bab 14

Stevano menatap sosok gadis polos namun sangat cantik itu. Beberapa saat kemudian ia terlihat sedang menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya pelan pelan.

Semua itu dia lakukan untuk mengurangi rasa canggung dan juga cemas membayangkan reaksi Sintya nanti setelah ia menceritakan tentang permasalahan yang membuatnya gundah.

" Apapun reaksinya nanti aku tidak akan pernah membiarkannya jauh dari pandanganku, " ucap Stevano dalam hatinya.

" Aku harus tetap memastikan dia menjauh dari dari kekerasan, yang akan memperburuk kondisi mentalnya. Sesuai dengan anjuran dokter yang pernah aku temui beberapa waktu yang lalu. "

" Tetapi bagaimana cara menjelaskan kepadanya? " sambil menggaruk-garuk tengkuk kepalanya yang tidak gatal untuk mengurangi rasa galau di hatinya.

" Sintya. Dengarkan aku baik baik. " Suaranya pelan namun terdengar sangat tegas.

Benar benar tidak meninggalkan jati dirinya sebagai tuan muda Stevano Sanjaya yang sangat tegas kadang juga sedikit arogan.

" Iya, ada apa Kak? " Terdengar sangat penasaran dengan apa yang akan diceritakan oleh atasannya itu.

" Sebenarnya masalah ini berkaitan erat dengan keadaanmu saat ini. " Berhenti sejenak untuk mengambil jeda sebelum ia melanjutkan ceritanya.

Sementara Sintya sudah tidak sabar lagi menunggu kelanjutan cerita yang akan disampaikan Stevano kepadanya.

" Lanjut cepat dong Kak, jangan buat aku penasaran seperti ini." Dengan muka yang terlihat cemberut.

Stevano melihat tingkah dan sikap gadis itu kepadanya sudah mulai berubah terlihat mulai terbiasa dan ada kesan sedikit akrab tanpa di rekayasa.

Hatinya mulai senang dan tanpa di sadari tersungging senyuman halus, karena ada secercah harapan kalau gadis itu ada sedikit menyimpan rasa suka kepadanya.

" Ha ... Ha ... Sabar dulu. " Akhirnya dia tidak sanggup menahan tawanya

melihat raut muka Sintya yang terlihat sangat menggemaskan dan lucu menurutnya.

" Baiklah. Dengarkan baik-baik. Orang yang melakukan penyerangan terhadapku beberapa minggu yang lalu itu, adalah ulah dari para musuh musuh kami. Mereka ingin menghancurkan dan juga membunuh kami semua dengan cara yang kejam. Namun apa yang mereka lakukan gagal karena ada orang lain yang telah menolong kami yaitu kamu. Dan yang jadi permasalahan pada saat ini adalah mereka melacak siapa kamu dan mereka juga sudah mengetahui identitas kamu. Saat ini orang orang itu sedang mencari keberadaan mu, mereka ingin menuntut balas. Karena kamu sudah mengacaukan serta telah menggagalkan rencana mereka yang ingin membunuh kami semua. Saat ini nyawa mu dalam bahaya dan sedang menjadi target mereka yang harus dilenyapkan karena telah menjadi pengganggu serta penghalang. Jadi untuk saat ini aku minta sama kamu, untuk mau menuruti perintah kami sementara waktu. Sampai kami selesai menanggani masalah ini. Ini semua kami lakukan demi menjaga dan melindungi keselamatan nyawamu. " Stevano berhenti berkata.

Dia memberikan ruang dan waktu untuk Sintya mencerna kata-katanya agar mudah dipahami dan bisa mengambil keputusan yang bijak untuk keselamatannya sendiri.

Sebenarnya Stevano sedikit melakukan kebohongan kalau ada orang yang mengincar nyawanya. Dia hanya ingin gadis itu mau menuruti perintah dan kemauannya.

" Terus apa yang harus aku lakukan saat ini Kak? " tanya Sintya dengan rasa yang sedikit takut.

Sintya masih bergidik ngeri membayangkan ada orang orang yang mau melenyapkan nyawanya.

Kejadian yang beberapa minggu lalu kembali terngiang-ngiang dalam ingatannya, tanpa sadar tubuhnya sudah bergetar hebat.

Stevano yang melihat tubuh Sintya bergetar langsung saja mengeser tubuhnya untuk lebih mendekat pada tubuh Sintya yang bergetar hebat itu.

Stevano langsung saja merengkuh tubuh Sintya tanpa minta persetujuannya terlebih dahulu.

Stevano berusaha menenangkan hati gadis itu dengan mendekapnya lebih erat.

Tanpa disadari Sintya telah melingkarkan tangannya ketubuh kekar pemuda yang ada dihadapannya itu dengan sangat erat.

Dalam pelukan hangat itu ia merasakan ketenangan dan kedamaian.

Tangan Stevano mengusap usap punggung tubuh gadis yang telah dia cintai diam diam.

Stevano diam diam tersenyum licik karena mendapat pelukan erat dari Sintya.

" Akhir kamu sendiri yang meminta ini padaku, pelukan hangat dari tubuhku ini," katanya dalam hati.

" Baiklah. Sekarang kamu akan aku beri yang lebih dari sekedar pelukan ini, " ucapnya.

Sambil menundukkan wajahnya dan mendongakkan wajah Sintya, entah kenapa Sintya menuruti saja perlakuan Stevano kepadanya.

Lalu dia mulai mencium bibir ranum dan sensual itu. Awalnya Sintya menolak dan berusaha melepaskan tubuhnya dari rengkuhan Stevano.

Karena dia tidak bisa melepaskan dirinya dari pelukan hangat Stevano yang terlalu kuat itu, akhirnya dia pasrah saja dengan apa yang dilakukan Stevano pada bibirnya.

Karena merasa sudah tidak ada lagi perlawanan dari Sintya. Stevano mulai melakukan dengan gerakan yang sangat lembut sekali sambil beberapa kali berhenti membiarkan Sintya mengambil nafas.

Sintya yang tadinya menolak ciuman dari Stevano, lama lama dia mulai terbawa dan hanyut oleh permainan lidah Stevano.

Sintya mulai menikmatinya dan mulai berusaha mengimbangi permainan Stevano yang sudah mulai liar.

Akhirnya mereka menghentikan ciuman itu. Ada rasa malu yang hinggap dan datang menyerang dalam hati Sintya.

Dia meruntuki dirinya sendiri kenapa dirinya harus ikut terjebak dalam permainan ini.

Dia benar-benar malu sekali karena tidak tahu harus berbuat apa. Akhirnya dia menarik wajahnya dan membenamkan wajahnya di dada bidang Stevano untuk bersembunyi.

Dia ingin menghindari tatapan mata elangnya Stevano yang saat itu sedang tersenyum menang.

" Sudah sudah tidak perlu malu seperti ini, " ucapnya dengan santainya tanpa ada rasa bersalah.

Tetapi Sintya tetap diam tak mau bergerak sama sekali serta tidak mau menjawab kata kata Stevano yang tidak tahu malu itu.

Karena merasa Sintya sudah tenang dari rasa takutnya dan sekarang hatinya sudah berganti dengan rasa malu.

Justru membuat jiwa isengnya untuk semakin menggoda Sintya.

" Bagaimana apakah kamu masih menginginkannya lagi? Baik lah aku rasa kamu masih menginginkannya. Dengan senang hati akan aku berikan ciuman terhebat ku. Sampai kamu akan ketagihan dan kamu meminta terus dariku lagi dan lagi, " ucap Stevano sambil berusaha menarik wajah Sintya untuk keluar dari dadanya.

Tetapi Sintya tetap tidak mau keluar dari dada bidang itu. Karena merasa keisengan masih belum berhasil maka membuatnya lebih iseng lagi.

" Apakah kamu sudah mulai tidak tahan lagi untuk meminta yang lebih dari ini dengan tubuhku? Sampai kamu tidak mau melepaskan pelukanmu, " ucapnya sambil tersenyum menyeringai.

" Dasar mesum! " jawab Sintya sambil cepat cepat melepaskan pelukannya dari tubuh Stevano.

Muka Sintya yang tadinya ketakutan karena rasa trauma, berubah menjadi merah padam malu karena ciuman itu.

Dan sekarang muka itu mulai berubah lagi menjadi cemberut dan masam karena terus terusan di goda goda oleh Stevano.

Dalam hati Stevano merasa sangat senang dan bahagia. Karena mampu mengendalikan dan juga memenangkan hati Sintya.

Yang tadinya sudah gemetar ketakutan dan sekarang suasana hatinya sudah mulai membaik kembali.

" Meskipun mesum. Tapi kamu menyukainya. Buktinya kamu sangat menikmati ciumanku tadi "

" Sudah. Diam! " serunya.

Sambil berusaha menutupi bibir Stevano agar tidak menggodanya lagi.

Setelah berhenti dari rasa canggungnya Sintya bertanya pada Stevano.

" Lalu apa rencana kak vano sekarang? " tanya Sintya kepada pemuda yang mulai membuat hati dan jiwanya bergetar.

Terpopuler

Comments

Rimbia Rhaya Hijabshop

Rimbia Rhaya Hijabshop

emmmm untuk ukuran orng yg rajin ibadah Kya nya rada janggal gt yaaa di sosor mau mau aja kan bukan muhrim aplgi G ada status gtu....
kesanx Gmna yaaa 🤔🤔🤔

2021-04-25

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!