Embun masuk ke kamar orang tuanya. Dengan perasaan bersalah sekaligus dongkol. Embun mengambil uang satu ikat dari tas Mamanya yang tergeletak di atas meja rias. Sepertinya itu adalah uang hasil penjualan salak semalam.
"Maafkan Embun Ma, Embun sangat memerlukannya. Jikalau ada sisa, Aku akan kembalikan kepada Mama." Ucapnya sedih. Dia pun memasukkan uang itu ke dalam Bra nya yang terlebih dahulu uang itu dibagi dua, sesuai dengan jumlah buah dadanya. Dia tidak mau terpergok, dan penampilannya menjadi mencurigakan karena dadanya ukurannya berbeda.
Embun berjalan pelan ke kamarnya. Dia mengeluarkan uang itu dari balik kedua bukit kembarnya dan menyimpannya di tas ranselnya. Malam ini Dia akan kabur dari rumah. Dia akan menjumpai Ardi dan Dia akan meminta Ardi menikahinya. Tidak ada ruginya menikah dengan Ardi. Selain Dia mencintainya, Ardi juga sangat baik dan kaya.
"Koq di kamar terus sayang?" suara Mamanya sukses mengangetkan Embun yang baru saja memasukkan tas ranselnya ke dalam lemari. Dia merasa ketahuan, habis baru mencopet. Dengan perasaan takut, was-was dan mencoba menstabilkan degupan jantungnya. Embun memutar tubuhnya menghadap Mamanya.
Jelas Dia ketakutan, Dia baru saja mencuri di rumah sendiri. Dia sangat takut, apabila Mamanya tiba-tiba akan memeriksa tas yang baru saja di masukkannya ke lemari pakaiannya.
"Eeuuummmm..... Embun mau ganti pakaian Ma, gaun ini tidak enak dipakai. Menyujuk-nyujuk ke tubuh, gerah dan panas." Ucapnya bohong, Dia belum berani menatap wajah Mamanya yang sudah berani di sebelah nya.
"Masak sich sayang? ini baju mahal loh. Mama baru kemarin belinya di butik langganan kita." Ucap Mamanya, sembari menyentuh beberapa bagian gaun yang dikenakan Embun.
"Lembut begini kamu bilang panas dan gerah di pakai." Protes Mamanya curiga.
"Pokoknya Aku tidak suka Ma, Aku mau ganti. Mau pakai piyama tidur aja." Ucap Embun dan langsung melorotkan gaunnya dihadapan Mamanya. Yang membuat Mamanya menggeleng dengan tingkah putrinya yang tidak tahu malu itu.
"Terserah kamu saja, yang penting kamu pakai baju. Bou mu Mira, masih mau bercerita banyak denganmu." Ucap Mamanya, Dia mengelus lengan putrinya.
"Jangan lama-lama ganti pakaiannya. Segera bergabung di taman belakang. Disana sedang ada acara bakar-bakar."
"Bakar-bakar? bakar-bakar rumah atau hutan?" tanya Embun jengah dan dan kesal.
"Bakar daging, ikan dan jagung, ubi juga." Jelas Mama Nur.
"Itu namanya barbeque." Timpal Embun.
"Tidak, itu namanya bakar-bakar." Jawab Mama Nur.
Embun bingung. Setahu Dia bakar-bakar yang sering mereka lakukan di kos an sesama anak kost namanya barbeque. Ini Mama tidak mau dibilang istilah nya Barbeque.
"Barbeque itu proses memanggangnya lama, hingga sampai 8 jam. Tapi, kalau bakar-bakar paling lama dua jam saja. Tapi, kita sering ikut-ikutan buat istilah bakar daging dengan Barbeque." Jelas Mama Nur, dengan semangat.
"Iyalah chef Nur." Ucap Embun tidak sopan, Dia sengaja menggoda Mamanya, Agar marah.
"Kamu ya tidak ada sopannya. Kamu pikir Mama ini teman kuliahmu apa?" Mama Nur, mencubit pinggang Embun. Yang membuat Embun mengadu kesakitan.
Mama Nur pernah menempuh pendidikan menjadi Chef. Jadi Dia tahu betul mengenai berbagai jenis makanan tradisional atau modern.
"Sini sayang..." Panggil Bou Mira, Dia melambaikan tangannya kepada calon menantunya itu dengan tersenyum. Embun menghampiri Bounya tak kalah hangatnya. Dia memang akrab dengan Mamanya Tara. Tapi, Dia sangat membenci Tara.
Embun duduk di kursi rotan sebelah Mama Mira Bounya. Mama Mira langsung meraih tangan Embun sebelah kirinya.
"Maen Bou makin cantik aja. Pantesan Tara, sudah tidak sabar menunggu kamu wisuda dulu baru nikah." Ucap Bounya tersenyum dan memandangi wajah Embun yang cantik itu.
Deg....
Walau Embun sangat membenci si Guru Gendut. Tapi, mendengar Si Guru Gendut tidak sabar ingin menikah dengannya, membuatnya grogi sekaligus takut.
"Koq begitu ya Bou. Embun pingin wisuda dulu. Baru memikirkan ke arah itu." Ucap Embun dengan tidak semangat.
"Kan tinggal skripsi sayang."
"Itu Dia Bou, skripsi itu yang buat pening. Perlu konsentrasi mengerjakannya."
"Kamu tenang, Tara pasti mau ngerjain skripsimu. Kalau Dia tidak mau. Kamu bilang aja sama Bou.
Embun diam, Dia malas membahas pria yang tidak disukainya itu. Sekarang yang dipikirkannya adalah, bagaimana caranya kabur.
"Setelah menikah, tidak ada yang akan melarang, kalian mau tinggal dimana. Di kota ini juga bisa, di kota Medan juga tidak apa-apa, di Lampung juga bagus. Nanti Bou bisa mengawasi kalian kalau Embun mau tinggal di Lampung." Ucap Bounya dengan terseyum bahagia. Dia tidak menyangka, akan mempunyai menantu.
"Koq begitu Bou?" Embun sudah mulai penasaran dengan ucapan Bounya.
"Disini Tara akan membuka cabang perusahaan gula. Di Kota Medan juga sudah beroperasi selama satu tahun. Kalau di Lampung perkebunan tebu kita paling luas dan pabrik terbesar." Jelas Bou Mira.
Embun berfikir sejenak. "Berarti si Guru eehh... maksudku Abang Ta.. eeehh
Tara sering di Kota Medan Bou?" tanya Embun dengan penasarannya.
"Iya sayang, Dia juga cerita kalian sering jalan dan makan bersama. Makanya Dia mau menikah. Mungkin Dia sudah tidak tahan jauh-jauh dari mu sayang." Ucap Bou Mira dan meraih dagu parumaennya itu.
Sungguh ucapan Bounya membuat Embun bingung. Kapan pula Si Guru mengajaknya jalan-jalan dan makan bersama. Mereka aja sudah belasan tahun tidak bertemu. Bahkan wajah si Guru Gendut tidak dikenalinya.
Sejak insiden sumpah yang diucapkan Embun kepada Tara 15 tahun yang lalu. Kedua insan itu selalu berusaha menghindar untuk bertemu. Disaat keluarga Tara pulang kampung ke rumah Ompung mereka. Maka Embun tidak mau berkunjung ke rumah Ompungnya tersebut.
Awalnya Tara menganggap tidak serius dengan sumpah Embun. Dia sadar, sejak Embun tidak pernah mau melihatnya bahkan, jikalau mereka pulang kampung. Jadi sejak itu Tara pun tidak mau di ajak pulang kampung. Dia akan mau pulang ke kampung Ompungnya. Apabila Embun sedang tidak ada di kampung itu.
****
Semua keluarga besar menikmati daging panggang, ikan dan lainnya. Hanya Embun yang tidak berselera memakannya. Otaknya sibuk berfikir bagaimana cara Kabur dari rumah ini. Dia memutuskan akan kabur sekitar pukul empat pagi.
Setelah acara Barbeque selesai, Orang Tua Tara pamit pulang ke Rumah Ompungnya Rili. Atau orang tua Mamanya Tara. Besok habis sholat Dzuhur akan diadakan acara Martahi (Musyawarah pihak keluarga dan juga warga atau tokoh masyarakat).
Tradisi Martahi ini adalah tradisi yang dilakukan pada setiap pra pernikahan yang dilakukan oleh warga dan masyarakat setempat. Pada acara inilah akan dibahas semua proses, cara dan pembagian tugas yang akan di Emban masing-masing orang yang sudah ditunjuk untuk bertanggung jawab, saat acara pesta Adat diadakan, Yaitu Horja Godang (pesta Adat Margondang).
Horja godang adalah sebuah pesta adat upacara perkawinan masyarakat Tapanuli Selatan, dimana aktifitas kesenian disertakan ( margondang) yang disertai dengan manortor ( menari).
Walau keluarga Embun sudah hidup bergaya modern, tapi mereka masih melestarikan kebudayaan dan adat tempat mereka tinggal.
TBC.
Mohon beri
Like
coment
Rate 🌟 5
Jadikan Novel ini favorit
Terimakasih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 321 Episodes
Comments
0316 Toiyibah,S,Pd.
kok Siti nggak kenal,,, apa,,,,
2021-11-20
0
Ros Ali
kayak gak ada perempuan lain aja, masa, mau mau maunya si tara nidurin adek sendiri, gak malu. aku juga kurang suka dg perjodohan dg saudara sepupu, bikin risih aja..
2021-11-17
1
M.J.M
11 like mendarat thor
2021-10-09
1