Zahra memberhentikan mobilnya tepat di depan restoran miliknya, dan segera masuk ke resto dan menuju ke ruang kerjanya. Ia yang sedang duduk mencoba beristirahat dan memejamkan matanya, karena dia merasa sedikit tidak enak badan. Hampir 1 jam dia tertidur, dia di kagetkan dengan suara ketukan pintu.
Toktok..
"Masuk aja, Ly." Sahut Zahra dari dalam.
"Bos, mau saya bawakan makan atau Bos mau makan di luar.!" Tanya Prily.
"Saya makan diluar saja Ly, tapi setelah saya menyelesaikan beberapa pekerjaanku." Balas Zahra sekedar.
"Siap Bos! Jika tidak ada lagi saya pamit kembali ke belakang." Ucap Prily seraya berjalan mundur dan keluar dari ruangan Zahra.
Ricard Alziro sudah menjadi pelanggan tetap di resto selama 1tahun, dan sudah mereserfasi sebuah meja untuknya makan siang, beberapa menit kemudian akhirnya Ricard Alziro sampai di resto dan sedang menunggu makanan yang di pesannya sambil memainkan ponselnya.
Zahra yang sudah selesai bekerja akhirnya keluar dari ruang kerjanya, dan seketika dia keluar dia melihat Ricard Alziro yang sedang duduk di salah satu meja.
Zahra berjalan menghampiri Prily dan bertanya. "Apakah Tuan yang disana sering datang kesini.?" Tanya Zahra basa basi.
"Iya bos, Tuan Ricard adalah pelanggan setia 1 tahun belakangan di resto ini, sebelum jam makan siang Tuan sudah menelpon dan mereserfasi meja untuknya." Balas Prily.
"Baiklah, beri dia pelayanan yang terbaik karna ia juga adalah pelanggan setia di Oxixnine." Ucap Zahra.
"Bos, Apa anda sedang sakit,? anda terlihat sangat pucat 2 hari belakangan ini." Tanya Prily yang begitu khawatir terhadap bosnya.
"Saya baik-baik saja, Ly. Hanya saja semalam saya tidak tidur dengan baik dan merasakan pening di kepalaku, tapi tidak masalah." Jelas Zahra karena tidak ingin Prily khawatir.
"Bos duduklah dulu, saya akan menyediakan makan siang untuk anda." Ucap Prily kembali.
"Makasih banyak Ly. Kau adalah orang kepercayaanku dan kau yang selalu menghawatirkanku." Balas Zahra.
Zahra yang hendak berjalan menuju sebuah meja yang tepatnya berada di luar. Tiba-tiba merasakan nyeri di kepala yang tidak bisa Ia tahan lagi, saat Zahra hampir terjatuh Ricard yang melihatnya langsung berdiri dan menarik tangan Zahra sehingga Zahra tersungkur ke dalam pelukan Ricard Alziro.
"Apa anda baik-baik saja, Nona?" Tanya Ricard memastikan.
Dengan cepat Zahra melepaskan tubuhnya dari Ricard Alziro. "Maafkan saya, saya hanya merasa tidak enak badan saja." Balasnya.
Ricard yang melihat wajah Zahra yang begitu pucat pun segera menyuruh Zahra untuk duduk.
"Nona, sebaiknya anda duduklah dulu, anda sangat pucat, apa anda perlu ke rumah sakit,?" Tanya Ricard.
"Terima kasih Tuan, tapi aku baik-baik saja." Jawab Zahra singkat.
Prily yang melihatnya langsung menghampiri Zahra dan berkata.
"Bos, sebaiknya makan di ruangan bos saja, agar setelahnya anda bisa beristirahat." Prily yang berucap.
"Gak usah Ly, saya makan di meja pojok saja, karena saya sedang menunggu Safier. Ada pekerjaan yang ingin saya bahas dengan Safier." Balas Zahra.
"Baiklah bos!" dan berlalu ke dapur meyiapkan makanan Zahra. Prily yang telah selesai menyiapkan makanan sang bos akhirnya keluar dan membawa beberapa makanan untuk bosnya dan pesanan dari Ricard Alziro.
"Makasih Prily, dan tolong ambilkan beberapa berkas yang sudah saya taruh di atas meja di ruanganku." Pintah Zahra.
"Tuan, selamat menikmati makan siang anda, dan terima kasih sudah membantuku tadi, saya pergi dulu." Zahra pun pergi dari meja Ricard dan berjalan menghampiri meja yang telah di siapkan Prily.
Ricard Alziro merasa terkejut mendengar Safier Ali akan berbicara beberapa pekerjaan dengan wanita di depannya dan memilih duduk berlama lama. Karena Ricard penasaran dengan Arsitek yang sulit mereka jumpai.
Zahra yang sedang menyantap makan siangnya di kejutkan dengan kedatangan Safier Ali.
"Zahra, maafkan aku sudah membuatmu menungguku." Ucap Safier.
"Tidak masalah Safier, ayo temani aku makan siang dulu, setelahnya baru kita bicara mengenai pekerjaan." Balas Zahra.
Safier pun tertawa dan berkata. " Sudah seperti ini, kamu masih memikirkan pekerjaan! dan ngomong-ngomong, apa kamu sedang sakit, Zahra.? Kenapa kamu terlihat begitu pucat" Tanya Safier yang tampak khawatir dengan kondisi sahabatnya.
Ricard yang menyadari kedatangan Safier Ali duduk dengan tenangnya karna ia ingin mendengarkan pembicaraan mereka.
Setelah selesai makan, Safier dan Zahra pun mulai berbicara mengenai kontrak kerja sama.
"Jadi gini Zahra, aku sudah bertemu dengan Arsitek dari California dan menceritakan mengenai proyek rumah tak terbatas, dan mungkin kamu mengenalnya, oleh karena itu aku berharap kamu mau ikut serta dalam kontrak ini. Karena bagiku kau bisa menghandel semuanya dan aku yakini kamu bisa membawa proyek ini sampai pada kesuksesan." Ucap Safier dengan jelas.
"Mengenai Arsitek dari California aku mengenalnya dan berteman baik dengannya jika tidak salah yang kamu maksud adalah Amanda Han, bukan." Balas Zahra.
" Sungguh wanita luar biasa. Aku tidak salah memilih seseorang dan mempercayakan proyek ini kepadamu. Aku berharap kamu mau bekerja sama dengan kami di proyek ini." Ucap Safier dengan memohon.
"Safier, maafkan aku, tapi jika untuk bekerja sama dan menjalin beberapa kontrak berjangka panjang mungkin aku tidak bisa, karena untuk saat ini aku ingin fokus pada bisnisku dulu." Jelas Zahra dengan pelan karena tidak ingin menyinggung perasaan sang sahabat.
Ricard yang mendengarnya sangat terkejut karena ia tidak percaya wanita tadi adalah seorang Arsitek, dan ternyata wanita itulah yang selama ini dicarinya karena proyek rumah tak terbatas.
Sial, aku harus segera mendapatkan kontrak kerja sama dengan wanita itu apapun caranya, harus, monolog Ricard. Ricard pun berpura pura terkejut mendapati Safier Ali ada di restoran itu.
"Ricard, senang bertemu denganmu dan sungguh kebetulan kita bertemu disini, jika kamu memiliki waktu luang, bisakah kamu bergabung dengan kami di sini." Ucap Safier Ali.
"Baiklah!" Ricard pun duduk bergabung dengan
Zahra maupun Safier.
"Ricard kenalkan ini Zahra. Zahra adalah Arsitek yang aku bicarakan waktu itu, dan ialah Arsitek wanita yang selama ini kalian cari, dan maafkan aku baru tahu jika proyek rumah tak terbatas itu belum berjalan karena kalian sulit mendapatkan informasi mengenai Zahra." Safier menjelaskan.
Zahra menatap dalam pria di depannya, dan bertanya. "Apa maksudmu Safier? dan Tuan di depan ini, apa hubungannya dengan proyek ini.? Tanya Zahra yang binggung.
"Saya adalah CEO Alziro, jika anda tidak keberatan bisakah anda bergabung dalam proyek ini." Jawab Ricard.
"Maafkan aku, tapi sungguh aku sedang tidak ingin bekerja sama dalam jangka waktu panjang, karena saat ini aku ingin fokus dengan bisnisku dulu." Ucap Zahra.
"Nona, proyek ini demi kelangsungan masyarakat tidak mampu, karena itu saya berharap anda bisa ikut serta dalam kerja sama ini, berapapun bajet yang harus saya bayarkan kepada anda, saya bersedia asalkan anda mau turut serta dalam pembangunan ini." Ricard berbicara.
"Ini semua bukan masalah bajet, aku pun bersedia jika itu untuk kelangsungan masyarakat miskin tapi aku tidak ingin terikat dengan perusahan manapun. Maaf ya!" Jawab Zahra dengan tidak enak hati.
"Jika anda ingin, kami bisa mengganti waktu kontrak kerja sama, seperti kemauan anda, asalkan anda bersedia bekerja sama." Ucap Ricard kembali karena ia ingin membangun hubungan kerja sama dengan Zahra.
"Ok, baiklah aku akan bekerja sama, namun aku akan menandatangani kontrak kerja sama setiap 3 bulan sekali selama proyek berjalan, dan setelah selesai, aku bisa mengundurkan diri dengan cepatnya, bagaimana apa kalian setuju.?" Balas Zahra dengan pertimbangan.
"Baiklah, saya menantikan kerja sama kita, dan terima kasih Safier telah ikut serta dalam proyek ini, sebentar nanti sekertarisku akan membawa kontrak kerja sama sesuai keinginan anda." Jawab Ricard dengan tersenyum.
"Jika tidak ada hal lainnya, saya pergi dulu." Ricard berpamitan setelah berjabat tangan dengan Zahra sebagai tanda mereka akan memulai kerja sama dan menjadi partner bisnis.
"Baiklah, hati-hati di jalan." Ucap Safier.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 159 Episodes
Comments