Membuat surat kartu kuning atau surat pencari kerja.
Malam telah terlewati, kini berganti pagi. Sinar matahari mulai menyapa kembali, aktifitas sehari-hari mulai dikerjakan lagi. Dinda juga telah bersiap-siap untuk membuat kartu kuning atau kartu pencari kerja.
"Bu, Dinda minta uang Bu buat ongkos buat kartu kuning". Dinda berkata kepada ibunya sambil mengambil minuman teh manis hangat di meja lalu meminumnya.
"Kamu sudah di kasih sama Bapak belum?". Tanya Ibu Dinda kepadanya sebelum memberi uang saku.
"Belum Bu, tadinya mau minta sama bapak. Eh bapak keburu berangkat. Mungkin bapak lupa kali Bu, terus sudah gitu bapak sepertinya sedang buru-buru. Jadi uangnya dari Ibu dulu yah". Jawab Dinda menjelaskan kepada ibunya.
"Uang yang kemaren masih sisa tidak Din?, kalau masih, Ibu tinggal nambahin saja ya. Ini ada uang tapi buat belanja, bumbu dapur sudah pada habis Din. Ga apa-apa yah". Ibu mengatakan apa adanya masalah keuangan.
"Masih ada sih Bu, tinggal Rp 5.000,00 tok. Kemaren waktu buat SKCK bayar Bu, jadi uangnya tinggal segini". Jawab Dinda kepada ibunya.
"Ya sudah yang penting buat ongkos ada, kamu mau buat kartu kuning di mana Din?". Tanya Ibu kepada Dinda.
"Kemaren waktu ambil ijazah, Reni temanku bilang Bu kalau di kantor BP bisa buat kartu kuning itu dari sekolah dan pihak DEPNAKER. Ada kerjasama antara pihak sekolah dengan DEPNAKER. Kan sekolah Dinda SMK, jadi bisa membantu siswanya yang mau cari kerja Bu". Dinda menjelaskan kepada ibunya.
"Berarti kamu mau ke sekolah?, nanti bertemu sama guru kamu. Kamu tidak apa-apa kalau seandainya ditanya mengenai kuliah". Ibu bertanya kepada Dinda.
"Iya Bu Dinda pergi ke sekolah, tidak ke kantor DEPNAKER. Lagian kantor DEPNAKER nya jauh Bu. Ongkosnya nanti kurang, terus Dinda pulangnya gimana?. Masa Dinda pulangnya jalan kaki, ya Allah janganlah Bu itu jauh banget. Bisa-bisa Dinda pulang sampai rumah, kaki Dinda langsung pegal-pegal dan minta dipijitin sama ibu. Emangnya ibu mau pijitin kaki Dinda?, Ibu saja yang pijitin Dinda. Kalau bertemu guru mungkin saja Bu. Seandainya ditanya ya...Dinda tinggal jawab mau kerja, kuliahnya nanti dipikirin dulu. Mau bantu ibu sama bapak cari duit dulu buat bayar sekolah adek". Dinda menjawab dengan panjangnya kepada ibunya.
"Kamu itu Din, ibu tanyanya apa jawabannya panjaaang sekali. Tuh lihat jam, nanti kesiangan. Din Din, minumnya habiskan dulu, sayang yang minum ga ada lho". Ibu Dinda mengingatkan Dinda waktu sudah agak siang.
"Iya Bu, nih sudah habis. Dinda berangkat ya Bu, assalamu'alaikum". Dinda berpamitan kepada ibunya sambil mencium tangan kanannya untuk berangkat membuat kartu kuning.
"Ini uang saku tambahannya, hati-hati di jalan Din. Wa'alaikummussalam". Ibu Dinda memberikan uang saku tambahan dan mengingatkan untuk selalu hati-hati.
"Iya Bu, Dinda akan hati-hati". Jawab Dinda kemudian mengambil tasnya dan dislempangkan di pundak, lalu membawa sepasang sepatunya di tangan.
Dinda memakai sepatunya, kemudian berjalan menuju pinggir jalan raya. Di pinggir jalan raya Dinda menunggu angkutan umum. Tidak lama kemudian angkutan umum yang di tunggu Dinda telah datang. Dinda menyetop angkutan umum tersebut, kemudian masuk dan duduk di dalamnya.
Angkutan umum itu melaju dengan kecepatan sedang. Jika ada penumpang yang menyetop, maka angkutan itu akan berhenti. Sebaliknya jika ada yang meminta berhenti, maka angkutan tersebut juga akan berhenti untuk menurunkan penumpangnya.
Beberapa waktu kemudian, Dinda telah sampai di tempat tujuannya. Dinda meminta berhenti kepada supir angkutan umum tersebut. Setelah angkutan umumnya berhenti, Dinda keluar dari dalam angkutan umum. Dinda lalu turun dan memberikan ongkos naik kendaraan umum kepada supirnya.
Berhubung sekolah Dinda berada di pinggir jalan, Dinda turun pas di depan pagar sekolah. Setelah membayar ongkos naik kendaraan umum, Dinda masuk ke dalam sekolah. Dinda melewati pintu gerbang sekolah yang telah di buka dari pagi hari.
Ketika mulai memasuki sekolah, Dinda bertemu dengan temannya. Teman sekelasnya yang ternyata juga akan membuat kartu kuning di sekolah. Melewati jalan di depan ruang guru, Dinda tidak bertemu dan melihat guru di sekitar.
"Din, apa kabar?, kamu ke sekolah mau buat kartu kuning ya?". Tanya temannya Dinda yang sekelas dengannya yang bernama Mira.
"Iya mir, Aku ke sekolah mau buat kartu kuning. Kamu mir, mau ngapain?". Dinda menjawab kemudian balik bertanya.
"Iya sama Aku juga Din, mau buat kartu kuning. Katanya, buatnya di kantor BP sama Pak Sugeng. Terus katanya foto kopi ijazah di suruh di legalisir dulu Din sebanyak 5 lembar gitu". Jawab Mira lalu berkata tentang legalisir.
"Kamu bilang katanya, kata siapa Mir?. Kok Aku tidak tahu ya, Aku cuma bawa foto kopi ijazah cuma satu lembar. Terus gimana ini Mir?, boleh tidak ya?". Dinda menjawab tapi sebenarnya bertanya.
"Kata teman-teman yang sudah buat kartu kuning di sini, di sekolah. Kemaren tuh ada yang langsung buat kartu kuning sama pak Sugeng. Memang kamu belum tahu ya Din, kamu kemaren dari hari Senen memangnya kemana?. Teman-teman yang tidak bisa meneruskan kuliah atau sekolah ke perguruan tinggi lalu ingin kerja, semuanya buat kartu kuningnya di sekolah Din". Mira menjawab sekaligus menjelaskan.
"Ooo gitu ya, ya sudah aku ke tempat foto copi dulu ya Mir. Biar nanti tidak bolak-balik, sekalian Aku minta legalisir. Mir, minta legalisir yang banyak tidak apa-apa kan?. Aku maunya sekalian, jadi nanti tidak usah balik lagi ke sekolah". Tanya Dinda mengenai legalisir.
"Kurang tahu ya Din, kata teman-teman cuma 5 lembar. Lebih dari itu, coba saja siapa tahu boleh. Nanti bilang saja kalau di tanya sama Bu Nur. Legalisirnya sama Dia Din. Eh Aku lupa, Aku ke koperasi dulu ya Din mau beli pulpen buat cadangan. Coba saja ya Din, mudah-mudahan boleh sama Bu Nur". Ucap Mira kemudian meninggalkan Dinda lalu pergi ke koperasi.
Dinda melangkahkan kakinya keluar sekolah menuju tempat foto copi. Tidak jauh dari sekolahnya ada tempat foto copi. Dinda lalu memanggil orang yang jaga tempat foto copi, dan memintanya memfoto copi ijazah dan lain-lain. Sambil menunggu, Dinda melihat-lihat beberapa barang yang di pajang di dalam etalase. Setelah selesai di foto copi, Dinda membayar kemudian berjalan menuju ke sekolah.
Di sekolah, Dinda masuk ke ruang administrasi dan bertemu dengan Bu Nur. Dinda menyampaikan maksud kedatangannya ke sekolah dan bertemu Bu Nur untuk meminta legalisir. Ternyata Dinda diperbolehkan melegalisir foto copi ijazah lebih dari 5 lembar.
Setelah semua foto copi ijazah di legalisir oleh Bu Nur, Dinda berpamitan dan langsung menuju ke ruang BP. Dinda berjalan masuk ke ruang BP dan bertemu dengan Pak Sugeng. Dinda menyampaikan maksudnya bertemu Pak Sugeng untuk meminta kartu kuning. Oleh Pak Sugeng, Dinda di suruh menyerahkan foto copi ijazah yang di legalisir, KTP, KK, dan foto ukuran 2*3. Dinda menyerahkan semua persyaratan tersebut. Kemudian Dinda menunggu Pak Sugeng membuatkan kartu kuningnya.
Sembari menunggu kartu kuning sedang dibuatkan oleh Pak Sugeng, Dinda melihat ada beberapa lembar kertas yang di tempel di dalam Mading. Dinda membaca lembar kertas tersebut yang ternyata bertuliskan lowongan pekerjaan di luar kota.
Nah Reader, apakah Dinda tertarik dengan lowongan kerja di luar kota. Atau mencari pekerjaan di sekitar tempat tinggalnya. Simak kembali ceritanya di dalam episode yang berikutnya. Like, vote, dan komentarnya di tunggu. Salam untuk Reader semoga sehat selalu. Aaamiiiin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 133 Episodes
Comments