Kedua wanita keras kepala itu masih bergulat di tengah sawah. Saling membalas tamparan dan tinjuan. Jambak-jambakan, tendang menendang sampai berguling-guling. Sehingga padi yang baru berumur satu bulan itu hancur sudah karena aksi mereka. Tubuh keduanya pun sudah berlumuran lumpur.
Tara yang merasa organ yang ada diantara area selangkangannya sudah baikan, Dia mencoba berdiri ingin melerai perkelahian itu. Karena Dia mendengar suara ringisan kesakitan salah satu wanita yang bergulat di tengah sawah itu yaitu Embun. Tara tidak tega mendengar suara ringisan menahan rasa sakit itu, wanita itu memanggil-manggi Mamanya.
Jelas saja, Tara melihat Ros sudah membekuk lawan mainnya. Ya, Embun kalah. Dia sudah ditunggangi Ros dengan menarik kedua tangannya kebelakang dengan sangat kuat. Hijab Embun sudah terlepas dan sebagian wajahnya sudah ditutupi lumpur.
“Mama… tolong… Mama…… tolong…..” teriak Embun dengan menangis. Tara pun dengan cepat terjun bebas ke dalam sawah. Dia menarik tubuh Ros dari atas punggung Embun dengan kuat hingga Ros terpental. Embun pun tumbang tak berdaya di atas tumpukan Padi yang sudah hancur berantakan.
Tara masih mematung, Dia tidak tahu harus berbuat apa, melihat Ros sudah ngos-ngosan, karena capek berkelahi, sedangkan Embun terkapar dengan memanggil manggil Mamanya.
Karena mendengar suara teriakan Embun dari sawah, Kebetulan Mama Embun yang saat itu sedang berada di dapur. Dia dengan cepat berlari ke areal persawahan. Mama Nur melepas sendalnya berlari menuju Embun yang terkapar. Sedangkan Tara masih berdiri. Dia bingung harus melakukan apa.
“Nantulang..?” ucap Tara saat Mama Nur mendekati Embun. Mama Nur tidak menjawab sapaan Tara. Dia langsung memeriksa tubuh putrinya itu. Mencoba untuk membangunkan Embun, Tapi Embun seolah tidak berdaya. Ternyata kaki, pinggan dan tangan Embun sudah terkilir.
Tara yang melihat tontonan di depannya jadi syok. Ternyata Paribannya sudah dihajar sekretaris nya Ros.
Mama Nur yang tubuhnya sudah terkena lumpur sebagian itu, akhirnya histeris melihat putri semata wayangnya tidak berdaya. Dia berteriak memanggil bantuan, Tara pun akhirnya mencoba untuk membantu membopong tubuh Embun. Tapi Embun menolak. Tara sangat menyesalkan kejadian ini, wanita yang sangat disayanginya dari kecil terluka dihadapannya.
“Tolong…..!” teriak Mama Nur, Dia sangat panik melihat keadaan putrinya itu. Ros benar-benar menghajar Embun tanpa ampun, secara Ros memang jago bela diri. Tara dan Ros bahkan sama-sama menggeluti ilmu bela diri.
Melihat bantuan tidak kunjung datang, akhirnya Tara memaksa membopong tubuh Embun mengeluarkannya dari areal persawahan walau sebenarnya Embun menolak dari bahasa tubuhnya. Sedangkan Mama Nur dan Ros mengekori Tara dari belakang.
Sepanjang perjalanan menuju rumah ompung mereka, Tara tidak henti-hentinya menatap wajah yang berada digendongannya. Embun menutup matanya, karena Dia memang sudah sangat lemah.
Tara hendak membawa Embun ke dalam kamar yang ada di ruang dapur, kamar itu adalah kamar kosong. Tapi Mama Nur melarangnya karena tubuh mereka semua masih berlumpur. Akhirnya Mama Nur meminta membawa Embun ke kamar mandi belakang dekat dapur.
Dengan paniknya Tara langsung menyalakan shower ke tubuh Embun yang terduduk dilantai kamar mandi. Mama Nur membersihkan tubuh Embun dari lumpur yang dibantu oleh Tara. Tara juga membersihkan pakaiannya yang terkena lumpur. Sedangkan Ros memilih membersihkan diri diluar dekat taman. Karena di tempat itu juga ada kran air untuk menyiram tanaman yanga da di taman belakang.
Karena acara sudah berlangsung di ruang utama ompung mereka, maka hanya orang yang berada di dapur saja yang mengetahui kejadian Embun dihajar Ros. Mama Nur, meminta saudara lainnya untuk mengambil bathrob. Sedangkan Tara, keluar dari kamar mandi tersebut dalam keadaan basah berjalan menuju ke areal persawahan untuk melihat keberadaan sekretarisnya itu.
Dia melihat Ros seedang membersihkan tubuhnya dari lumpur di dekat tanam. Tara mendekatinya dengan penuh emosi.
“Apa yang kamu lakukan Ros? Kamu hampir membunuhnya.” Ucap Tara dengan mata berkaca-kaca. Sungguh Dia sangat merasa bersalah, telah lengah membiarkan perkelahian itu terjadi saat Dia masih berusaha meredam rasa sakitnya akibat tendangan Embun. Dia tidak menyangka, Ros benar-benar akan menghajarnya.
“Dia yang mulai menyerang, kamu juga kan kena serangannya.” Kilah Ros tidak mau disalahkan.
“Tapi, kamu membuatnya babak belur. Muka memar, tangan, pinggang dan pergelangan kakinya terkilir.” Ucap Tara dengan menatap tajam ke arah Ros.
“Aku hanya membela diri, kamu lihat sendirikan Dia yang menyerang kita.” Ucap Ros tidak mau disalahkan. Tara mendudukkan tubuhnya dilantai taman belakang itu dengan mata berkaca-kaca. Ros yang sudah selesai membersihkan diri, meminta kunci mobil Tara Dia hendak mengganti pakaiannya. Syukur Dia membawa baju ganti.
“Kamu kenapa sih? nanti Aku yang akan bawa Dia ke rumah sakit. Dikasih uang perdamaian yang banyak juga Dia pasti mau. Lihat tadi gayanya seperti orang kampung. Pakai hijab, tapi gaya hijabnya aneh. Dia itu pasti orang gila yang setres. Mungkin ditinggal oleh keksihnya. Dia cemburu melihat kita saat berduaan disini.” Ucap Ros, menyimpulkan sendiri. Dia tidak tahu bahwa itu adalah calon istri Bos nya.
“Mana kunci mobilnya?” tanya Ros dengan menyodorkan tangannya. “Mobil tidak dikunci dan kuncinya masih di lubang kontaknya.” Ucap Tara cepat tanpa melihat ke arah Ros. Dia masih terduduk di lantai tanam dengan menekuk satu lututnya.
Otak berfikir keras, tidak disangka setelah belasan tahun tidak bertemu dengan Embun dan tidak mau tahu perkembangan Embun. Akhirnya mereka bertemu dengan cara yang tidak baik.
“Jangan benci Aku lagi.” Gumam Tara dalam hati. Perasaan Tara sedang menjadi tidak tenang dan kacau. Mungkin dengan kejadian ini, Embun akan semakin membencinya.
Sementara di kamar, Embun sudah berbaring di atas ranjang dengan menggunakan kain sarung milik ompungnya. Embun tidak membawa pakaian ganti, begitu juga dengan Mamanya. Karena memang mereka niatnya tidak ingin menginap. Tapi, Mama Nur sudah menelpon ke rumah mereka agar membawakan pakaian ganti Embun.
Acara Martahi masih berlangsung di ruang utama, keluarga dan ART ompung Embun sedang sibuk di dapur mempersiapkan hidangan makanan, apabila acara Martahi akan selesai, maka akan diadakan makan bersama. Sedangkan Embun dan Mama Nur di dalam kamar sedang menunggu Dokter langganan mereka datang.
Embun menangis tanpa isakan dalam keadaan berbaring hanya mengenakan kain sarung yang menutupi sampai dada. “Apa yang terjadi sayang? Kenapa kamu sampai babak belur begini?” tanya Mama Embun dengan mata berkaca-kaca , Dia memegang pelan pipih dan sudut bibir Embun yang bengkak, bekas darah baru keluar jelas terlihat di sudut bibir Embun.
Kalau memang terbukti wanita yang menghajar Embun bersalah sepenuhnya. Dia akan memenjarakannya. Mama Nur belum tahu, kalau lawan main nya Embun adalah sekretarisnya Tara. Karena Tara, baru kali ini membawa sekretarisnya ke kampung mereka.
Embun diam, air mata terus saja mengalir dari sudut matanya. Dia merasa hidupnya menderita dalam beberapa hari ini. Tidak boleh menggunakan ponsel, media sosialnya juga di blokir ayahnya. Dia sangat merindukan Ardi. Kekasihnya itu selalu baik kepadanya. Kenapa orang tuanya begitu kejam kepadanya.
Saat pikiran kacau dan perasaan sedih menyerang Embun, Dia merasa kaki, pinggang dan tangannya begitu sakit. “Ma, badanku sakit semua Ma. Sakit sekali.” Ucap embun dengan berurai air mata. Saat Embun mengatakan itu, Tara yang hendak masuk ke dalam kamar mandi belakang untuk berganti pakaian menghentikan langkahnya. Dia malah menguping pembicaraan Embun dan Mamanya. Hatinya sangat sakit mendengar ucapan Embun yang mengatakan tubuhnya sakit semua.
“Iya sayang, sebentar lagi Dokter datang.” Ucap Mama Embun, Dia menyeka air mata putrinya itu dengan jemarinya. “Tidak usah panggil Dokter. Biarkan saja Embun mati. Biar Ayah dan Mama puas, kalian memang hanya ingin melihatku mati. Sehingga kalian memaksakan kehendak kalian.” Ucap Embun dengan berurai air mata.
"Tidak Nak, kamu selalu salah paham. Mama sangat menyayangi mu." Ucap Mama Nur.
"Sayang? Mama bilang sayang? lihat Embun Ma, luka-luka. Tapi, disini lebih sakit Ma." Embun memukuli pelan dada nya yang terasa sakit dan sesak itu.
"Siapa pasangan yang di sawah itu Ma? Apa mereka yang menyewa areal persawahan, sehingga hanya mereka berdua di tempat itu?" tanya Embun, dengan menatap wajah Mamanya dengan tidak sabar menunggu jawaban.
"Apa mereka pasangan?" tanya Mama Nur.
TBC.
Mampir juga ke novel ku yang berjudul
*Misteri Jodoh
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 321 Episodes
Comments
0316 Toiyibah,S,Pd.
nyesak thorr,,, buatlah damai dan mesra
2021-11-20
0
Eni Supriyono
salah kamu embun
2021-09-27
0
Ratih Shakiya
makanya jangn sok sok an maen kekerasan cb td smrah pke mlut aj pling embun gk mpe kesakitan gtu kasian kmu mbun
2021-04-01
1