bab 2

Satu Minggu semenjak kejadian pengeroyokan yang menimpa Aldi, Sintya lebih protektif lagi terhadap adiknya.

Dia berjanji dalam hati untuk lebih mendidik adiknya lebih baik lagi dan melatih adiknya agar cepat sampai di tingkatan tertinggi. Agar bisa menggantikannya sebagai pelatih karate di sanggar.

Memang selama ini adiknya paling malas untuk berlatih karate makanya sampai sekarang masih sabuk coklat.

" Dik, nanti sore jadwal latihan di sanggar. Kamu nanti bantu kakak ya, untuk mengajar anak-anak pemula yang baru masuk," kata Sintya sambil menyiapkan masakan untuk sarapan mereka.

" Tapi Kak, aku masih belum bisa melatih seperti Kakak, " jawab Aldi.

" Dik, sampai kapan kamu baru bisa kalau kamu tidak pernah mencoba?Bagaimana apa kamu mau sanggar yang didirikan oleh ayah ditutup saja? Karena sebentar lagi kakak harus cari kerja untuk biaya sekolah kamu dan sebentar lagi kamu masuk kuliah. Kalau cuma mengandalkan gaji pensiunan ayah dan bunda tidak akan cukup Dik, " suara Sintya memberikan penjelasan kepada adiknya.

" Ya. Baiklah Kak. Akan aku coba bantu kakak nanti. Jangan pernah sanggar itu ditutup ya Kak. Karena itu peninggalan ayah satu satunya yang harus kita jaga, " jawab Aldi.

" Nah begitu dong, coba seperti itu dari dulu Dik. Sekarang ayo kita sarapan dulu, " kata Sintya.

" Iya Kak, " jawab Aldi.

Mereka menikmati sarapan pagi seperti biasanya.

Setelah selesai sarapan pagi Aldi mengeluarkan motor kesayangannya yang selama ini selalu setia menemani pulang dan pergi ke sekolah. Dia lalu berpamitan kepada kakaknya untuk berangkat sekolah.

Sementara itu Sintya membersihkan meja makanan dan rumah seperti biasanya dengan ditemani alunan musik dari handphone.

Sintya Gadis yang rajin dan sangat mandiri dalam segala hal. Tempaan dan cobaan hidup yang dijalaninya semenjak ditinggal pergi kedua orang tuanya, menjadikan pribadinya lebih matang serta tegas.

***

Kumandang adzan sholat subuh terdengar sahut menyahut dari masjid ke masjid, membangunkan hamba hamba-Nya untuk menunaikan kewajiban sebagai hamba Allah yang taat.

Udara pagi hari sangat dingin serasa menusuk tulang, tidak menjadi penghalang bagi Sintya bangun dari tidurnya.

Sintya membersihkan diri sekalian mengambil air wudhu baru masuk ke kamar menunaikan ibadah dengan khusyuk.

Dia membangun kan adiknya untuk menunaikan shalat subuh, setelah adiknya bangun seperti biasa dia pergi ke dapur untuk mempersiapkan sarapan.

Mentari pagi sudah mulai sudah mulai menampakkan sinar keemasan dari ufuk timur. Sungguh agung nan indah ciptaan-Mu, ya Allah.

Terima kasih atas segala nikmat dan rahmat yang selalu engkau limpahkan kepada hamba-Mu yang hina dan penuh dosa ini.

" Dik, kemarin kakak dapat panggilan kerja di perusahaan XXX tp ada di kota Surabaya. Besok kakak harus datang ke kantornya untuk melakukan tes wawancara. Menurut mu bagaimana Dik? " tanya Sintya kepada adiknya sambil sarapan.

" Terus bagaimana dengan aku Kak? Apakah kakak akan meninggalkan aku sendirian disini? " tanya Aldi.

Dengan wajah terlihat sedih dan tidak bersemangat setelah mendengar kalau kakaknya mendapat panggilan kerja di kota yang cukup jauh dari tempat tinggalnya saat ini.

Karena dalam benaknya sudah terbayang dengan jelas kalau dia akan ditinggalkan oleh kakaknya sendirian.

" Kakak mengerti perasaanmu Dik. Sekarang coba renungkan dulu, kita bisa setiap hari berkumpul akan tapi kita kekurangan uang. Karena kita selaku kekurangan uang akhirnya terpaksa kita harus berhutang. Lama kelamaan hutang kita akan menumpuk. Apakah kamu mau hidup kita terlilit hutang? " Sintya memberikan pengertian.

Dengan sabar dan telaten dia memberikan pengertian dan penjelasan yang masuk akal dan mudah untuk dipahami.

Meskipun berat bagi Sintya ini lah jalan terbaik yg harus ditempuh setelah mempertimbangkan dengan baik baik.

Tinggal 3 bulan lg adiknya Aldi sudah tamat SMA, dalam waktu 3 bulan ini dia harus sudah bisa mempersiapkan rumah kontrakan untuk mereka.

Karena Sintya sudah berjanji pada adiknya untuk menjemput adiknya dan tinggal bersama kembali.

Sore itu di dalam sanggar karate setelah selesai melatih, Sintya mendekati Andi.

Dia berencana berpamitan dan sekaligus menyerahkan sanggar karate yg selama ini dipimpin. Dia ingin menyerahkan kepemimpinan kepada Andi.

Dia mau minta tolong pada Andi untuk melatih serta mengawasi Aldi selama dia tidak ada.

Karena saat ini Aldi masih belum memenuhi syarat untuk mengelola serta menjadi pemimpin sanggar.

Setelah selesai berpamitan dengan semua anggota sanggar Sintya pulang bersama Aldi.

Terpopuler

Comments

•Wolfie blue_14•

•Wolfie blue_14•

jangan-jangan author nya ini juga maen karate ya?

2021-09-04

0

Je Moeljani

Je Moeljani

Annyeong👋👋👋
✓mampir
✓2 like
Sukses dan selalu semangat ya kakak Author❤️❤️❤️
Jangan lupa dukung karyaku ya..
Gomawo🙏🙏🙏
From 'Hope for Happy Ending'

2021-02-18

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!