Jarum jam sudah menunjukkan pukul 00.00Wib. Sudah dua jam Embun berbaring di tempat tidurnya. Tapi, Dia tidak bisa memejamkan matanya. Dia sangat gelisah, Dia merasa masalah akan datang. Dia grasak-grusuk, sambil berdecak keras.
"Aku benci keadaan seperti ini. Aku harus tidur. Aku tidak mau terserang penyakit, karena kekurangan tidur." Ucapnya dengan frustasi. Dia kembali mencoba menenangkan dirinya, dengan menarik napas dalam dan menghembuskannya pelan. Tapi, usahanya sia-sia.
Kejadian di cafe terlintas dipikirannya. Dia menatap langit-langit kamarnya dengan menggerakkan jemarinya yang saling bertautan di atas perutnya. "Wanita itu pasti sengaja menendang dan menyandung kakiku. Tapi, untuk apa Dia melakukan itu. Apa Dia mengenalku? Aku jelas mendengar umpatannya. Apa aku sudah punya musuh? " Gumam Rili dalam hati.
"Ini nih resiko jadi orang cantik. Banyak yang iri." Gumamnya lagi, kali ini sudut bibirnya tertarik ke atas. Dia ke GRan dengan pujiannya sendiri.
Dia kembali mengubah posisi tubuhnya miring kekanan, miring kekiri, telungkup, telentang, bahkan nungging dan membenamkan wajahnya dibantal. Mencoba mencari posisi yang nyaman. Tapi ,hasilnya nihil.
Sudah mencuci muka, menghirup aromaterapi lavender yang biasanya bisa menenangkannya. Tapi, kali ini tidak mempan.
Dia mondar mandir, hilir mudik di dalam kamarny yang luas. Dinginnya AC seolah tidak dirasakannya. Entah kenapa was-was dan rasa takut mendominasi pikirannya.
"Aku akan menghubungi Mas Ardi. Aku sungguh tidak bisa tidur." Dia mencari kontak Ardi lalu melakukan Panggilan VC. Tapi, no Ardi sedang sibuk. Akhirnya Dia mematikan ponselnya.
"Dia menelpon siapa tengah malam begini? Apa Mas Ardi sering melakukannya. Secara Aku kalau sudah jam 10 malam sudah tidur. Apa Dia selingkuh?" Kegelisahan dan kecemasan Embun, bertambah menjadi 10 kali lipat. Ponsel ditangannya dilemparnya asal-asalan ke ranjangnya.
Dia mengambil minuman dingin dari kulkas, meneguknya sampai habis setengah botol yang volumenya 1 liter.
Dia kembali mengambil ponselnya dan mendudukkan bokongnya disisi ranjang empuknya. Dia berniat akan menghubungi Ardi kembali. Dengan mata berkaca-kaca, perasaan yang tidak tenang. Rili kembali menghubungi Ardi.
Dug...dug...dug.... Jantungnya berdetak semakin cepat, karena Dia sudah dikuasai amarah dan rasa cemburu. "Kenapa lama sekali bertelponnya." Dia kembali menghubungi Ardi dari panggilan biasa. Dan masuk, tapi tidak diangkat. Setidaknya, Ardi tahu bahwa Embun sedang menelponnya.
"Benar saja, setelah Embun mematikan panggilannya. Tangan Embun terasa bergetar. Karena Ardi menghubunginya.
"Assalamualaikum sayang...!" Ucap Ardi dengan tenang dan lembut seperti biasanya. Mendengar suara Ardi yang tenang itu, membuat Embun kesal.
"Lagi menelpon siapa malam-malam? Mas selingkuh ya? Mas sering bertelepon dengan cewek lain disaat Aku tidak bisa diganggu. Memang laki-laki semuanya berengsek....!" Embun mematikan ponselnya. Dia melemparnya ke ranjangnya. Dia pun menelungkupkan wajahnya dibantal, sambil menangis histeris. Air mata membasahi bantalnya.
Entah kenapa dengan diri Embun, malam ini Dia sensitif sekali. Sepertinya dia PMS.
Dert.....Dert....Dert....
Ponselnya berdering kembali, Dia meraih ponselnya itu, tapi masih dalam posisi telungkup. Dia melihat layar ponselnya dengan menyipitkan sebelah matanya, yang menampilkan fotonya dengan Ardi dalam fose duduk dan tersenyum. Melihat foto profil WA Ardi, Akhirnya Embun sadar. Tidak mungkin Ardi selingkuh, sedangkan foto profilnya saja foto mereka berdua.
"Adek kenapa? kenapa marah-marah? Salam Mas pun tidak dijawab." Embun hanya melihat wajah Ardi dilayar ponselnya yang nampak sedih. Dari video yang dilihat Embun, sepertinya Ardi masih diruang kerja. Belum tidur.
"Mas menelpon siapa tadi?" Menampilkan wajahnya setengah, sedangkan setengahnya lagi disembunyikan dibantal.
"Ibu yang menelpon, Mas disuruh pulang." Ardi nampak mengusap wajahnya kasar. Dia menyandar kepalanya di badan kursi kerjanya. Dengan masih tetap memegang ponselnya.
"Oohh...!" jawabnya dengan sedikit tidak percaya.
"Adek kenapa belum tidur? kangen sama Mas?" Goda Ardi, Dia pun tersenyum.
"Iya." Jawab Embun dengan polosnya. Yang membuat Ardi gemes.
"Sudah, kita tidur ya sayang, besok aja kita puas-puaskan obatin kangennya. Besok kita sama-sama ke bandara." Ardi menutup mulutnya karena, menguap. Dia sudah mengantuk sekali. Dia berjalan menuju kamarnya, dan langsung merebahkan tubuhnya diranjang empuknya.
"Bobok Ya sayang, Mas sudah mengantuk sekali. Kamu take off pukul 07 pagi kan?" Mulut Ardi mengoceh, tapi matanya sudah ditutupnya. Dia sungguh mengantuk sekali.
"Iya." Embun terus saja memandangi wajah Ardi. Dan tanpa salam panggilan pun terputus. Karena Ardi sudah tepar.
🌹🌹🌹🌹
Suara adzan terdengar sayup-sayup di telinga Embun, Tapi, Dia malas bangun, badannya sakit semua. Setelah 10 menit malas-malasan ponsel yang tergeletak di meja belajarnya tidak berhenti berdering, yang membuatnya berjalan gontai menuju meja belajar.
"Ada apa Ma?" Embun menggaruk-garuk kepalanya dan masih terus menguap dengan malasnya mendengar malas ocehan Mamanya di telpon.
"Iya, iya... Embun, akan pakai." Dia mematikan panggilan suara itu dengan kesal. Dia menggeliat meregangkan otot-ototnya yang terasa pegal gitu. Kepalanya juga sedikit pusing
"Ini nih yang tidak ku suka dengan tubuhku. Begadang sebentar saja Aku sudah K.O. Aku juga yang bodoh, Aku sudah tahu bahwa tidur yang tidak cukup, maka akan mengganggu metabolisme tubuh." Gumam Embun dalam hati. Dia masuk ke kamar mandi dan mandi dengan cepat.
Setelah mandi dan melakukan sholat shubuh. Embun siap-siap dengan penampilan barunya. Sesuai dengan permintaan Mamanya.
Pukul 05.30. Ardi sudah sampai di kos an Embun. Tapi, Embun yang belum siap beres-beres itu. Akhirnya menunggu Embun di dalam mobil.
"Mas, kenapa bawa koper?" tanya Embun setelah mereka berdua duduk dijok belakang supir. Embun sengaja bertanya, untuk mencairkan suasana mendebarkan dalam mobil, pasalnya dari tadi kedua bola mata Ardi selalu menatapnya, yang membuatnya grogi.
"Sayang, kenapa kamu cantik sekali pagi ini?" Tangan Ardi refleks bergerak menyentuh kepala Embun yang ditutupi hijab itu. Melihat Embun, seperti ini tidak sabar rasanya Ardi ingin memilikinya dengan cara yang halal.
"Ini permintaan Mama, Aku heran sama
Mama. Tiba-tiba disuruh pulang kampung dan harus pakai hijab." Embun kesal, Dia pun membuat mimik wajah cemberut yang membuat Ardi tambah gemes.
"Mas jawab dulu, kenapa bawa koper. Mas mau kemana?"
"Mas juga akan pulang ke Surabaya. Tapi, Mas take off nya pukul 9 pagi."
"Mas tidak bilang-bilang mau ke Surabaya. Bukannya Mas pernah janji akan mengajak Adek ke Surabaya." Embun merajuk.
"Iya, pulang dari kampung Adek, kita ke Surabaya." Jawab Ardi dan meraih tangan kanan Embun dan menciumnya.
"Pak, cepat dikit. Waktunya sudah mepet ini."
Ucap Ardi, tangan kirinya memainkan ponsel sedangkan tangan kanannya sibuk meremas jemari Embun. Yang membuat Embun dag Dig dug seerr.....
Setelah menempuh perjalanan selama 45 menit dari kota Medan, kini Embun dan Ardi sudah sampai di Bandara Kuala Namu. Waktu yang tersisa saat ini sangat mepet, sehingga Ardi dan Embun berlari menuju pengecekan tiket. Saat berlari Ardi terus saja menggenggam tangan kanan Embun, yang membuat Dia sedikit kesusahan mencari jalan, karena bandara yang ramai.
Dan Bruuukkkkk
Tubuh Embun bertabrakan, yang membuatnya terjatuh dan mengaduh kesakitan dibagian bahunya. Dengan cepat Ardi menolong kekasihnya itu. Dia membantu Embun berdiri.
Yang menabrak dan ditabrak sama-sama terdiam dan sama-sama ingin mengumpat kesal. Karena, mereka sama-sama tidak merasa bersalah.
Embun melototkan matanya, hendak menyumpahi pria yang memakai masker dan topi itu. Tapi, aksi Embun dihentikan Ardi. Dia dengan cepat membopong tubuh Embun menuju ruang pengecekan tiket.
"Lepasin Mas, malu dilihatin orang." Embun berontak kecil dalam gendongan Ardi. Dia akhirnya menyembunyikan wajahnya dibalik jaket kulit Ardi yang belum di rest itu.
"Adek kelamaan, nanti ketinggalan pesawat. Lagian Adek ngapain malu, tidak akan ada yang kenal. Orang wajah Adek ditutupi Masker. Kecuali Adek tadi Artis, baru akan disorot." Ucap Ardi dengan mempercepat langkahnya. Sedangkan supirnya mengekor dibelakang membawa dua koper.
Pria yang hendak disumpahi Embun itu, hanya bisa menatap tontonan yang disuguhkan Ardi, yaitu membopong Embun.
Dia seperti mengenali wanita yang hendak memarahinya.
Bersambung.
Mohon beri like, coment positif vote rate 🌟. Jadikan novel ini sebagai favorit
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 321 Episodes
Comments
mbak nur
bagus ceritanya
2022-12-30
0
0316 Toiyibah,S,Pd.
lanjut
2021-11-20
0
Toshio Inge
kadang mas , kadang abang
2021-10-09
0