bab 3

Suasana kampung yang nyaman dan tenang jauh sekali dari hiruk pikuk kehidupan kota. Sejujurnya dia lebih suka tinggal di kampung halamannya, yang sudah ditinggalinya kurang lebih selama 23 tahun.

Dari pada harus merantau serta tinggal di kota, tapi apa boleh buat keadaan lah yang memaksa dia harus ke kota tempat yang sebenarnya tidak dia inginkan.

Karena menurutnya semua orang kota sangat sibuk dengan urusannya masing-masing.

Dan tidak jarang mereka sampai harus mengabaikan orang yang dicintainya dan orang disekitarnya.

Sehingga cenderung menjadi pribadi egois, seperti itu lah pemikiran Sintya saat ini.

Belum lagi pencemaran udara, lalu lalang kendaraan, kepulan asap asap mulai dari kendaraan bermotor hingga asap pabrik pabrik semua ini mempunyai andil terbesar semakin memburuknya udara di kota.

" Dik, bangun sholat subuh dulu, " suara Sintya.

Membangunkan adiknya, untuk menunaikan kewajiban sholat subuh sebagai hamba Allah yang beriman.

" Iya Kak, " sahut Aldi dari dalam kamar.

Meskipun masih terasa kantuknya tapi dia harus tetap bangun. Bukan takut karena kakaknya yang akan marah, tapi dia jauh lebih takut kalau Allah yang marah.

Sebab jika Allah sudah benar-benar marah dan murka sudah tidak akan ada kata ampun lagi bagi-Nya.

Karena semuanya sudah terlambat dan tidak akan mungkin dapat dirubah kembali.

Maka sebelum semua itu terjadi lebih baik melaksanakan semua perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.

Ajaran tentang keimanan yang mereka terima dari kedua orang tuanya ketika masih kecil dulu benar benar tertanam dengan kuat dan sudah mendarah daging dalam tubuh mereka.

Karena itulah wajib bagi setiap orang tua menanamkan ajaran ajaran agama sesuai dengan akidahnya masing-masing agar tersimpan sempurna dalam memori otaknya.

Pagi hari ini setelah selesai sarapan mereka berangkat lebih pagi karena Sintya meminta Aldi untuk mengantarkan ke terminal.

Sintya dan Aldi berpamitan untuk berpisah sementara waktu, sambil memeluk adiknya Sintya berpesan banyak hal pada adiknya.

" Jika nanti ada sesuatu masalah yg tidak dapat kamu selesaikan sendiri atau ada masalah apapun cepat hubungi kakak ya Dik, Kakak akan selalu merindukan mu. "

" Iya Kak. " Aldi tidak terasa air mata mereka meleleh membasahi pipi Meraka.

" Jaga dirimu baik-baik ya Dik, " suara Sintya yang sudah sedikit parau.

" Sama-sama. Kakak juga harus hati-hati dan jaga kesehatan kakak, jangan lupa kabari aku kalau kakak sudah sampai tujuan ya, " jawab Aldi sambil melepaskan pelukan dari kakaknya.

***

Hari itu Sintya sudah sampai di kantor xx yang memberinya surat panggilan wawancara.

Hidup setiap orang itu memiliki takdirnya masing-masing, contohnya hari ini meskipun Sintya sudah berusaha semaksimal mungkin akan tetapi takdir berkata lain.

Meskipun dia lolos dari seleksi pertama dan selanjutnya, akan tapi di seleksi terakhir dia gagal sehingga harus ter diskualifikasi.

Harapan besar yang sudah terlanjur digantungkan harus putus sebelum dia sempat mengikatnya.

Dengan langkah gontai dia meninggalkan halaman gedung pencakar langit yang ada di kota Surabaya itu.

Dia terus berjalan menyusuri trotoar yang ada di kota pahlawan itu, waktu sudah menunjukkan pukul 12.30.

Suara adzan sholat dhuhur sudah berkumandang saling bersahutan, Sintya terus berjalan mencari masjid terdekat untuk menunaikan kewajibannya.

Setelah dia keluar dari masjid tidak terasa perutnya sudah lapar akhirnya dia memutuskan untuk mencari warung untuk mengisi perutnya.

Beberapa saat kemudian muncul 2 orang yang berpenampilan sedikit menyeramkan.

Menghampiri mobil yang terparkir didepannya yang berjarak kurang lebih 15 meteran darinya.

Dalam hati Sintya muncul perasaan tidak nyaman ketika mengamati gerak-geriknya yang sedikit mencurigakan dari mereka.

Ketika Sintya menoleh kearah kanan saat hendak menyeberang jalan, tiba tiba terdengar suara seorang wanita setengah baya berteriak minta tolong.

Akan tetapi orang yang menyerangnya itu langsung menodongkan senjata tajam kearah leher wanita setengah baya.

Sambil mengancam akan langsung membunuhnya jika berteriak lagi maka wanita itu langsung diam terpaksa menuruti ancaman pria tersebut.

Sementara itu sang sopir juga tidak bisa bergerak karena dia juga sudah di todong senjata tajam juga.

Suasana saat itu memang cukup sepi sehingga tidak ada orang yang bisa menolong mereka.

Sintya menjadi sedikit ragu apakah dia akan menolong atau tidak, di dalam kebimbangan itu tiba-tiba muncul bayangan wajah ibunya.

Dalam hatinya berkata bagaimana seandainya itu terjadi pada ibuku pasti ada rasa menyesal karena tidak mampu menolong nya.

Maka dengan secepat mungkin dia berlari kearah wanita tersebut untuk menolongnya.

Ketika jaraknya sudah kurang dari 2 meter dia melompat dan mengayunkan kaki kanannya menendang tubuh pria yg menodongkan senjata tersebut.

Karena memang dia tidak menyadari kehadiran Sintya yang tiba-tiba datang.

Langsung menyerang membuat tubuhnya limbung akhirnya jatuh dan sedikit melukai leher wanita tersebut.

Karena merasa ada yang menggangu dan menyerangnya tiba tiba membuat nya marah.

Dia langsung bangkit dan mengayunkan senjatanya kearah Sintya, namun Sintya dengan gerakan pelan namun pasti dia mudur kebelakang menghindari senjata tersebut.

Sintya melepaskan tas yang ada di punggungnya dan melemparkannya ke tepian untuk meringankan beban tubuhnya dalam bergerak.

" Siapa kamu, jangan ikut campur masalah kami. " Bentaknya menunjukan rasa tidak suka pada Sintya.

" Bukannya saya mau ikut campur urusan kalian. Akan tetapi tindakan kalian tidak dapat dibenarkan karena mengancam nyawa orang lain. Karena mereka minta tolong jadi sekarang saya akan membantu dan menolongnya, " jawab Sintya dengan santai tanpa meninggalkan kewaspadaannya.

" Kurang ajar, " teriaknya dengan melompat mengayunkan kakinya menendang Sintya.

Sintya dengan tenang meladeni setiap serangan lelaki tersebut. Sesekali Sintya melayangkan serangan balik ke tubuh pria tersebut, lama kelamaan lelaki tersebut semakin terdesak.

Sehingga teriak kepada temannya untuk membantunya mengalahkan musuh yang sudah membuat tubuhnya babak belur.

" Jangan diam saja cepat sini bantu aku mengatasi gadis ini, " teriaknya dengan nafas yang memburu.

Tanpa banyak kata teman lelaki tersebut menyerang Sintya. Kini Sintya mendapat dua lawan sekaligus.

Karena sekarang Sintya melakukan pertarungan 2 lawan 1 maka Sintya menggunakan seluruh kemampuannya dan harus lebih hati-hati.

Dengan gerakan yang sangat lincah dan gesit Sintya menyerang dan menghindari serangan lawan.

Yang awalnya tidak seimbang lama kelamaan Sintya bisa membalikkan keadaan.

Sehingga dua orang tersebut babak belur karena merasa sudah tidak akan mungkin menang akhirnya mereka memutuskan untuk berlari dari Sintya.

Terpopuler

Comments

Rimbia Rhaya Hijabshop

Rimbia Rhaya Hijabshop

eeeemmmm kurang spesifik kak narasi adu jotosx....
klo d tmbah suara" itu kyax tambah keren .

2021-04-24

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!