"Tara, serius amat. Kamu lihatin apa sich?" Seorang wanita cantik menepuk punggung Tara, yang membuat Tara terlonjak, sehingga Dia berbalik badan.
"Kamu ngagetin aja." Ucap Tara dingin. Sedangkan wanita itu langsung menggenggam tangan Tara. Mereka pun berjalan menuju Mobil yang menjemput mereka.
Di dalam pesawat, Embun kepikiran terus kepada Ardi. Entah kenapa kepergian Dia kali ini ke kampung sangat tidak disukainya. Seolah akan ada masalah yang datang.
“Aku sangat mencintaimu Mas Ardi.” Gumamnya dalam hati. Kejadian 3 tahun yang lalu melintas dipikiran Embun.
🌟🌟🌟
[Flash Back On]
Saat pertama kali mereka berjumpa di perpustakaan kampus. Saat itu Embun masih semester 2, sedangkan Ardi sudah semester akhir dan sedang mengerjakan tugas akhir (Skripsi.)
Tanpa sengaja, tangan Ardi menyentuh tangan Embun yang sedang mengambil buku di rak. Ternyata mereka sama-sama ingin membaca buku yang sama. Mata keduanya bertemu dan saling kagum. Terlihat jelas, karena mata kedua tidak berkedip.
“Adek mau baca buku ini juga ya?” ucap Ardi dengan tersenyum. Senyuman Ardi sukses membuat Embun terkagum-kagum. Dia sangat menyukai Ardi dipertemuan pertama. Aroma tubuh Ardi menghidupkan saraf-sarafnya yang mati.
“Ya Allah, wanginya pria ini. Aku sangat menyukai wangi ini.” Gumam Embun dalam hati. Dia mengabaikan pertanyaan pria yang didepannya. Hidungnya sibuk mengendus-endus wangi parfum yang digunakan Ardi.
Embun menghirup dalam aroma pria yang di depannya itu dengan mata terpejam dan mengibaskan tangannya ke arah hidungnya, seperti orang yang mengendus aroma masakan yang baru masak.
“Eehhmmm….!” Dehem an Ardi menyadarkan Embun. Dia membalikkan badannya, Dia sangat malu dengan tingkahnya sendiri. Saat hendak berbalik ternyata pria yang aromanya sangat disukai Embun itu sudah menghilang. Bahkan kenalan pun belum sempat. “Oalah…. Salah tingkah diriku, malu-maluin saja.” Gumam Rili dalam hati.
Dia pun menyisir semua tempat di perpustakaan untuk mencari keberadaan pria yang wangi itu, tapi hasilnya nihil.
Hari berganti hari bulan berganti bulan tahun berganti tahun. Tapi, Embun tidak pernah lagi bertemu dengan pria yang wangi itu. Dua tahun kemudian, mereka dipertemukan kembali. Embun yang sedang ikut bercamping dengan Mahasiswa Pencinta Alam. Mencium Aroma yang dua tahun pernah dihirupnya.
Dia celingak celinguk mencari aroma tersebut saat teman-teman lainnya sedang memasang tenda. Jelas saja, Dia melihat Ardi disitu. Penampilannya pun semakin dewasa saja, dengan tubuh yang tegap dan tinggi serta wajah yang ditumbuhi jambang tipis. Sungguh Embun dibuat ngences.
Tapi, Embun tidak bisa berbuat banyak, ternyata saat itu Embun melihat wanita yang sangat dekat dengan Ardi.
Melihat Ardi dekat dengan wanita, Dia pun jadi tidak semangat saat bercamping itu. Hingga Dia kehilangan konsentrasi saat mendaki gunung. Kakinya tergelincir dan hampir jatuh ke jurang yang curam. Teman-temannya berusaha menolong Embun, tapi tetap Embun tidak bisa tertolong. Tapi setelah Ardi ikut membantu, Akhirnya Embun bisa tertolong.
Saat itu Embun yang merasa ketakutan sekali, dengan refleks Dia langsung memeluk tubuh Ardi dengan sangat erat. Air mata bercucuran berember-ember dari mata indahnya, suhu tubuhnya turun, dan menggigil. Dengan begitu perhatiannya, Ardi berhasil membuat Embun pulih dari traumahnya.
Ardi sengaja diundang pihak MAPALA, untuk ikut di acara itu. Karena Ardi sebelum tamat kuliah adalah ketua di organisasi itu.
Saat itulah kedekatan keduanya terjadi, Bahkan Embun PPL di kantornya Ardi. Walau Embun sangat menyukai Ardi, tapi Dia tidak pernah mengatakan cinta kepada Ardi.
Bahkan Ardi yang sudah dua kali menyatakan cinta kepada Embun. Ditolak mentah-mentah oleh Embun. Padahal hatinya mau. Itu semua Embun lakukan, karena Dia dilarang pacaran. Tapi, tembakan Ardi ketiga kalinya, tidak bisa Embun tolak. Karena pria itu mengancam. Jikalau Embun menolaknya, Maka Dia akan meninggalkan kota Medan Dan membuka usaha di Surabaya.
Mendengar ancaman Ardi, akhirnya mereka pun jadian, tinggal menunggu skripsi. Maka Embun akan mengenalkan Ardi ke keluarga besar.
Flasback Off
🌟🌟🌟
Lamunan Embun pun terhenti disaat pesawat akan landing. Dia melap matanya yang berair itu. Entah kenapa kedatangannya kali ini ke kampung sangat tidak disukainya.
“Sayang…Putriku Embun…!” Embun memutar lehernya mencari asal suara Mamanya. Embun melihat Mamanya melambai-lambaikan tangan diluar pagar bandara, yang sangat dekat dengan gerbang kedatangan. Embun pun membalas lambaian tangan Mamanya itu dengan tersenyum.
Setelah melewati proses pemeriksaan, Embun keluar dari terminal kedatangan. Mama dan supirnya sudah menunggu di depan pintu keluar itu.
Embun menghampiri Mamanya, mereka berpelukan cipika-cipiki dan terakhir Mamanya mencium kening putrinya itu. “Aduhh… putri Mama cantik sekali kalau pakai hijab.” Mama Embun yang bernama Nur jelita itu merangkul putrinya menuju tempat parkir. Sedangkan Pak supir langsung mengambil alih koper milik Embun dan berjalan cepat menuju mobil di parkiran.
“ Kenapa sich Mama harus ikut jemput Embun. Mama tidak capek apa, pulang pergi dari Kota PSP ke Sibolga.´Ucap Embun sambil meneguk air mineral yang diambilnya dari tempat minuman di mobil.
“Tidak sayang, tadi Mama ada urusan sedikit di Pinangsori. Makanya Mama ikut.” Mamanya memperhatikan wajah putrinya dengan intens yang membuat Embun heran dengan pandangan Mamanya
“ Mama kesambet setan apa sich? Liat Embun seperti lihat Miss Universe saja.” Embun melihat keluar jendela. Dia sangat heran dengan tingkah Mamanya saat ini. Mamanya kelihatan bahagia sekali.
“ Pasti Nak Tara akan klepek-klepek lihat putri Mama ini, apalagi pakai hijab.” Senyum dibibir Mama Nur tidak pernah hilang. Dia mengusap-usap kepala Embun yang ditutupi hijab itu dengan sayangnya.
“Ta…ra.? Siapa Tara Ma?’ Embun akhirnya memutar lehernya ke arah Mamanya. Keningnya berkerut karena bingung dengan ucapan Mamanya.
“Tara, masak kamu tidak ingat dengan Tara sayang?’” Wajah Mama Nur tak kalah terkejutnya. Dia heran kenapa putrinya tidak kenal dengan Tara. Padahal mereka sewaktu kecil selalu berantem.
“ Tara, Tara Budiman maksud Mama?”
“Siapa itu Tara Budiman?” Mama Nur tampak lebih bingung. Dia tidak kenal Tara Budiman.
“Itu loh Ma, Artis yang ada lucu-lucunya.” Jawab Embun kesal.
“Koq bahas Artis sich sayang? Masak kamu sudah lupa dengan nak Tara?’
“ Benar dech Ma. Embun tidak tahu Tara yang mana Mama maksud.” Embun melipat kedua tangannya dan menempatkannya di atas perutnya. Dia menyandarkan kepalanya di badan Mobil. Dan memejamkan matanya.
“Koq malah tidur sich sayang. Mama Masih Mau bicara.” Mama Embun menggoyang-goyang tubuh putrinya.
“ Ngomong aja Ma, embun dengar koq. Kepala Embun sakit ini Ma. Kurang tidur semalaman. Dan Embun juga haus ini. Pingin minum yang dingin-dingin.” Embun masih menutup mata. Dia malas sekali berkata-kata hari ini.
“Togar, nanti berhenti di swalayan ya, beliin minuman dingin.”
“Iya Nyonya.”
“Embun,” Mama Embun kembali menggoyang lengan putrinya.
“Apa Ma.”
“Kapan kamu akan wisuda?” pertanyaan Mamanya membuat Embun membuka mata dan melirik Mamanya yang duduk disebelah kirinya.
“ Kalau Mama gak suruh Embun pulang, Dua minggu lagi Embun mau ajukan sidang Ma, tapi gara-gara suruh pulang, mana bisa embun kejar sidang dua minggu lagi.” Embun kembali menutup matanya, pertanyaan Mamanya sukses membuat Dia kesal.
“ Iya gak apa-apa koq gak bisa cepat.”
“ Ini minumannya nyonya.” Pak togar menyerahkan dua botol minuman dingin tanpa soda.
Mama Embun menyodorkan minuman kepada Embun. “Gak usah diburu wisudanya. Kamu wisudanya setelah nikah aja.” Ucap Mamanya dengan melihat putrinya yang wajahnya sudah nampak ceria dan tidak kesal lagi.
“Beneran Ma, Embun bisa menikah sebelum lulus kuliah?” ucapan Mamanya seperti angin segar buatnya, sehingga Dia mengubah posisi duduknya, menghadap Mamanya.
Cup..Cup….Cup.
“Terima kasih Mamaku sayang.” Embun kembali memeluk Ibunya dengan tertawa kecil.
“Mama tidak menyangka, kamu bakal sesenang ini. Mama pikir kamu belum mau menikah. Makanya Mama tidak memberitahumu, tentang perjodohanmu dengan nak Tara.” Ucapan Mamanya sukses membuat jantung Embun marathon. Dia dijodohkan, dengan pria bernama Tara. Jadi bagaimana dengan Ardi. Dia sangat mencintai pria itu.
“Apa maksud Mama, Dijdodohkan Dengan Tara? Siapa Tara?” ucap Embun dengan bingung dan hati was-was sekaligus takut. Sungguh Dia tidak mau dijodohkan. Ini bukan zaman Siti Nurbaya.
“ Tara, Masak kamu tidak kenal tara.” Ucap Mama Embun malah tanya balik.
Embun meneguk kembali minuman dinginnya, Dia sangat bingung dengan ucapan Mamanya saat ini.
“ Aku tidak kenal Tara dan Aku tidak mau dijodoh-jodohkan Ma.” Suara embun sudah nampak meninggi. Entah siapa Tara itu.
“Sutan Batara Guru Siregar. Apa kamu sudah lupa dengan Dia?”
Cruuttt…. Minuman yang Embun teguk muncrat ke depan, syukur Pak Togar tidak kena imbasnya.
"Apa.....? Tidak......!"
TBC.
Mohon dukungannya dengan like coment rate 🌟 5 dan jadikan novel ini sebagai favorit
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 321 Episodes
Comments
Lina S
hebat si Embun. Bisa keluarin air mata berember-ember 😂
2022-06-02
0
Eva Tigan
kampung Embun di Sibolga ya..terus kok naik pesawat yaa.? emang ada bandara di Sibolga?
2021-09-13
0
Erni Wati
salam dri sibolga thor... semangat
2021-04-25
0