Semalam kondisi benar-benar menurun Hampir satu jam lebih, aku kesakitan. Entah kenapa perutku tiba-tiba kram?, mas Agam menyadari ada sesuatu yang tidak beres dengan kandungaku. Semalam mas Agam memaksa membawaku ke rumah sakit. Namun aku menolak, dengan alasan dokter Fia baru besok bisa datang.
Dengan susah payah aku menyakinkan mas Agam, bahwa aku baik-baik saja. Namun mas Agam tetap memaksa akan membawaku ke rumah sakit besok pagi. Dia ingin mendengar langsung, kondisi janin yang aku kandung. Aku jelas melihat raut wajah gelisah mas Agam.
Setelah menahan rasa sakit yang menyiksa. Pagi harinya aku dan mas Agam memutuskan memeriksakan kandunganku. Aku tidak khawatir, karena sebelum kemari dengan mas Agam. Aku sudah mengatakan pada dokter Fia untuk menutupi kondisiku dari mas Agam. Aku mengijinkan dokter Fia menerangkan yang sebenarnya tentang lemahnya janinku. Namun soal kemungkinan proses melahirkanku yang sulit. Aku sudah memohon padanya untuk tutup mulut.
Sekitar pukul 09.00 wib, aku dan mas Agam tiba di rumah sakit. Setelah menunggu sekitar setengah jam, akhirnya tiba giliranku. Pertama kalinya aku mengajak mas Agam memeriksakan kehamilanku. Aku melihat raut wajah terkejut dokter Fia, saat mas Agam masuk bersamaku.
Dokter Fia menerangkan kondisi janinku pada mas Agam. Raut wajah bahagia berubah menjadi cemas. Namun dengan cepat aku mengatakan padanya. Bahwa selama mereka bisa bertahan hingga usia kandungan 9 bulan. Maka mereka akan terlahir sempurna, tanpa cacat sedikutpun. Mas Agam mulai terlihat bahagia. Rasa bahagia yang dia paksa, agar aku tidak stres. Aku mampu melihat perbedaan kebahagian yang alami dan terpaksa.
Dokter Fia menunjukkan janin kami dengan USG. Tatapan mas Agam berubah binar, tatkala kedua bola mata indahnya melihat dua janin tumbuh di dalam rahimku. Air mata bahagia tanpa terasa terjatuh. Kebahagiaan yang ibgin kuberikan sebagai bukti cintaku dan mas Agam.
"Sayang, terima kasih sudah memberikan kebahagian yang tak ternilai. Aku bersyukur setelah semua ujian yang menimpa kita. Akhirnya hari ini aku merasakan kebahagian sejati. Kebahagian saat aku mengetahui akan menjadi seorang ayah. Terima kasih!" tuturnya lembut, lalu mencium keningku. Aku mengangguk pelan, kebahagian ini tidak akan pernah aku biarkan menghilang. Meski aku harus berkorban nyawa. Aku akan tetap bertahan dengan kehamilan ini.
"Mas Agam, mereka buah hati kita. Kelak jaga mereka dan didik mereka dengan baik. Agar mereka bisa menjadi pribadi yang berguna bagi negara dan agamanya!"
"Sayang, bukan aku yang akan merawat mereka. Kita yang akan memberikan kasih sayang yang sempurna sebagai seorang ayah dan ibu. Mereka saksi cinta kita, buah dari ketulusan cinta kita." ujarnya lirih, aku mengangguk pelan. Sengaja aku menoleh melihat dokter Fia. Raut wajah dokter Fia sangat gelisah. Dia tidak pernah menyetujui ideku, untyk menyembuyikan kondisi sebenarnya kehamilanku.
"Baiklah Tika, sebelum kamu pulang. Tebuslah obat ini di apotik rumah sakit. Obat ini sebagai penguat kandunganmu. Jika ada apa-apa langsung hubungi saya?, supaya saya bisa langsung melakukan penanganan pertama" tutur dokter Fia. Mas Agam mengangguk pelan, senyum selalu tersungging dari bibirnya.
"Terima kasih dokter, kalau begitu kami permisi!" pamit mas Agam sopan.
"Silahkan pak" sautnya.
"Dokter Fia, saya pamit pulang. Terima kasih atas bantuannya, saya akan menghubungi anda bila terjadi sesuatu!" pamitku ramah, dokter Fia mengangguk pelan.
"Saya akan selalu siap, kapanpun anda membutuhkan?" sautnya ramah.
Aku dan mas Agam meninggalkan ruangan dokter Fia. Mas Agam hendak menebus obat di apotik rumah sakit. Dia memintaku menunggu di kantin rumah sakit. Sebab apotik sangat ramai. Mas Agam melarangku ikut dengannya. Dia takut aku kelelahan. Mas Agam benar-benar menjagaku. Semenjak dia mengetahui kondisi janin yang aku kandung.
Aku berjalan pelan menuju kantin rumah sakit. Sebenarnya aku memang sangat haus. Perutku sedikit mual, mencium harum parfum yang bermacam-macam. Sesampainya aku di kantin rumah sakit. Aku memesan es jeruk, serasa masamnya mampu menghilangkan mualku.
Hampir setengah jam aku menunggu mas Agam. Taklama aku melihat ada seseorang berdiri di depanku. Aku mendongak ke arah orang itu. Awalnya aku pikir itu mas Agam, tapi aku salah terka. Ternyata yang berdiri di depanku bukan mas Agam. Namun dokter Rizal berdiri tepat di depanku.
"Tika, boleh aku duduk di sini bersamamu!" pintanya. Aku menatap ke arah wajahnya, aku ragu membiarkan dia duduk bersamaku. Mas Agam ada di rumah sakit ini. Aku tidak ingin mas Agam salah paham.
"Silahkan dokter Rizal!" ujarku sopan.
"Tika, apa keputuanmu sudah bulat? Akan mempertahankan kehamilanmu yang sedang bermasalah." ujarnya datar, aku melotot mendengar penuturannya. Dokter Rizal mengetahui kondisiku yang sebenarnya.
"Rizal, kamu mengetahui kondisi kehamilanku. Apa dokter Fia memberitahu yang sebenarnya padamu?" ujarku kaget, Rizal mengangguk pelan.
"Aku mengetahuinya sendiri, saat tanpa sengaja aku melihat hasil laboratoriummu. Aku menanyakan kondisimu yang sebenarnya. Sebenarnya dia menolak, tapi aku mengancam akan membongkar semua di depan Agam. Ancamanku berhasil, Fia menerangkan semuanya padaku!" tuturnya, aku menunduk kugelengkan kepalaku lemah.
"Aku mohon jangan katakan apapun pada mas Agam? Dia tidak boleh mengetahui semua itu. Cukup dia cemas akan kondisi janinku. Tanpa dia tahu kondisiku yang sebenarnya. Aku mohon padamu, demi persahabatan diantara kita?" tuturku memelas, kutangkupkan kedua tanganku di depan dada. Berharap Rizal bersedia menutup mulutnya. Aku tidak ingin kegembiraan mas Agam lenyap dalam waktu singkat.
"Tika, apa kamu pikir keputusanmu? Akan membuat Agam dan kedua bayimu kelak bahagia. Mereka tidak akan bahagia tanpa adanya dirimu. Sebagai seorang laki-laki yang memiliki rasa sama padamu. Aku yakin Agam akan tiada, bersama dengan ketiadaanmu kelak. Lalu apa yang tersisa dari pengorbananmu? Hanya rasa bersalah dan penyesalan yang perlahan akan membunuh Agam."
"Rizal, aku yakin mas Agam akan kuat. Demi kedua buah hati kami. Dia tidak akan terpuruk, dengan ketiadaanku. Dia akan mengingatku selalu, dalam diri buah hati kami."
"Kamu salah Tika, penyesalan Agam akan sangat besar. Setiap kali melihat wajah mereka, dia akan mengingat saat kehilangan dirimu. Bahagian Agam bersamamu dan kedua buah hati kalian. Bukan bersama salah satu diantara kalian. Aku mampu memahami posisi Agam, kamu salah menganggap semua ini mudah. Pikirkan kembali sebelum terlambat!"
"Rizal, keputusanku sudah sangat bulat. Apalagi ketika aku melihat kebahagian dari wajah mas Agam. Dia melihat buah hati kami, tumbuh dalam rahimku. Air mata bahagianya, tidak akan aku ganti dengan sebuah duka. Dia hanya akan bahagia, setiap mengingat buah hati kami. Kata terlambat sudah pantas untuk kondisiku sekarang. Dalam rahimku sudah tumbuh dua nyawa, bukan lagi janin. Aku tidak ingin menjadi pembunuh, apalagi membunuh dua putraku sendiri. Terima kasih kamu sudah mencemaskan kondisiku. Namun saat ini, aku hanya ingin bahagia, merasakan kebahagian sebagai seorang wanita yang sempurna. tidak semua wanita diberikan amanah menjadi seorang ibu."
"Kamu keras kepala Tika. Aku tidak tahu harus mengatakan apa lagi? Apapun yang kamu rasakan selama kehamilanmu. Katakan padaku dan Fia, kami selalu siap membantumu!" ujarnya final, aku mengangguk pelan.
"Terima kasih selalu mendukungku!" ujarku, Rizal mengangguk. Dia berdiri lalu pergi meninggalkanku, aku menatap punggu Rizal. Laki-laki yang pernah menyukaiku dalam diamnya, kini dialah yang menjadi pelindung dan mendukungku.
"Apa yang sebenarnya terjadi pada kehamilanmu? Kenapa aku merasa ada yang kamu sembuyikan? Perkataan Rizal, seolah menambah keyakinanku bahwa kondisi kehamilanmu tidak baik-baik saja. Sayang, apa yang coba kamu lakukan?, keputusan apa yang dikatakan Rizal? Sehingga aku akan hancur dan menyesal. Sayang, apa yang sedang kamu pikirkan?, apapun keputusanmu yang dikatakan Rizal benar? Aku hanya akan bahagia bila bersama denganmu!" batin mas Agam.
...☆☆☆☆☆☆...
TERIMA KASIH😊😊😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 158 Episodes
Comments
silviaanugrah
boom likes
2021-02-22
0
Laura hussein
gak sabar nunggu Up-nya 👌
selalu like favorit karya terbaik mu kak 👌
2021-02-16
0
Ellaa🎭
Semangat kak
2021-02-10
0