Setelah Embun membeli tiket, Dia berbalik dan ternyata Ayahnya sudah berada dihadapannya. Dia tidak bisa berkutik lagi. Karena tatapan Ayahnya begitu mematikan.
"Cukup sudah Nak, perjuangan mu untuk melarikan diri. Tapi, lihat kamu tertangkap juga. Jangan melawan takdir. Ayo cepat masuk ke mobil, jangan buat Ayah marah. Jangan kecewakan keluarga besar kita." Ucap Ayahnya dengan tegas dengan mata melotot. Ayah Embun pun berjalan menuju mobilnya di parkiran.
Kalau sudah nada bicara Ayahnya begitu dingin, itu adalah suatu ancaman. Akhirnya Embun pun mengekori Ayahnya, dengan perasaan kesal, Dia naik ke mobil Ayahnya duduk dibelakang jok supir, sambil menggerutu dalam hati. Kenapa Dia selalu tertangkap. Dan kejadian hari ini maksudnya apa coba. Dia sudah sampai di bandara. Tapi, kenapa malah balik lagi ke kotanya.
"Sial.....Awas saja bila bertemu dengan pasangan tadi. Aku akan buat perhitungan. Tapi, apa mungkin ketemu? Aku saja tidak tahu dimana alamat mereka. Aku minta nebeng ke simpang malah dibawa sampai ke tempat tinggal ku." Gumanya dalam hati sambil meninju jok mobil. Ayahnya yang melihat tingkah putrinya dari kaca spion hanya bisa geleng kepala.
🌻🌻🌻
Di Rumah Tara.
"Beruntung banget yang jadi istrimu Tara. Nikah langsung dapat rumah seperti istana." Ucap Ros dengan menghirup udara segar saat berdiri di taman dekat kolam renang. Dia merentang tangannya, wajahnya mendongak memandang langit yang cerah, tapi hawanya dingin dan tidak panas itu.
Tara tidak merespon ucapan Ros. Dia yang sedang duduk di kursi santai dari kayu Yang ada di dekat kolam renang itu. Sesaat Dia teringat aksi wanita yang memeluknya. Dia tertawa dalam hati, tidak biasanya Dia membiarkan lawan jenisnya memeluk-meluk nya.
"Hei, kamu malahan melamun. Aku seperti radio yang rusak dong kamu buat." Ucap Ros sambil menggoyang bahunya Tara.
"Aku teringat wanita yang ikut sama kita." Ucap Tara sambil tersenyum. Dia yang lagi duduk di kursi santai dekat kolam renang, menyeruput juice nenasnya.
"Dasar laki-laki. Ingat kamu itu sudah mau menikah. Malah mikirin wanita gatal itu." Ucap Ros dengan merasa jijik. "Jangan-jangan wanita itu, wanita yang tidak bener lagi?" tanya Ros, Dia pun duduk di kursi santai yang ada di sebelah Tara.
"Jangan langsung menilai orang buruk, padahal kamu belum mengenalnya." Ucap Tara, Dia pun beranjak dari tempat bersantai ya, berjalan menuju kamarnya.
Ros mengekorinya dari belakang. "Kamu ngapain ikutin Aku?" tanya Tara heran.
"Kamu sih mau cabut aja, padahal Aku kan masih mau bersantai di dekat kolam."
"Kalau mau bersantai, sana bersantai sendiri. Aku mau istrirahat sebentar. Jam dua siang, Aku mau ke rumah Nenek. Aku lelah." Ucap Tara, Dia pun masuk ke kamarnya dan langsung menutup pintu.
Dengan perasaan gondok, Ros kembali ke taman belakang. Dia mungkin tidak akan pernah bisa mendapatkan hati Tara. Belum menikah saja, Tara tidak meresponnya. Apalagi kalau Tara sudah menikah.
"Bagiamana sich cantiknya wajah sepupunya itu, sampai Dia mau menikah mendadak begini. Selama Aku kenal Dia, mana pernah Dia cerita mengenai sepupunya. Aku penasaran banget dengan dirimu Tara. Kenapa tidak pernah kau balas cintaku." Gumam Ros dalam hati. Dia melamun di kursi santai dan akhirnya ikut tertidur juga.
🌄🌄🌄
Di rumah Embun
Mama Nur yang dari tadi hilir mudik di rumahnya, karena tidak tenang. Akhirnya tersenyum juga, disaat Dia melihat mobil suaminya memasuki gerbang rumah mereka. Tadi, setelah Ayahnya mendapatkan Embun. Dia langsung menghubungi istrinya itu.
Mama Nur langsung berlari, menghampiri suami dan anaknya itu, yang kini sudah berada di tempat khusus mobil terparkir.
Dia langsung membuka pintu mobil, langsung memeluk putrinya itu yang masih terduduk lemas dan kesal di jok belakang supir. Bagaimana tidak lemas, Embun dari tadi pagi belum makan. Ditambah semua rencananya gagal total. Hal tersebut membuatnya semakin kehabisan energi.
"Ayo sayang, turun." Ucap Mamanya dengan melap air matanya sendiri dengan jemarinya. Sebenarnya Dia kasihan melihat putrinya itu, tapi kesepakatan keluarga tidak mungkin dibatalkan. Sedangkan suaminya yang melihat tingkah istrinya itu dibuat kesal. Dia bukannya memarahi anaknya itu, malah seperti membujuk-bujuknya. bathin Pak Baginda. Akhirnya Pak Baginda pun masuk duluan ke rumah dan meninggal istri dan anak di dalam mobil.
Embun merasa sangat sedih. Kenapa hidupnya selalu di atur. Setidaknya, untuk teman hidup biarkan Dia mencari sendiri.
"Ayo turun sayang!" ucap Mama Nur dengan mengulurkan tangannya. Embun menatap sendu wajah Mamanya itu. Dia sangat kecewa kepada orang tuanya.
Embun turun, tanpa memperdulikan Mamanya yang berdiri di dekat pintu mobil, Dia berjalan cepat masuk ke dalam rumah. Meninggalkan Mamanya mematung di dekat mobil. Sungguh rasa kecewanya, membuatnya menjadi anak durhaka.
Sesampainya di kamar, Dia langsung menghempaskan tubuhnya menelungkup di atas ranjang. Dia membenamkan wajahnya dibantal, sambil menangis sejadi-jadinya.
Mama Nur masuk ke kamar Embun, Dia duduk disisi ranjang dan mengelus pelan punggung anaknya itu.
"Aku tidak mau menikah dengannya Ma. Aku tidak mau." Ucapnya keras, sambil memukul tempat tidur. Ucapan Embun yang keras itu, membuat Mama Nur takut. Dia takut suaminya akan marah. Sehingga Dia beranjak dari duduknya dan berjalan cepat untuk mengunci pintu kamar Embun.
"Iya sayang, Mama mengerti. Tapi, ini sudah jalan takdirmu Nak." Mama Nur masih berusaha menenangkan putrinya itu, dengan mendengar curahan hati Embun.
"Ma, Embun sudah punya kekasih Ma. Embun hanya mau menikah dengannya Ma." Ucapnya lagi masih dalam keadaan telungkup.
"Iya sayang, Mama sudah tahu."
"Dari mana Mama tahu?" ucap Embun dan langsung mendudukkan tubuhnya di sebelah Mamanya dengan duduk bersila. Dia sangat terkejut mendengar ucapan Mamanya itu.
"Dari Ayah, karena Ayah dapat kabar kamu punya pacar, makanya kamu cepat dinikahkan dengan Nak Tara." Ucap Mama Nur, dengan mencoba mengelus lengan Embun, tapi Embun menepisnya. Dia beranjak dari ranjangnya, berjalan menuju jendela kamar.
"Kalian selalu mengekang hidupku. Mengatur hidupku, Aku benci kalian semua.!!" Embun berteriak, dan menarik tirai jendelanya, hingga lepas. Embun sudah dirasuki setan kali.
"Astaga sayang, jangan seperti ini. Ini semua demi kebaikanmu. Tara itu pria hebat. Kamu saja yang tidak mau tahu tentang Dia, gara-gara kebencianmu sewaktu kecil yang tidak beralasan itu. Kamu harusnya bersyukur, Tara mau menikah denganmu." Kali ini Mama Nur terpancing emosinya, melihat tingkah Embun seperti anak-anak.
"Mama jahat, coba bayangkan Ma, jika Mama dalam posisiku sekarang. Mama sudah punya kekasih dan saling mencintai. Tiba-tiba Mama dipaksa menikah. Sakit Ma, sakit." Ucap Embun dengan memegangi dadanya yang terasa sesak itu. Dia melap ingusnya dengan outhernya. Jilbabnya sudah tidak jelas lagi bentuknya membungkus kepalanya.
"Mama tidak bisa bayanginnya. Karena Mama tidak pernah pacaran. Mama hanya kenal satu laki-laki yaitu Ayahmu. Jangan suruh Mama membayangkan perasaan konyolmu itu." Ucap Mama Nur dengan kesal, masih duduk di atas ranjang.
Embun melirik ke arah Mamanya demgan tatapan kekecewaan, tidak biasanya Mamanya memarahinya.
"Jam dua siang kita harus sampai di rumah Ompung suhutmu." Jangan macam-macam lagi. Ikhlas saja menerima takdir. Berarti ini lah jalan yang terbaik untuk hidupmu. Kamu lihat kan, berapa kali kamu kabur. Tetap juga balik kesini. Kamu disekolah kan tinggi-tinggi. Pakai otak, jangan ego dan hasutan setan saja yang kamu turuti." Ucap Mama Embun, kemarahan jelas terlihat di wajahnya.
"Tidak ada orang tua yang akan menjerumuskan anaknya. Semua orang tua ingin yang terbaik. Coba sekali saja, hilangkan kebencianmu itu terhadap Tara. Dia tidak seperti anggapanmu Selama ini.
"Kalau kamu menikah dengan Tara, kamu akan dapat Ibu mertua yang mulai dari kecil sudah menyayangimu. Kalau kamu menikah dengan orang lain. Belum tentu mertuamu akan menyayangimu." Kali ini, kesabaran Mama Nur habis. Sehingga Dia pun berbicara kepada putrinya itu tidak pakai sayang-sayang lagi.
"Pemikiran kalian semua kuno. Dipaksa menikahi sepupu. Walaupun Embun tidak menikah dengan Tara. Kita tetap keluarganya. Harusnya Embun itu menikah dengan suku lain. Agar saudara kita bertambah. Ini tidak. Itu.... itu saja saudaranya. Atau Embun menikah dengan orang luar Negeri. Dengan Oppa Hyun bin, atau cowok turky misalnya. Ini selalu sama-sama orang Batak." Ucap Embun, beradu argument dengan Mamanya.
"Kalau jodohmu orang Batak, ya dapatnya Batak juga." Mama Nur, mulai ngegas.
Embun terperanjat melihat sikap Mamanya yang biasanya lembut dan pro ke Dia.
"Ya udah sana kamu kabur lagi, menikah dengan Hyun bin. Baru nanti mertuamu mengata-ngatai kamu pakai bahasa yang tidak kamu mengerti." Ucap Mama Nur. Dia pun keluar dari kamar Embun dan mengunci pintu nya.
"Emang Mama tahu, siapa itu Hyun bin." Ucap Embun, setelah Mamanya mengunci kamar. Dia menatap keluar jendela. Memandang ke arah taman samping rumah mereka.
TBC.
Like, coment dan favoritkan ya kak
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 321 Episodes
Comments
Marwah
larinya kok situ situ aja sih neng embun???
2022-10-09
0
Lina S
Hyun Bin sudah menikah, Embun 😫
2022-06-03
0
🔵Thanlevia
five like mendarat ni KK, semangat ya dan ditunggu feedback nya 🤗
2021-03-04
0