bab 17

Stevano melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang membelah kesunyian malam.

Stevano memutuskan untuk membawa Sintya ke apartemennya, untuk sementara dia harus tinggal di apartemen itu.

Karena menurut Stevano saat ini hanya di apartemennya lah yang paling aman untuk menyembunyikan keberadaan Sintya dari orang orang yang mengincar nyawanya.

Sesampai di gedung apartemen Stevano langsung memarkirkan mobilnya. Dia keluar terlebih dahulu dari mobilnya lalu ia membukakan pintu untuk Sintya dan membantunya keluar.

Stevano menggenggam pergelangan tangan Sintya dan tangan satunya lagi membawa tas yang berisi barang barangnya Sintya.

Mereka berjalan menuju lift dan menekan tombol angka 10 dimana kamar Stevano berada. Akhirnya mereka sampai di dalam apartemen Stevano.

" Wahhh ... Ini bagus dan besar sekali. Apartemen Kak Vano, " ucap Sintya sangat takjub melihat dengan apa saja yang ada di dalam apartemen itu.

Stevano tidak menanggapi ucapan Sintya, dia meletakkan tas yang dibawanya ke atas meja.

Dia langsung saja duduk di kursi sofa mewah itu, sambil memperhatikan tingkah gadis pujaannya yang terlihat sangat lucu dan menggemaskan menurutnya.

Meskipun saat ini hatinya sedang kacau, tetapi ketika melihat tingkah Sintya yang terlihat sangat udik dan ke kanak-kanakan melihat semua barang yg ada dalam apartemen itu.

Tanpa dia sadari hatinya mulai membaik dan merasa tenang kembali.

Inilah yang namanya kekuatan cinta, yang mampu membalikkan keadaan dan meluluhkan hati seseorang dengan sangat mudah.

" Kak Vano. Tidur disini apa pulang? " Setelah menyadari tingkah konyolnya sendiri.

" Ini sudah larut malam. Jadi aku akan tidur sini malam ini. Besok pagi pagi aku baru pulang. "

" Tapi kamarnya cuma ada satu Kak. Kakak tidur dimana? "

" Aku akan tidur di kursi sofa ini. Kenapa apa kamu mau aku menemanimu tidur di dalam kamar itu? Dengan senang hati akan aku penuhi keinginanmu. " Ucap Stevano dengan senyum menyeringai.

" Dasar otak mesum. " Jawab Sintya cemberut sambil berlalu meninggalkan Stevano menuju kamar Stevano.

Stevano mengikuti Sintya dari belakang menuju kamarnya. Karena merasa di ikuti oleh Stevano. Sintya menolehkan kebelakang dan berteriak.

" Kak Vano !!! " teriak Sintya.

" Ini sudah malam. Kenapa teriak? " Sahut Stevano santai.

"Kenapa Kak Vano mengikuti aku kekamar ini. Pergi! Dasar mesum. " Ucapnya.

"Memangnya kenapa kalau aku kekamar? " Tanyanya santai sambil tersenyum tipis.

" Tidak boleh. Dasar otak mesum. " Ucap Sintya sambil mendorong badan Stevano untuk menjauhi kamar yang akan menjadi tempat tidurnya malam ini.

" Aku ke kamar mau ambil bantal dan selimut memangnya kenapa? " Sahut Stevano.

Sintya berhenti mendorong badan Stevano dan tidak menjawab pertanyaan Stevano, dia tertunduk malu dengan dirinya sendiri karena telah berpikir yang aneh aneh.

" Sebenarnya siapa yang otaknya mesum itu aku apa kamu? " Ucapnya sambil menjentikkan jari tangannya ke dahi Sintya.

" Aduuuuh .... " Ucapnya mengusap usap dahinya yang terasa sakit karena di sentil Stevano.

" Ini sudah sangat malam! Cepatlah kamu istirahat, " ucap Stevano.

Setelah selesai mengambil selimut dan bantal dari dalam kamar, yang akan dia pakai untuk tidur di ruang tamu apartemennya.

" Baik, " jawab Sintya sambil cepat cepat menutup pintu kamar itu.

Karena sudah terbiasa bangun pagi, pagi itu sudah terbangun dari tidurnya. Dia langsung mandi dan berwudhu untuk menjalankan sholat subuh.

Setelah membersihkan kamar yang baru saja di pakai untuk istirahat ia keluar kamar, menuju dapur membuat sesuatu untuk sarapan pagi ini.

Setelah dia memeriksa seluruh isi yang ada di dalam rak lemari serta kulkas ia hanya bisa menemukan kopi kemasan kecil.

Akhirnya dia memutuskan untuk membuat dua cangkir kopi, satu untuk dirinya satu lagi untuk Vano.

Selesai membuat kopi dan mengambil satu toples kue kering lalu membawanya ke ruang tamu, sekalian membangunkan Stevano.

Ketika tangannya hendak menyentuh tubuh Stevano untuk membangunkan tiba tiba gerakan tangannya berhenti.

Pandangan matanya tertuju pada wajah tampan bos mesumnya itu. Tanpa disadari di telah mengamati wajah sempurna milik atasannya itu cukup lama.

" Awas! Air liur mu menetes. Apa kamu masih belum puas memandangi wajah tampanku ini, "

ucap Stevano tiba tiba membuka mata sambil tersenyum.

Sintya yang terperangkap basah langsung tergagap dan kaget.

" A ... Aku mau membangunkan mu. Ini sudah aku buatkan kopi, " jawabnya terbata bata.

" Aku sudah melihat semuanya. Jadi tidak perlu berbohong. Kalau kamu sedang terpesona oleh ketampanan ku ini. Apakah kamu menginginkan tubuh ku ini " jawab nya sambil tersenyum licik.

" Siapa yang terpesona dengan ketampanan mu. Dasar narsis, " jawabnya.

Membuat gadis yang ada di hadapannya itu menjadi salah tingkah dan pipinya langsung merah merona. Karena telah ketahuan sedang memandangi wajah atasannya.

Dalam hatinya dia meruntuki dirinya sendiri yang telah melakukan kebodohan sampai ketahuan bos mesumnya.

Sebelum meninggalkan apartemen itu Stevano menjalankan sholat subuh terlebih dahulu.

Ketika dia hendak keluar dia berpesan pada gadis itu agar tidak keluar dari apartemen dan tidak boleh membuka pintu selain dirinya.

***

" Halo! Tuan " suara Baron sang pengawal kepercayaan Sanjaya group.

" Iya Baron. Bagaimana hasil pengintaian anak buah mu kemarin?" Tanya Stevano pada Baron yang ada di seberang sana.

" Anak buah ku mengikuti mereka di dua tempat. Karena mereka berpencar. Mobil satu berisi 6 orang menuju rumah tua besar yang jauh sekali dari kota ini. Kemungkinan besar itu markasnya dan sekarang masih diselidiki lebih lanjut. Dan mobil yang kedua menuju kota AA sampai saat ini belum diketahui kemana tujuan mereka sebenarnya karena masih dalam pantauan, " jawab Baron menjelaskan hasil penyelidikan mereka.

" Iya. Terima kasih. Kalau ada berita lagi kabari aku. "

" Siap! Tuan. "

Sudah ada satu Minggu ini Stevano pergi bekerja di kantor pusat Sanjaya group yang ada di Surabaya karena perintah papanya.

Waktu itu ketika dia hendak kembali ke Jakarta, papa mencegah dan memberitahukan kalau dia harus mengelola perusahaan yang ada di Surabaya.

Papanya mengatakan Ingin istirahat karena sudah tua dan sudah saatnya dirinya menggantikan posisinya sebagai penanggung jawab penuh atas maju mundurnya perusahaan.

Saat ini sekertaris pribadinya Ricky sudah ia dipercayai menjadi pemimpin kepala cabang Jakarta.

Sementara di Surabaya pak Bambang sekretaris pribadi papanya sekaligus orang tua Ricky juga mengundurkan diri.

Akan tetapi sekretaris kedua yaitu Bu susi masih tetap bekerja dan untuk sementara dia yang merangkap tugas dari pak Bambang .

Sehingga dia harus mencari asisten pribadi lagi, akhirnya dia berpikir untuk menjadikan Sintya sebagai asisten pribadinya.

Dia bisa melakukan dua hal sekaligus, satu melindungi dan memantaunya setiap hari dan saat. Kedua dia mempunyai alasan kuat untuk bisa lebih dekat dengan gadis itu dan menanamkan benih benih cinta padanya.

Siang ini ketika waktunya makan siang dia berencana pergi ke apartemennya untuk menemui gadis itu dan memberitahukan kalau mulai besok dia akan menjadi asisten pribadinya.

Sebelum ke apartemennya di akan singgah dulu ke supermarket. Dia ingin memenuhi kebutuhan sehari-hari yang dibutuhkan oleh Sintya selama dalam persembunyiannya.

Ketika dia telah selesai membayar barang belanjaan dan keluar membawanya menuju mobilnya.

Tanpa sengaja dia menabrak seseorang. Ketika dia mendongak mukanya betapa terkejutnya dia melihat orang tersebut.

Terpopuler

Comments

Rimbia Rhaya Hijabshop

Rimbia Rhaya Hijabshop

mantaaaaaannnn.....
silakan buang pada tempatx

2021-04-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!