"Ma*mpus rasain!" ucap Imel pelan,tetapi masih didengar oleh Embun. Embun yang melintas di dekat meja Imel saat keluar dari toilet, dengan cepat Imel menendang tulang kering Embun dengan heels nya yang runcing dan melihat Embun seperti ingin jatuh, Dia kembali menyandung kaki Embun.
Setelah Embun terjatuh dan mengaduh kesakitan, dengan cepat Dia berlari menyelamatkan diri, dari arah belakang yang diikuti oleh kedua teman wanitanya.
Embun sangat kesal, Dia ingin langsung menjambak rambut wanita yang menendang dan menyandungnya. Tapi, rasa sakit di tulang kering dan lututnya lumayan terasa. Sehingga Dia kehilangan jejak Imel.
"Dek, kamu tidak apa-apa?" Ardi membantu Embun berdiri. Dia memapah Embun berjalan ke kursinya. Embun masih meringis kesakitan memegangi tulang kering dan lututnya yang memerah dan bengkak.
"Sakit sekali Mas." Rengeknya, Dia menggigit bibir bawahnya menahan sakit ditulang keringnya.
"Mas akan cari orang yang mencederai kamu." Ardi hendak pergi mencari wanita yang mencelakai Embun, yang sebenarnya adalah Sekretaris nya sendiri.
"Tidak usah. Kita pulang aja. Dia sudah pergi dengan teman-temannya." Ucap Embun masih meringis kesakitan dan memijat-mijat tulang keringnya.
"Mas akan minta pemilik Cafe untuk melihat rekaman CCTV." Ardi masih bersih keras, ingin mengetahui orang yang sengaja menyandung Embun.
"Tidak usah Mas, tidak ada yang serius koq. Kita pulang aja ya?" Ardi merasa sedih, melihat kekasihnya yang menahan sakit dikakinya itu. Dia pun meniup-niup tulang kering Embun yang membuat Embun terharu, karena Ardi sangat mengkhawatirkannya.
Ardi mendongak, kedua mata tajamnya kini nampak sendu menatap mata Embun yang berkaca-kaca. Dia pun berdiri dan melap air mata Embun yang jatuh dipipinya.
"Sakit banget ya Dek?" raut khawatir dan sedih nampak jelas diwajah Ardi. Embun menggeleng.
"Jadi kenapa Adek menangis?" Ardi kembali melap air mata Embun dan merapikan rambut Embun yang nampak sedikit acak-acakan itu.
"Entah kenapa Adek merasa kita akan berpisah." Air mata semakin merembes diwajah putihnya. Para pengunjung cafe melirik ke arah mereka. Karena Embun menangis. Tapi, mereka tidak ambil pusing.
"Itu tidak akan terjadi. Kita pulang ya?" Ardi meletakkan dua lembar uang berwarna merah di meja mereka tempat makan dan dengan cepat Dia membopong Embun masuk ke mobilnya ala bridal style. Wanita mana yang tidak klepek-klepek mendapat perlakuan seperti yang dilakukan oleh Ardi.
Sepanjang perjalanan pulang, Embun terus saja memandangi Wajah Ardi, yang membuat Ardi kali ini grogi dan malu. Jujur saja, setiap dekat dengan Embun, perasaan Ardi selalu tidak tenang. Pesona wanita itu sukses membuatnya selalu kena serangan jantung. Walau Dia bisa menyembunyikan perasaan yang membuat tidak tenang itu.
"Tumben betah mandangin wajah Mas." Ardi mencubit gemes pipi Embun. Dia tersenyum.
"Mau puas-puasin aja mandangin nya. Nanti biar gak cepat kangen, kalau Adek sudah dikampung." Mata Embun yang indah masih setia memandangi wajah Ardi yang tampan itu.
"Kan kalau kangen bisa VC sayang." Wajah tampan Ardi yang kulitnya memang putih itu nampak memerah, karena grogi dipandangin Embun.
"Bedalah, Mas itu lebih ganteng dilihat langsung." Cebik Embun, Dia tiba-tiba kesal melihat Ardi yang kegeeran itu.
Sesampainya di kos an Embun, Ardi pamit. Tapi, Dia meminta agar mengantar Embun ke Bandara Kualanamu. Embun berangkat pukul 7 pagi.
"Tidur yang nyenyak, kakinya jangan lupa diolesin minyak Karo yang kita beli tadi." Ucap Ardi Kedua tangannya memegang bahu Embun.
Tiba-tiba saja, jantung embun berdetak dengan sangat cepat, disaat Ardi mendekatkan wajahnya, Ardi nampak memiringkan sedikit wajahnya. Seperti sedang mengambil ancang-ancang untuk mencium bibirnya.
Sudah satu bulan mereka jadian. Tapi Takbir atau tabrakan bibir belum pernah mereka lakukan. Keseringan Ardi mencium kening dan puncak kepala Embun.
Entah kenapa Ardi seperti ingin menciumnya dan sepertinya Embun sedang menginginkannya jua. Tubuh Embun bergetar, mengetahui Ardi akan menciumnya. Embun menutup matanya disaat Dia sudah merasakan hembusan nafas Ardi menyapu wajahnya.
Satu.....dua....ti.... Embun bergumam dalam hati. Dia berharap dihitungan ketiga. Bibir mereka akan bertemu.
Tinn....tin....tin.... Suara klakson mobil penghuni kos yang hendak memasuki pagar menyadarkan keduanya. Mereka yang sedang berdiri didekat mobil Ardi, akhirnya kikuk dan saling pandang dengan senyam-senyum. Ardi sampai menggaruk-garuk tengkuknya yang tidak gatal itu. Tabrakan bibir pun akhirnya Gatot.
TBc.
Mohon Beri like coment positif rate 🌟 dan jadikan novel ini sebagai favorit.
Jangan lupa VOTE ya kak.
Terimakasih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 321 Episodes
Comments
Nurlena
kalau habis minyak karo mu mbun, minta aja sama ku ada ini, sehat ya thur, sekian lama aku baca novel ini baru aku dapat novel Medan,
2023-05-04
0
Alyn azzis
ada aja nih othor takbir😅
kirain hari raya ada takbir keliling...
ehh ternyata takbir tabrakan bibir🤣🤣
2022-04-02
0
Santi Haryanti
kisah Ardi sama Embun seru ya
2022-03-15
0