Hujan sore ini turun begitu derasnya. Kilatan petir menyambar diiringi gemuruh suara petir. Seolah langit bertasbih menyebut kebesaran ALLAH SWT. Air hujan tumpah tanpa mampu terbendung lagi. Memberikan kehidupan bagi makhluk yang kering. Hujan turun dengan rahmatnya, selama kita mampu mensyukurinya.
Duuuuaarr
"Asthgfirullahaladzim!" ujarku lirih. Kupegang erat dadaku, tubuhku mulai bergetar. Semenjak kecil aku takut akan suara petir, phobia yang ingin aku sembuhkan. Aku meringkuk dibawah selimut, biasanya aku tidak sendiri. Namun bik Asih pulang sejak siang. Kondisi pak Karim kurang baik, jadi aku memintanya untuk pulang.
Terdengar suara mobil berhenti di halaman rumahku. Aku bergegas turun, berharap mas Agam yang datang. Saat kubuka pintu, kedua bola mataku membulat sempurna. Kulihat kedua orang tua mas Agam. Ada rasa takut bertemu mereka. Namun aku harus tetap menemui mereka, apapun yang hendak mereka katakan.
Kubuka pintu perlahan, kubawakan payung untuk mereka. Setalah berada di dalam rumah. Kedua orang tua mas Agam, hanya diam saja. Aku melihat tatapan seperti biasanya, dingin tanpa sebuah kehangatan.
Aku mencoba mencari bahan pembicaraan. Sekali mereka menyahuti, lalu mengakhiri. Aku bingung harus bersikap seperti apa!. Sedangkan hujan di luar sangat deras. Lama kami terdiam dengan pemikiran masing-masing. Hampir satu jam mereka menunggu, biasanya mas Agam sudah pulang. Mungkin karena hujan yang terlalu deras, mas Agam memutuskan pulang terlambat.
Ayah dan bunda mas Agam memutuskan untuk pulang. Mereka mengatakan agar mas Agam segera menemui mereka. Aku mengantar mereka keluar dari rumah. Kebetulan yang sangat indah, mas Agam datang. Mobilnya memasuki halaman rumah, sesaat setelah ayah dan bunda keluar dari rumah.
"Ayah, mas Agam sudah datang. Tunggulah sebentar, lebih baik kita masuk ke dalam." ujarku, ayah mengangguk pelan. Mas Agam keluar dari mobil, bersama dengan Annisa.
"Ayah, Agam pulang dengan siapa?"
"Rekan kerjanya mungkin!"
Aku hanya bisa diam melihat semua yang terjadi. Mas Agam pulang bersama dengan Annisa. Aku miihat seutas senyum tulus dari bunda, aku melihat sorot mata ayah binar. Annisa mendekat pada kami. Dia mencium punggung tangan kedua orang tua mas Agam.
"Ayah, sudah lama. Maaf agam baru pulang! Hujan terlalu deras, jadi Agam memutuskan menunggu hujan sedikit reda!" ujar mas Agam, ayah mengangguk dengan seutas senyum.
"Agam, dia siapa?" ujar bunda.
"Dia salah satu pegawaiku. Kebetulan dia menggunakan sepeda motor, karena hujan terlalu deras aku mengajaknya pulang bersama!"
"Namamu siapa? , sangat cantik dan sopan." ujar bunda, Annisa tersenyum.
"Saya Annisa, putri pak RT. Kebetulan hujan sangat deras, jadi saya menumpang pak Agam."
"Tidak apa-apa? , tidak baik membiarkan wanita cantik sepertimu pulang sendiri. Lagipula rumahmu sejalan dengan Agam, jadi sebagai seorang atasan. Agam wajib mengantarmu pulang. Benarkan ayah, apa yang bunda katakan?"
"Hmmmm!"
"Agam, ayah dan bunda ada perlu denganmu. Kenapa kita tidak masuk dulu?" ujar ayah, mas Agam mengangguk.
"Annisa, kamu pasti kedinginan. Lebih baik kita masuk dulu. Agar tubuhmu lebih hangat!" ajak bunda.
"Mari ayah, kita masuk!" ujar mas Agam.
Saat semua orang berjalan masuk ke dalam rumah. Zahro berlari ke arahku dengan tergesa-gesa. Mungkin ada hal yang sangat mendesak, bahkan Zahro berlari ke arahku tanpa menggunakan payung.
"Mbak Tika, pak Karim drop. Tubuhnya kejang, bik Asih menangis terus. Apa yang harus kita lakukan?" ujarnya dengan napas terengah-engah.
"Kita bawa dia ke rumah sakit. Aku akan menghubungi dokter Rizal, memintanya menunggu kita di rumah sakit. Kamu pulanglah, katakan pada bik Asih aku akan mengantarnya!" tuturku, Zahro mengangguk. Aku berlari masuk ke dalam rumah, hendak mengambil kunci mobil.
"Sayang, apa yang terjadi?"
"Ayah, maaf aku tidak bisa menemani. Suami bik Asih drop, aku harus mengantarnya ke rumah sakit."
"Bunda, maaf Tika harus pergi!"
"Mbak Annisa, tolong temani orang tua mas Agam. Mereka lebih nyaman saat bersama mbak Annisa. Maaf harus merepotkan, terima kasih!"
"Sayang, hujan sangat lebat. Biar aku yang mengantar. Bukankah kamu takut petir! Biarkan aku saja yang menyetir."
"Terima kasih, insyaallah Tika bisa. Doakan saja Tika baik-baik saja! Sangat tidak sopan bila kita meninggalkan ayah dan bunda di rumah. Mereka sudah menunggumu terlalu lama!"
"Sayang, aku akan menemui mereka besok. Hujan sangat lebat, biarkan aku yang mengantar ke rumah sakit." ujarnya lagi, aku menggeleng.
"Tugas mas Agam bukan mengantar mereka. Kewajiban mas Agam harus mendahulukan ayah dan bunda. Jika mas Agam terus memaksa, aku tidak akan mengantar mereka. Semua terserah padamu!"
"Sayang, kewajibanku mendahulukan orang tua! Namun tugasku selalu menjagamu!"
"Baiklah, aku tidak akan pergi!"
"Sayang, jangan keras kepala!"
"Aku hanya butuh izin darimu, bukan perlindunganmu!" ujarku lirih, tangannya menahanku pergi.
"Semakin lama kamu menahanku, semakin lama pak Karim sampai ke rumah sakit. Tidak ada alasan untuk menuntut hak dan kewajiban. Kesehatan seseorang sedang dipertaruhkan!"
"Biarkan Tika pergi Agam, lagipula itu untuk membantu orang. Kami datang jauh-jauh bukan untuk pergi. Tika sudah dewasa, dia bisa menjaga diri! Ayah, yakin dia akan baik--baik saja!"
" Maaf sebelumnya, saya sudah dijemput. Saya harus pulang, assalammualaikum!" pamit Annisa.
"Waalaikumsalam!" sahut kami serentak.
"Sayang, aku mohon!" pintanya lagi, aku terdiam. Kuremas hijabku, aku harus membantu bik Asih. Namun izin mas Agam sangat aku butuhkan, aku istri yang harus pergi dengan izin suami. Aku dan mas Agam sama-sama terdiam, kurasakan pegangannya terlepas.
"Pergilah!"
"Terima kasih!" ujarku lirih, aku bergegas ke kamar mengambil tas. Lalu meminta kunci mobil dari mas Agam. Kucium lembut tangan mereka bertiga, segera aku menjemput bik Asih dan pak Karim. Terlalu lama waktu yang sudah terbuang.
Setelah menjemput bik Asih dan suaminya. Aku segera pergi ke rumah sakit. Dokter Rizal sudah sempat aku hubungi. Dia mungkin menungguku di rumah sakit. Sekitar hampir satu jam mobilku membelah jalanan kota. Menembus derasnya hujan. Sesampainya di rumah sakit, aku langsung menuju ke IGD.
"Tika, apa yang terjadi pada pak Karim? Bukankah kondisinya baik-baik saja!" ujar dokter Rizal, aku menggeleng lemah. Aku tidak mengetahui kenapa pak Karim bisa kambuh? , bik Asih menangis terus. Zahro berusaha menenangkannya.
Hampir dua jam lebih aku menunggu dengan cemas. Dokter Rizal tak kunjung memberikan kabar. Tak lama akhirnya pintu terbuka, aku melihat dokter Rizal keluar. Segera aku berlari menghampirinya. Kecemasan mengisi seluruh otakku.
"Bagaimana keadaan pak Karim? , lakukan apapun demi kesembuhannya. Jika diperlukan rawat inap, maka lakukanlah!"
"Kondisinya sempat kritis, tapi sudah stabil. Aku masih harus menunggu beberapa jam ke depan. Baru bisa memastikan akan rawat inap atau tidak. Namun melihat kondisi awal, mungkin akan rawat inap!" ujarnya, aku mengangguk.
Sayub terdengar suara adzan magrib, aku meminta izin pada dokter Rizal untuk sholat magrib. Aku menitipkan bik Asih pada Zahro, kami akan bergantian sholat magrib.
Mushola rumah sakit sudah sangat penuh. Aku berada di shaf paling akhir. Suara merdu imam yang memimpin sholat, mampu menedukan hatiku. Imam sholat yang lama tak pernah kudengar. Jika aku tidak datang sendiri, mungkin aku sudah berpikir mas Agamlah imam sholat magrib ini.
Selesai melakukan sholat magrib, aku bergegas menuju ruang IGD. Aku akan bergantian menjaga pak Karim.
"Tika!"
"Dokter Rizal, kenapa belum pulang? Bukankah seharusnya jam dinas sudah selesai. Kondisi pak Karim baik-baik saja!"
"Tidak ada seorang dokter yang tega, meninggalkan pasiennya dalam kondisi kritis!"
"Aku percaya dokter Rizal yang terbaik!" godaku, dia tersenyum. Kami berjalan beriringan menuju ruang IGD. Suasana canggung diantara kami mulai menghangat, kami saling bercanda dan tertawa bersama. Ternyata dibalik jas putihnya, tersimpan sosok yang humoris dan hangat.
"Senyum dan tawa yang sudah lama tidak kulihat!" batin seseorang.
...☆☆☆☆☆...
TERIMA KASIH😊😊😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 158 Episodes
Comments
Cinta Marisa
Semamangat terus ya kk
2021-02-04
0
Athor gagal kontrak
next up ya thor..
2021-02-01
0
Liana'S
Lanjuuut
2021-01-31
0