Fahreza, Naysila dan juga Prily kini sudah berada tepat di ruang kerja Zahra.
Di lain sisi Zahra merasa canggung dan salah tingkah ketika duduk berseblahan dengan Ricard . Zahra pun memilih untuk pergi dari sana dan hendak berdiri namun pergelangan tangan nya ditahan oleh Ricard.
"Kamu mau kemana,? duduklah disini dengan Ku! ada yang ingin kutanya kan padamu." ucap Ricard dengan memohon.
Zahrapun duduk kembali, dan mempersilahkan Ricard untuk bertanya.
"Soal kerja sama kita, mungkin akan segera berlangsung dan akan sangat melelahkan untukmu, karna kita akan selalu sibuk seharian. Jika ada yang ingin di ubah dalam kontrak kerja sama kita, kamu jangan sungkan mengatakannya padaku." jelas Ricard walau itu bukan tujuan utama nya.
"Tidak masalah, kerja sama di bidang seperti ini emang sudah menjadi ciri khas tersendiri buat kami para Arsitek. Jadi untuk perubahan kontrak mungkin sejauh ini tidak ada." balas Zahra sekedar.
"Apa Fahreza pacarmu?" tanya Ricard dengan hati-hati.
Zahra dengan sontak tertawa "Haha... Fahreza itu kakak laki-lakiku, mana mungkin dia pacarku. Ia adalah kekasih sahabatku." Zahra yang menjelaskan sambil meneguk vodka yang ada di depannya,.
Dari balik kaca yang berada di lantai 2, Naysila, Prily dan Fahreza sedang melihat ke arah Zahra yang terlihat begitu canggung bersama Ricard, ketiganya pun tersenyum bahagia.
Zahra dan Ricard pun saling melirik satu sama lain.
"Kenapa pria ini tampan dan kenapa pula jantungku berdebar kencang saat duduk berhadapan dengannya." batin zahra.
Ricard pun merasakan apa yang dirasakan zahra. Ricard pun mencoba bertanya kembali kepada zahra.
"Apa dia kakak kandungmu,? kenapa dia sering memanggilmu dengan kata sayang." tanya Ricard yang masih penasaran dengan sebutan-sebutan yang di layangkan Fahreza.
Kali ini Zahra yang sudah tidak mulai terkontrol emosi nya karena mabuk pun berkata dengan lantangnya. " Aku anak satu satunya, dia adalah kakak sepupuku! untuk panggilan sayang itu memang sudah menjadi ciri khas keluarga kami." Zahra berbicara dengan suara serak khas orang mabuk. " Mereka pun tidak pernah sekalipun memanggilku dengan sebutan nama." timpal nya kembali.
Ricard merasa gemes melihat cara bicara zahra saat mabuk, dan dia tampak lebih tertarik untuk mengetahui apa kah Zahra juga tertarik dengannya.
Ketika Zahra ingin meneguk gelas terakhirnya Ricard dengan cepatnya merampas gelas vodka tersebut dan berkata "Hentikan, kamu sudah mabuk, tunggu disini aku akan segera kembali. Aku akan panggilkan kakakmu." ucap Ricard dan segera menjauhkan minuman-minuman tersebut sebelum ia beranjak menjauh dari sana.
Belum sempat berdiri Zahra menarik ujung baju Ricard, seakan akan ia tidak ingin Ricard pergi meninggalkannya sendiri. Melihat tingkah Zahra, Ricard seperti paham akan maksud dari Zahra yang tidak ingin dia pergi. "Aku tidak akan meninggalkan mu di sini sendirian, aku hanya kemeja sebelah dan itu pun hanya lima menit, jadi kamu duduk dan tunggu aku kembali." ucap Ricard dengan memegang puncak kepala Zahra.
Ricard pun menghampiri sahabatnya dan beberapa temannya. "Kalian kembali lah lebih dulu, aku masih ada urusan disini." ucap nya dengan tersenyum.
Ketika Ricard berbalik, Ricard tampak melongi menyaksikan seorang pria yang tidak asing bagi nya, yang sedang menarik paksa tangan Zahra.
Namun zahra menepis tangan pria tersebut.
Ricard pun berniat ingin membantu Zahra, namun langkah kakinya terhenti ketika beberapa pria bertubuh kekar dan seorang bartender memukuli pria tersebut karena sudah berani mengganggu Zahra.
"Beraninya kau, mengganggu Zahra kami!" ucap Rangga dengan marah.
Bruuuukk..layangan tinjupun mengarah di wajah pria tersebut.
Ricard yang menyaksikan hanya melonggo keheranan. "Kenapa mereka menjaga Zahra layak nya seorang Putri Raja" gumam Ricard pelan.
Laki laki yang tadi menarik Zahra, seketika meneriaki para pengawal. "Kalian akan merasakan akibatnya, karna kalian telah mengusikku. Aku adalah CEO Dinar Group aku Arka Dahlan, aku adalah pengusaha muda yang berkuasa." teriak Arkan dengan sombong nya.
Ketika Ricard hendak maju kembali, langkahnya pun terhenti ketika Fahreza berteriak dari arah lantai dua. "Arkan Dahlan..! beraninya kau melakukan itu kepadanya." teriak Fahreza dengan tatapan yang begitu tajam dan kali ini Fahreza berhasil membuat semua pengunjung menatap ke arah nya.
Fahreza Adiyaksa Chandra photo.
"Aku Arkan Dahlan, tak pernah takut dengan siapa pun, apa yang akan kau lakukan kepadaku!" balas nya dengan sombong.
Fahreza pun mengeluarkan ponsel nya, dan menekan nomor salah seseorang.
"Direktur Re, apa ada hal mendesak, sehingga anda menghubungi saya selarut ini?" tanya seseorang yang di tlpon Fahreza.
"Batalkan semua kerja sama! antara Chandra Group dengan perusahan Dinar Group, dan buat mereka kesulitan dalam mencari investor, jika ada yang berani membantu mereka, tarik semua aset kita yang ada pada mereka juga." ucap nya dengan lantang dari lantai dua yang hanya berdindingkan sebuah kaca.
"Segera saya laksanakan" jawab pria di balik telpon Fahreza.
"Segera lakukan saat ini juga!" ucap Fahreza dengan menekan perkataan nya.
Seketika ponsel Arkan Dahlan berdering dan Fahreza pun menyuruh Arkan untuk mengangkat telpon itu.
Ketika Arkan mengangkatnya, dengan perlahan ia pun tertuduk lemas kelantai karena mendengar pasar sahamnya mulai anjlok dan menuju kebangkrutan. Selang beberapa saat Fahreza pun menyuruh anak buahnya mengusir Arkan dari dalam club mereka.
Kali ini pandangan semua pengunjung tertujuh pada Zahra yang sedang memejamkan mata karena merasakan pening di kepalanya akibat meminum minum dalam dosis yang banyak. Mereka begitu tidak percaya dengan apa yang mereka lihat saat ini dan mengira Zahra hanya seorang wanita sederhana yang suka berteman dengan siapa saja.
"Jika ada yang berani mengintimidasi adik saya, hidupnya akan sama seperti brengsek barusan, dan perlu kalian ingat dia adalah pewaris Chandra group dia adalah anak perempuan satu-satunya di keluarga kami. Dan aku pastikan kalian akan menyesal seumur hidup kalian jika berani melakukan itu." Perkataan Fahreza berhasil membuat bulu kuduk setiap pengunjung bergidik geri.
Fahreza dan kedua adiknya tidak pernah khawatir jika Zahra sering datang ke club tanpa ada mereka di sampingnya karena sebagian besar club malam di Prancis adalah anak cabang Chandra group.
Ricard kaget bukan main ternyata dia benar benar anak dari pengusaha kaya raya dan juga anak dari panutannya selama ini. Melihat suasana di dalam club yang mencengkam Ricard pun beranjak untuk pergi.
Melihat Ricard yang hendak meninggalkan club tersebut membuat Fahreza tertegun namun dengan cepat nya ia memanggil Ricard kembali.
"Ricard, kamu mau kemana? naiklah, ada beberapa hal yang ingin aku bicarakan denganmu." panggil Fahreza.
Ricard pun berbalik dan mencari seseorang yang memanggil nya. Setelah melihat ke kanan dan kiri akhirnya sorot mata nya tertuju pada Fahreza yang berada di lantai dua seraya melambaikan tangan ke arahnya. Ia pun segera menghampiri Fahreza.
Fahreza yang sejak tadi merasa senang melihat kesopanan dan kedewasaan diri dari sosok Ricard membuat Fahreza tertarik untuk mengenal nya lebih jauh. Seperti yang di ketahui sejak Zahra berpisah dengan Donny ia tidak pernah membuka hati nya untuk pria lain apa lagi duduk berbincang dengan waktu yang cukup lama. Hingga membuat sosok Zahra tertawa dengan lepas nya.
Prily dan Naysila mencoba menyadarkan Zahra. "Oh Lord... Bos bangun malu tau diliatin banyak orang!" ucap Prily dengan menggeleng kepala.
Zahra mencari cari keberadaan Ricard yang tadi menemaninya minum, tapi dia tidak menemukannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 159 Episodes
Comments
Fa Rel
masih meraba cerita
2021-12-03
1