bab 7

Kumandang adzan sholat Maghrib sudah mulai menggema dari masjid yang ada di seluruh pelosok negeri ini saling sahut menyahut.

Sintya bangkit dari duduknya lalu pergi menggambil air wudhu dan menunaikan kewajibannya sebagai hamba Allah.

Selesai sholat Maghrib Sintya bersiap siap untuk berangkat ke rumah nyonya Farida.

Dengan menggunakan taksi Sintya berangkat menuju rumah nyonya Farida.

Ketika sampai di rumah nyonya Farida tamu undangan sudah mulai berdatangan.

Sintya langsung masuk ke dalam rumah untuk menyapa si pemilik rumah.

" Selamat malam nyonya Farida, selamat malam tuan Mahadi. Selamat ulang tahun tuan, semoga panjang umur dan sehat selalu. Semoga tuan selalu mendapat limpahan Rahmat dan hidayah-Nya. Mohon maaf sebelumnya saya tidak mampu memberikan kado yang istimewa dan mewah untuk tuan Mahadi. Mungkin ini jauh dari kata sederhana tuan, " ucap Sintya dengan lembut dan sopan sambil menyerahkan bingkisan yang dibawanya.

" Terima kasih, ini sudah lebih dari cukup! Yang paling penting itu doa kamu, " jawab tuan Mahadi.

" Sintya tolong bantu aku kedalam, " ajak nyonya Farida.

" Baik, nyonya, "

Sintya mengikuti nyonya Farida dari belakang, ketika sudah sampai di dalam ruang tengah nyonya Farida berkata.

" Sinta, tolong kamu masuk ke kamar Vano! Ambilkan kamera handycam yang aku taruh di atas rak buku pojok atas paling kanan ya, " perintah nyonya Farida.

" Baik nyonya, " jawab Sintya langsung berlalu menuju kamar tidur tuan muda Stevano Sanjaya.

Beberapa kali Sintya mengetuk pintu kamar itu tapi tidak ada sahutan dari dalam.

Cukup lama Sintya berdiri mengetuk pintu akhirnya dia memberanikan diri untuk membuka pintu kamar itu.

Ini pertama kalinya dia masuk ke dalam kamar tuan Stevano, dia tidak tahu dimana letak rak buku yang di maksud nyonya Farida.

Sintya mengedarkan pandangannya, matanya mencari letak rak buku yang di maksud nyonya Farida karena luasnya kamar sehingga dia cukup kesulitan.

Pada akhirnya mata Sintya menemukan apa yang dicarinya, karena pandangannya hanya tertuju pada rak buku yang dicari.

Sampai sampai dia tidak melihat kalau ada orang yang baru saja keluar dari dalam kamar mandi.

Dia baru sadar ketika dia sudah menabrak tubuh kekar yang berdiri di depan pintu.

Karena benturan itu cukup keras sehingga tubuh Sintya limbung dengan gerakan refleks Stevano menangkap pinggang ramping dari tubuh mungil itu.

Secara tidak sengaja bibir mereka bertemu terlihat seperti orang yang sedang berciuman mata mereka saling menatap karena sama-sama terkejut.

Sintya berfikir didalam kamar ini tidak ada orang karena sudah mengetuk dan menunggu cukup lama tidak ada Jawaban jadi dia beranggapan kalau tidak ada orang di dalam kamar ini.

Sementara itu dalam benak Stevano kenapa ada seorang gadis yang berani beraninya masuk ke kamarnya tanpa permisi terlebih dahulu.

Setelah sadar dari pikirannya masing-masing Stevano melepaskan pelukan dari tubuh gadis itu.

Sementara itu Sintya langsung berdiri tegak dengan muka yang sudah merah merona karena menahan malu.

Sintya berusaha untuk menenangkan diri lalu dia meminta maaf.

" Mohon maafkan saya tuan, karena sudah masuk ke dalam kamar tuan, " ucap Sintya dengan suara sedikit bergetar karena rasa takut tuan muda akan memarahi.

" Kenapa kamu lancang sekali masuk ke dalam kamarku tanpa ijin terlebih dahulu! " dengan suara cukup lantang karena amarah.

" Maaf tuan tadi saya sudah mengetuk pintu tapi tidak ada jawaban dari dalam jadi saya berpikir tidak ada orang. Jadi saya memberanikan diri untuk masuk ke dalam " jawab Sintya yang sudah mulai tenang dari kagetnya.

" Lain kali jangan lancang! sembarangan masuk kamar ini. kamu mau cari apa di kamar ini? "

" Maaf tuan saya di minta nyonya Farida untuk mengambilkan handycam yang ada di atas rak buku pojok atas paling kanan. "

" Kamu tunggu disini akan aku ambilkan! "

" Baik tuan. "

Stevano pergi ketempat rak buku untuk menggambil handycam dan langsung menyerahkan pada Sintya.

" Ini handycam nya, cepat keluar dari dalam kamar ini. "

" Baik tuan. Terima kasih banyak. "

Setelah keluar dari dalam kamar tuan muda Stevano Sanjaya, hati Sintya bergidik ngeri.

Kenapa ada manusia seperti itu tapi sekaligus malu. Sebenarnya laki laki tadi itu sangat tampan dan tubuh kekarnya itu sungguh sempurna.

" Aduh kenapa aku jadi mikirin dia, " gumamnya dalam hati.

Sintya cepat cepat mencari nyonya Farida, untuk menyerahkan handycam.

Setelah menemukan nyonya Farida dia langsung menyerahkan handycam tersebut.

Pesta pada malam ini sangat meriah tamu undangan semua bergembira.

Semua hidangan yang tersaji di atas meja sangat menggiurkan dan menggugah selera makan.

Tuan Mahadi, nyonya Farida dan tuan muda Stevano terlihat sangat bahagia.

Sintya berpamitan ketika pesta telah usai. Sintya ingin pulang naik taksi tapi nyonya Farida memaksanya diantar sopir.

***

Pagi hari dirumah besar tuan Mahadi Sanjaya nampak seperti biasanya, semua orang rumah sibuk dengan pekerjaan masing-masing.

" Nyonya sarapannya sudah siap, " suara bi inah memberi tahukan.

" Iya Bi Inah, tolong bangunkan Vano ditunggu sarapan bersama, "

" Baik nyonya. "

Bik Inah pergi menuju kamar Stevano., ketika sampai di depan pintu kamar ia langsung mengetuk pintu sambil berkata

" Den Vano sudah waktunya sarapan di tunggu nyonya dan tuan sekarang. "

" Iya Bik. Sebentar lagi aku turun, " terdengar sahutan dari dalam kamar.

" Iya Den. "

Tak lama kemudian Stevano sudah turun kelantai bawah dia berjalan menuju meja makan.

Ketika sudah sampai di depan meja makan di menyapa kedua orang tuanya.

Mamanya mengambilkan nasi di atas piringnya lengkap dengan lauk pauk.

Mereka sekeluarga makan bersama tanpa ada yang bersuara hanya terkadang terdengar suara dentingan piring dan sendok sedang beradu.

Setelah selesai sarapan pagi mereka pindah ke ruang keluarga untuk bersantai sambil menonton televisi karena memang kebetulan ini adalah hari Minggu.

" Ma, setelah diselidiki lebih lanjut oleh Gunawan. Ternyata penyerang yang menimpamu itu ulah dari orang orang suruhan Wijaya group relasi kita yang kalah tender, " suara tuan Mahadi.

" Kapan itu terjadi Pa. Kenapa mama tidak cerita sama Vano. Bagaimana mana ceritanya Pa, " sahut Stevano minta penjelasan dari papanya.

Tuan Mahadi menceritakan semuanya tentang mulai penyerang sampai akhirnya diselamatkan oleh Sintya.

Stevano mendengarkan dengan serius semua cerita papanya.

" Kenapa mama pergi keluar kok tidak membawa pengawal? trus siapa itu Sintya pa? " tanya Stevano.

" Waktu itu mamamu bilang hanya keluar sebentar ke rumah temannya. Sintya itu gadis muda dan kata mamamu jago beladiri sekarang dia bekerja di perusahaan kita, " kata tuan Mahadi.

" Gadis yang tempo hari aku suruh ke kamar kamu untuk mengambilkan handycam yang aku simpan di atas rak buku mu, " imbuh nyonya Farida.

" Iya aku ingat, " jawabnya.

Dalam hati Stevano berkata ternyata dia gadis kurang ajar yang masuk kamarku itu.

Tanpa sadar bibirnya sedikit tersenyum ketika mengingat kejadian itu.

Saat dirinya tanpa sadar menarik erat pinggang ramping gadis itu dan bibirnya saling menempel seperti orang yang sedang berciuman.

Terpopuler

Comments

Deasy Verawaty Manangkalangi

Deasy Verawaty Manangkalangi

nyimak thor

2021-02-27

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!