalian, jadi nanti tidak usah balik lagi ke sekolah". Tanya Dinda mengenai legalisir.

"Kurang tahu ya Din, kata teman-teman cuma 5 lembar. Lebih dari itu, coba saja siapa tahu boleh. Nanti bilang saja kalau di tanya sama Bu Nur. Legalisirnya sama Dia Din. Eh Aku lupa, Aku ke koperasi dulu ya Din mau beli pulpen buat cadangan. Coba saja ya Din, mudah-mudahan boleh sama Bu Nur". Ucap Mira kemudian meninggalkan Dinda lalu pergi ke koperasi.

Dinda melangkahkan kakinya keluar sekolah menuju tempat foto copi. Tidak jauh dari sekolahnya ada tempat foto copi. Dinda lalu memanggil orang yang jaga tempat foto copi, dan memintanya memfoto copi ijazah dan lain-lain. Sambil menunggu, Dinda melihat-lihat beberapa barang yang di pajang di dalam etalase. Setelah selesai di foto copi, Dinda membayar kemudian berjalan menuju ke sekolah.

Di sekolah, Dinda masuk ke ruang administrasi dan bertemu dengan Bu Nur. Dinda menyampaikan maksud kedatangannya ke sekolah dan bertemu Bu Nur untuk meminta legalisir. Ternyata Dinda diperbolehkan melegalisir foto copi ijazah lebih dari 5 lembar.

Setelah semua foto copi ijazah di legalisir oleh Bu Nur, Dinda berpamitan dan langsung menuju ke ruang BP. Dinda berjalan masuk ke ruang BP dan bertemu dengan Pak Sugeng. Dinda menyampaikan maksudnya bertemu Pak Sugeng untuk meminta kartu kuning. Oleh Pak Sugeng, Dinda di suruh menyerahkan foto copi ijazah yang di legalisir, KTP, KK, dan foto ukuran 2*3. Dinda menyerahkan semua persyaratan tersebut. Kemudian Dinda menunggu Pak Sugeng membuatkan kartu kuningnya.

Sembari menunggu kartu kuning sedang dibuatkan oleh Pak Sugeng, Dinda melihat ada beberapa lembar kertas yang di tempel di dalam Mading. Dinda membaca lembar kertas tersebut yang ternyata bertuliskan lowongan pekerjaan di luar kota.

Nah Reader, apakah Dinda tertarik dengan lowongan kerja di luar kota. Atau mencari pekerjaan di sekitar tempat tinggalnya. Simak kembali ceritanya di dalam episode yang berikutnya. Like, vote, dan komentarnya di tunggu. Salam untuk Reader semoga sehat selalu. Aaamiiiin.

Episodes
1 Episode 1
2 Episode 2
3 Episode 3
4 Episode 4
5 Episode 5
6 Episode 6
7 Episode 7
8 Episode 8
9 Episode 9
10 Episode 10
11 Episode 11
12 Episode 12
13 Episode 13
14 Episode 14
15 Episode 15
16 Episode 16
17 Episode 17
18 Episode 18
19 Episode 19
20 Episode 20
21 Episode 21
22 Episode 22
23 Jeda dari author
24 Episode 24. Ternyata mas Nur cinta.
25 Episode 25. Perasaan Dinda.
26 Episode 26. Masa kontrak kerja sudah berakhir dan mulai menganggur.
27 Episode 27. Mencari pekerjaan lagi.
28 Episode 28. Pulang kampung.
29 Episode 29. Kepulangan Dinda di kampung halaman.
30 Episode 30. Melamar pekerjaan melalui BKK sekolah.
31 Episode 31. Tes Tertulis.
32 Episode 32. Pengumuman tes tertulis atau psikotes, lanjut tes wawancara.
33 Episode 33. Pengumuman tes wawancara.
34 Episode 34. Lulus tes kesehatan.
35 Episode 35. Tahapan menjadi karyawan.
36 Episode 36. Pengisian formulir.
37 Episode 37. Tempat mes atau kontrakan.
38 Episode 38. Mulai bekerja lagi.
39 Episode 39. Sehari pertama di pabrik.
40 Episode 40. Memulai pekerjaan yang baru.
41 Episode 41. Bertemu lagi.
42 Episode 42. Akhirnya ngobrol juga.
43 Episode 43. Hari-hari tanpanya.
44 Episode 44. Pindah kontrakan atau tidak.
45 Episode 45. Mencari kontrakan baru.
46 Episode 46. Mendadak bertemu dengan mas Nur.
47 Episode 47. Warung mie ayam bakso.
48 Episode 48. Keadaan yang tidak mengenakkan.
49 Episode 49. Kenapa?.
50 Episode 50. Galau.
51 Episode 51. Menghibur diri sendiri.
52 Episode 52. Pengertian.
53 Episode 53. Tidak jadi pindah kontrakan.
54 Episode 54. Saling berusaha.
55 Episode 55. Gosip balikan lagi dan mau menikah.
56 Episode 56. Rencana pindah kontrakan.
57 Episode 57.Pindah kontrakan(Pandangan pertama).
58 Episode 58. Tidak ada hubungan.
59 Episode 59. Antara Aku dan dia.
60 Episode 60. Menata hati.
61 Episode 61. Mencoba untuk dekat.
62 Episode 62. Ngobrol berdua.
63 Episode 63. Ternyata.
64 Episode 64. Jujur mengenai perasaan.
65 Episode 65. Kondangan.
66 Episode 66. Kenapa bohong.
67 Episode 67. Penasaran.
68 Episode 68. Hemmm makanya nanya dulu.
69 Episode 69. Dia adalah...
70 Episode 70. Sebenarnya siapa dia, perempuan waktu itu.
71 Episode 71. Kecelakaan terjadi.
72 Episode 72. Janji sebagai kakak angkat.
73 Episode 73. Pertemuan mas Wawan dan Ayu.
74 Episode 74. Usaha pendekatan.
75 Episode 75. Pendekatan dengan mas Wawan.
76 Episode 76. Masa kerja telah selesai.
77 Episode 77. Curhat.
78 Episode 78. Menceritakan kepada ibu.
79 Episode 79. Kok jadi begini sih.
80 Episode 80. Kenalan sama mas Rafli.
81 Episode 81. Kenapa tidak diangkat.
82 Episode 82. Ngambeknya sampai pagi.
83 Episode 83. Kangenku padamu.
84 Episode 84. Bukan miscall doang emang nelphon.
85 Episode 85. Seminggu lebih di rumah.
86 Episode 86. Akhirnya ke Cibitung lagi.
87 Episode 87. Ketika bertemu lagi.
88 Episode 88. Jadi berangkat ke kondangan.
89 Episode 89. Akhirnya plong juga perasaanku.
90 Episode 90. Tamu istimewa.
91 Episode 91. Keseriusan mas Heru.
92 Episode 92. Panggilan kerja.
93 Episode 93. Rencana Lamaran.
94 Episode 94. Lamaran atau langsung nikah.
95 mohon maaf untuk pembaca,
96 Episode 95. Pulang kampung bersama.
97 Episode 96. Akhirnya sampai di rumah juga.
98 Episode 97. Calon menantu bertemu calon mertua.
99 Episode 98. Minta izin sama calon mertua.
100 Episode 99. Obrolan antara anak dan orang tua.
101 Episode 100. Obrolan serius dengan orang tua.
102 Episode 101. Tentang hubungan mas Heru dan Dinda.
103 Episode 102. Kunjungan mas Heru yang kedua.
104 Episode 103. Izin dan restu orang tua Dinda.
105 Episode 104. Menahannya sampai rasanya panas dingin.
106 Episode 105. Udah nahan panas dingin si anu ee nahan panas cemburu juga.
107 Episode 106. Rasa cemburuku tak sebesar rasa cintaku padamu.
108 Episode 107. Sayangku cuma untukmu mas.
109 Episode 108. Tetangga baru.
110 Episode 109. Ada-ada saja alasannya.
111 Episode 110. Obrolan Teh Rini dan temannya.
112 Episode 111. Berusaha menjaga rasa cinta dan sayang.
113 Episode 112. Silaturahmi pak Rahman.
114 Episode 113. Hp baru.
115 Episode 114. Kebimbangan keputusan sesuai hati, perasaan atau pikiran.
116 Episode 115.
117 Episode 115. Kedatangan mas Heru dan ibunya ke rumah Dinda.
118 Episode 117. Pantai larangan.
119 Episode 118. Merencanakan masa depan bersama.
120 Episode 119. Mencari informasi lowongan pekerjaan.
121 Episode 120. Coba saja melamar kerja dulu.
122 Episode 121. Sarapan pagi romantis sebelum melamar kerja.
123 Episode 122. Akhirnya lanjut melamar kerja lagi.
124 Episode 123. Di terima kerja di pabrik baru.
125 Episode 124. Kontrak kerja 9 bulan.
126 Episode 125. Masa training.
127 Episode 126. Ketiduran sampai pul bus hiba utama.
128 Episode 127. Beginilah buruh pabrik.
129 Episode 128. Persiapan sebelum pernikahan.
130 Episode 129. Ga berasa sudah habis kontrak lagi.
131 Episode 130. Lowongan kerja di pabrik Mattel.
132 Episode 131. Cuti nikah.
133 Episode 132. Penasaran rasanya gimana?.
Episodes

Updated 133 Episodes

1
Episode 1
2
Episode 2
3
Episode 3
4
Episode 4
5
Episode 5
6
Episode 6
7
Episode 7
8
Episode 8
9
Episode 9
10
Episode 10
11
Episode 11
12
Episode 12
13
Episode 13
14
Episode 14
15
Episode 15
16
Episode 16
17
Episode 17
18
Episode 18
19
Episode 19
20
Episode 20
21
Episode 21
22
Episode 22
23
Jeda dari author
24
Episode 24. Ternyata mas Nur cinta.
25
Episode 25. Perasaan Dinda.
26
Episode 26. Masa kontrak kerja sudah berakhir dan mulai menganggur.
27
Episode 27. Mencari pekerjaan lagi.
28
Episode 28. Pulang kampung.
29
Episode 29. Kepulangan Dinda di kampung halaman.
30
Episode 30. Melamar pekerjaan melalui BKK sekolah.
31
Episode 31. Tes Tertulis.
32
Episode 32. Pengumuman tes tertulis atau psikotes, lanjut tes wawancara.
33
Episode 33. Pengumuman tes wawancara.
34
Episode 34. Lulus tes kesehatan.
35
Episode 35. Tahapan menjadi karyawan.
36
Episode 36. Pengisian formulir.
37
Episode 37. Tempat mes atau kontrakan.
38
Episode 38. Mulai bekerja lagi.
39
Episode 39. Sehari pertama di pabrik.
40
Episode 40. Memulai pekerjaan yang baru.
41
Episode 41. Bertemu lagi.
42
Episode 42. Akhirnya ngobrol juga.
43
Episode 43. Hari-hari tanpanya.
44
Episode 44. Pindah kontrakan atau tidak.
45
Episode 45. Mencari kontrakan baru.
46
Episode 46. Mendadak bertemu dengan mas Nur.
47
Episode 47. Warung mie ayam bakso.
48
Episode 48. Keadaan yang tidak mengenakkan.
49
Episode 49. Kenapa?.
50
Episode 50. Galau.
51
Episode 51. Menghibur diri sendiri.
52
Episode 52. Pengertian.
53
Episode 53. Tidak jadi pindah kontrakan.
54
Episode 54. Saling berusaha.
55
Episode 55. Gosip balikan lagi dan mau menikah.
56
Episode 56. Rencana pindah kontrakan.
57
Episode 57.Pindah kontrakan(Pandangan pertama).
58
Episode 58. Tidak ada hubungan.
59
Episode 59. Antara Aku dan dia.
60
Episode 60. Menata hati.
61
Episode 61. Mencoba untuk dekat.
62
Episode 62. Ngobrol berdua.
63
Episode 63. Ternyata.
64
Episode 64. Jujur mengenai perasaan.
65
Episode 65. Kondangan.
66
Episode 66. Kenapa bohong.
67
Episode 67. Penasaran.
68
Episode 68. Hemmm makanya nanya dulu.
69
Episode 69. Dia adalah...
70
Episode 70. Sebenarnya siapa dia, perempuan waktu itu.
71
Episode 71. Kecelakaan terjadi.
72
Episode 72. Janji sebagai kakak angkat.
73
Episode 73. Pertemuan mas Wawan dan Ayu.
74
Episode 74. Usaha pendekatan.
75
Episode 75. Pendekatan dengan mas Wawan.
76
Episode 76. Masa kerja telah selesai.
77
Episode 77. Curhat.
78
Episode 78. Menceritakan kepada ibu.
79
Episode 79. Kok jadi begini sih.
80
Episode 80. Kenalan sama mas Rafli.
81
Episode 81. Kenapa tidak diangkat.
82
Episode 82. Ngambeknya sampai pagi.
83
Episode 83. Kangenku padamu.
84
Episode 84. Bukan miscall doang emang nelphon.
85
Episode 85. Seminggu lebih di rumah.
86
Episode 86. Akhirnya ke Cibitung lagi.
87
Episode 87. Ketika bertemu lagi.
88
Episode 88. Jadi berangkat ke kondangan.
89
Episode 89. Akhirnya plong juga perasaanku.
90
Episode 90. Tamu istimewa.
91
Episode 91. Keseriusan mas Heru.
92
Episode 92. Panggilan kerja.
93
Episode 93. Rencana Lamaran.
94
Episode 94. Lamaran atau langsung nikah.
95
mohon maaf untuk pembaca,
96
Episode 95. Pulang kampung bersama.
97
Episode 96. Akhirnya sampai di rumah juga.
98
Episode 97. Calon menantu bertemu calon mertua.
99
Episode 98. Minta izin sama calon mertua.
100
Episode 99. Obrolan antara anak dan orang tua.
101
Episode 100. Obrolan serius dengan orang tua.
102
Episode 101. Tentang hubungan mas Heru dan Dinda.
103
Episode 102. Kunjungan mas Heru yang kedua.
104
Episode 103. Izin dan restu orang tua Dinda.
105
Episode 104. Menahannya sampai rasanya panas dingin.
106
Episode 105. Udah nahan panas dingin si anu ee nahan panas cemburu juga.
107
Episode 106. Rasa cemburuku tak sebesar rasa cintaku padamu.
108
Episode 107. Sayangku cuma untukmu mas.
109
Episode 108. Tetangga baru.
110
Episode 109. Ada-ada saja alasannya.
111
Episode 110. Obrolan Teh Rini dan temannya.
112
Episode 111. Berusaha menjaga rasa cinta dan sayang.
113
Episode 112. Silaturahmi pak Rahman.
114
Episode 113. Hp baru.
115
Episode 114. Kebimbangan keputusan sesuai hati, perasaan atau pikiran.
116
Episode 115.
117
Episode 115. Kedatangan mas Heru dan ibunya ke rumah Dinda.
118
Episode 117. Pantai larangan.
119
Episode 118. Merencanakan masa depan bersama.
120
Episode 119. Mencari informasi lowongan pekerjaan.
121
Episode 120. Coba saja melamar kerja dulu.
122
Episode 121. Sarapan pagi romantis sebelum melamar kerja.
123
Episode 122. Akhirnya lanjut melamar kerja lagi.
124
Episode 123. Di terima kerja di pabrik baru.
125
Episode 124. Kontrak kerja 9 bulan.
126
Episode 125. Masa training.
127
Episode 126. Ketiduran sampai pul bus hiba utama.
128
Episode 127. Beginilah buruh pabrik.
129
Episode 128. Persiapan sebelum pernikahan.
130
Episode 129. Ga berasa sudah habis kontrak lagi.
131
Episode 130. Lowongan kerja di pabrik Mattel.
132
Episode 131. Cuti nikah.
133
Episode 132. Penasaran rasanya gimana?.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!