Embun masuk ke dalam kamar mandi sambil menggerutu. Dia mengisi bathup dengan air hangat. Dia akan berendam siang-siang bolong begini.
Sambil berendam, Dia teringat kekasihnya Ardi. Dia berfikir keras bagaimana caranya untuk bisa menghubungi kekasihnya itu. Memikirkan Ardi, membuatnya sedih. Dia sangat mencintai pria itu.
"Shiitt... gara-gara pasangan di bandara itu. Aku jadi gagal lari ke Kota Medan. Aku akan mencari mereka dan membuat perhitungan. Lihatlah, Aku akan cari kalian ke Bukit Marsayang. Aku yakin rumah kalian di sana." Ucap Embun, sambil memukul air yang sudah dipenuhi oleh busa. Air yang sudah bercampur busa itu pun muncrat ke wajahnya. Dia terus memukul-mukul air tersebut. Dia membayangkan menghajar pasangan itu sampai babak belur. Yang tak lain adalah Tara dan Ros.
Di Rumah Tara.
Ros yang sedang tertidur di kursi santai dekat kolam renang, dikejutkan oleh Tara yang menggoyang lengannya. Matanya pun sedikit menyipit, menyesuaikan cahaya saat Dia membuka mata.
"Apa sih Tara, kamu ganggu orang tidur saja." Ucap Ros, dan berniat melanjutkan tidurnya.
"Kamu ini, Aku suruh bangunin jam satu, malah kamu yang tertidur. Syukur Aku tidak telat bangunnya." Ucap Tara, Dia melirik jam yang melingkar di tangannya sudah pukul setengah dua.
"Kamu sudah mau berangkat ke rumah Nenekmu?" ucap Ros dan kini beranjak dari kursi santainya. Dia berlari ke kamar mandi. Sedangkan Tara dibuat tercengang melihat Ros yang larinya cepat sekali.
10 Menit kemudian Ros, teriak-teriak keluar dari kamarnya, berlari cepat menghampiri Raja di garasi. Tara nampak sedang memanaskan mesin mobilnya.
"Aku ikut ya ke tempat Nenek?" ucap Ros setengah ngos-ngosan, karena kecapean berlari di rumah Tara yang luas menuju Garasi. Dia takut ditinggalkan si Tara.
"Untuk apa kamu ikut? kamu tidak diperlukan di acara itu. Lagian kamu tidak ada kawan nanti di situ." Ucap Tara, Dia sudah hendak melajukan mobilnya. Dengan cepat Ros menarik handle pintu mobil sebelah Tara.
Ros duduk dengan tersenyum kepada Tara. Akhirnya Tara pun membawa Ros ke rumah neneknya.
"Kamu kan pernah cerita, di belakang rumah nenek mu ada sawah yang sangat luas. Pemandangan nya juga sangat cantik. Bahkan katamu, sawah itu sudah disulap jadi tempat wisata." Ucap Ros. Dia melirik Tara yang nampak serius menyetir.
"Iya." Jawab Tara cepat.
Mendengar ucapan Ros, Dia jadi teringat kepada Embun. Dulu sewaktu kecil, Dia sering bermain di sawah itu bersama Embun dan dengan si Doli. Mereka bertiga awalnya memang teman bermain yang selalu bersama.
Tapi, melihat Embun lebih akrab kepada si Doli. Tara cemburu. Sehingga Dia sering mengganggu Embun, Dia ingin menarik perhatian Embun. Tapi nyatanya Embun jadi membencinya.
Mengingat kenangannya bermain lumpur dan mandi di sungai dekat sawah bersama-sama, membuatnya tersenyum.
Dia masih ingat, Embun yang kalah itu berusia 5 tahun selalu tidak mau pakai sehelai benangpun saat mandi di sungai dekat sawah mereka. Mereka juga sering main lumpur disaat kolam ikan mereka akan panen. Tentunya Doli selalu ikut dengan mereka.
Kenangan manis itu pun berubah menjadi kelabu. Sehingga Embun pun tidak mau berjumpa dengan Tara.
Ros heran melihat Tara tersenyum Sendiri, kemudian mimik wajahnya tiba-tiba berubah menjadi seperti ketakutan. "Kamu kenapa Tara?" Ros memperhatikan dengan seksama wajah Tara, sampai Dia mendekatkan wajahnya ke wajah Tara. Dia melihat kedua bola mata Tara berkaca-kaca.
Dengan cepat, Tara memalingkan wajahnya, dan langsung menyeka air matanya yang hendak jatuh itu, dengan punggung tangan kanannya, dan kembali fokus menyetir.
Di rumah Embun, Mama Nur memaksa Embun mengenakan hijab. Embun menolak, keseringan juga Dia ke rumah Ompungnya tidak pakai hijab. Ini kenapa Dia selalu dipaksa memakai hijab. Mau tidak mau Dia pun menurut.
Dengan menggerutu dalam hati, dan muka cemberut. Mereka sekeluarga berangkat menuju rumah Ompung suhut. Sebenarnya, acara harusnya dibuat di Rumah orang tua Tara. Karena yang mau mempunyai hajat besar adalah keluarga Tara. Tapi, semuanya sepakat, di rumah orang tua mereka saja semuanya dibahas.
Lima belas menit kemudian, Embun dan orang tuanya sudah sampai di rumah Ompung suhut. Keluarga lain yang diundang untuk musyawarah sudah berdatangan, rumah Ompung pun sudah ramai.
Sedangkan Ayah Tara sudah sejak dari tadi pagi di rumah Ompungnya, sementara Mama Mira, setelah menyambut kedatangan Tara, Dia kemudian pergi ke rumah Ompung suhut. Sehingga Tara yang datang belakangan. Sebenarnya Tara dan Embun tidak perlu ada di acara musyawarah ini. Tapi, kedua orang itu ingin mempertemukan kembali mereka.
Pak Baginda dan Mama Nur masuk ke rumah Ompung dari pintu depan, sedangkan Embun berjalan santai dari samping rumah. Kebiasaan Dia seperti itu, kalau sudah datang ke rumah Ompungnya. Dia langsung menuju belakang rumah. Karena dibelakang rumah Ompung, ada taman, kolam ikan dan persawahan yang luas.
Sebenarnya Dia ingin masuk ke dalam, ingin memeluk Ompung borunya. Tapi, Dia malas. Karena nanti Dia akan diledek-ledekin saudara lainnya. Karena Dia akan menikah. Dia pasti akan jadi bahan bulyyan.
Perlahan kakinya melangkah menuju taman. Dia heran biasanya taman ramai pengunjung. Tapi, ini kenapa sepi? apa ditutup, karena ada acara? begitulah kira-kira, pemikiran Embun.
Kemudian Dia semakin melangkahkan kakinya dengan santainya sambil menghirup udara segar menuju areal persawahan. Dia ingin duduk santai di saung yang ada di tengah sawah itu.
Perlahan, kakinya berjalan di jembatan yang terbuat dari bambu. Mata indahnya menyoroti areal persawahan, walau siang bolong, tapi hawanya sejuk sekali. Embun merentangkan tangannya, Dia memutar tubuhnya. Dia menutup kedua kelopak matanya. Membayangkan dirinya sedang menikmati indah pemandangan sawah bersama kekasihnya Ardi.
Sesaat khayalannya buyar, Dia mendengar suara wanita yang bernada genit dan suara seorang pria juga. Matanya mencari asal suara. Ternyata asal suara itu berasal dari saung yang hendak di datanginya.
"Kenapa ada orang pacaran disini? apa mereka menyewa tempat ini, khusus untuk mereka ya?" Gumam Embun dalam hati, Dia begitu penasaran. Dia semakin mendekatkan langkahnya. Pasangan yang lagi asyik memandang sawah, dan membelakanginya tidak mengetahui kedatangan Embun.
"Tidak baik Aku mengganggu mereka. Sebaiknya Aku berbalik saja. Sepertinya mereka memang khusus menyewa tempat ini." Gumam Embun, Dia pun berbalik. Baru melangkah dua langkah. Dia mendengar suara, seperti suara yang pernah di dengarnya.
Dia pun menghentikan langkahnya. Kembali berputar ke arah pasangan itu. Dia berjalan pelan, mengamati pasangan yang di depan matanya. Suara wanita yang begitu bahagianya nampak sedang mencoba menggelitik, pinggang pria disebelahnya. Tapi, pria itu selalu menepis tangan wanitanya.
Menyadari ada orang lain datang ke tempat itu, akhirnya pasangan itu pun berbalik, hingga kini mereka berhadap-hadapan.
Mata Embun melotot penuh, rahangnya mengeras dengan tangan yang sudah dikepal. Dadanya naik turun, mencoba menahan emosi. Dia kesal sekali dengan pasangan yang ada dihadapannya. Gara-gara pasangan ini, Dia gagal kabur. Begitulah pemikiran Embun. Tapi, itukan bukan kesalahan pasangan di depan matanya. Kenapa pula Dia harus tidur, kalau memang mau menumpang.
Pasangan yang Embun pelototin, dibuat heran. Mereka saling pandang dan kembali menatap ke arah Embun. Embun yang wajahnya seperti macan betina yang anaknya sedang diusik itu, membuat Ros ketakutan. Sedangkan Tara diam saja, mencoba untuk mengenali wanita yang dihadapannya.
Embun sangat yakin, bahwa pasangan yang dihadapannya ini adalah, pasangan yang membawanya kembali ke kotanya. Karena saat di bandara, Ros melepas maskernya.
Sambil menyumpahi dalam hati dan "Aauuwww" terdengar suara Ros meringis kesakitan, disaat Embun dengan cepat menjambak rambut Ros yang memang lagi tergerai.
Embun menariknya keras sambil menghempaskan tubuh Ros ke dasar saung. Ros yang mendapat serangan mendadak itu tidak bisa melawan. Bukan karena Dia tidak bisa melawan Embun. Tapi, Dia lagi lengah.
Sedangkan Tara, hanya bisa bengong melihat tontonan dihadapannya. Tara yang bengong itu, juga mendapat serangan mematikan dari Embun. "Aauuwww..." teriak Tara, disaat tendangan maut mendarat di antara ************ Tara. Dia pun langsung terkulai lemas terduduk, sambil memegangi aset berharganya
"Mampus kau.!" ucap Embun dengan mata melotot kepada Tara. Tara pun tidak merespon, karena Dia nenahan rasa sakit.
Saat Embun menyumpahi Tara. Ros langsung menyerang embun. Dia menarik dengan kasar hijab embun dari belakang kepalanya. Dia menghempaskan Embun dengan kuat hingga Embun terpenta ke pembatas sawah.
Embun bangkit dengan memegangi pembatas sawah yang terbuat dari bambu itu. Saat Embun mencoba bangkit, Ros kembali menyerang. "Dasar wanita gila, datang-datang main hajar saja. Rasakan ini" Plakk.... tamparan keras mendarat ke pipi putihnya Embun.
Ros ingin menampar kedua kalinya, tapi tangannya ditahan Embun dengan kuat. Saat Ros ingin menarik tangannya dengan kuat. Embun pun melepas nya cepat. Sehingga Ros hendak terjatuh melewati pembatas sawah. Tapi dengan cepat dan kuat, Ros ingin berpengangan kepada Embun agar jangan terjatuh. Tapi akhirnya mereka berdua terjatuh ke dalam sawah. Mereka bergulat di sawah.
Sedangkan Tara, masih menikmati rasa sakit nya, benda pusakanya sedang terancam.
TBC.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 321 Episodes
Comments
0316 Toiyibah,S,Pd.
Ha,,, ha,, ha
2021-11-20
0
Sondang Sartika Lumbanraja
mantap kali kau Embun main hajar aja yah
2021-11-06
0
minie irawan
author ini kan sawah punden rejo tempat daerah rumak ku di tanjung morawa..
salam kenal author daerah mana si rumah nya
2021-10-27
0