Dia lagi..

Aku dan mas Agam berangkat bersama-sama. Mas Agam menggunakan mobil sprotnya, aku menggunakan mobil yang biasa mas Agam gunakan. Sebelum berangkat aku menjemput Zahro, keponakan bik Asih. Aku memintanya menyiapkan semua keperluan bik Asih.

Sesampainya di rumah sakit, aku mengantar Zahro menuju ruangan pak Karim. Aku berjalan sangat cepat. Sejujurnya aku malas untuk datang ke rumah sakit lagi. Apalagi jika aku bertemu dengan dokter itu.

"Zahro, cepat jalannya. Kamu jangan lambat!" ujarku kesal.

"Bukan aku yang lambat, tapi mbak Tika yang terlalu cepat jalannya. Mbak Tika seperti dikejar setan!" saut Zahro kesal.

"Jangan cerewet, jalan saja yang cepat!" sautku ketus, aku melirik dia mengangguk. Aku melihat tidak jauh dariku, dokter itu berdiri.

"Stop, kita lewat sini saja!" ujarku pada Zahro. Dia hanya mengikuti, kemana langkahku pergi?

"Belum sepuluh menit aku di sini. Aku sudah harus bertemu dengannya. Lebih baik aku lewat jalan lain, biar tidak berpapasan dengan dokter itu!" batinku.

"Mbak Tika membingungkan!" gerutu Zahro, aku tersenyum tipis.

Sekitar sepuluh menit aku berjalan. Akhirnya aku dan Zahro sampai di ruangan pak Karim. Kubuka pintu ruangan pak Karim pelan.

Kkrrrreekk

"Assalammualaikum, bik Asih!" sapaku sesaat setelah pintu terbuka.

"Waalaikumsalam, mbak Tika!" ujarnya.

"Zahro, kamu juga ikut!" sapa bik Asih pada Zahro.

"Bagaimana bik Asih keadaan pak Karim? Apa ada perkembangan? Jika tidak ada, Tika akan membawa pak Karim ke rumah sakit milik papa!" ujarku, bik Asih menangis sembari memelukku erat.

"Ada apa dengan pak Karim? Apa kondisinya memburuk? Jika memang iya, aku akan menghubungi bunda. Agar bisa membawa pak Karim ke rumah sakit papa!" ujarku gelisah. Bik Asih menggeleng lemah.

"Bukan itu mbak Tika. Bibik sangat berterima kasih pada mbak Tika. Berkat mbak Tika suami bibik bisa mendapatkan perawatan yang layak. Jika bukan karena mbak Tika, bibik tidak tahu lagi apa yang akan terjadi pada suami bibik!" ujarnya lirih, kupeluk erat tubuh renta bik Asih.

"Tidak perlu berterima kasih, selama Tika mampu membantu bibik! Pasti Tika akan membantu dengan senang hati. Jadi tidak perlu sungkan. Sekarang yang terpenting, pak Karim cepat pulih. Agar bik Asih bisa segera bekerja kembali. Tika kesulitan tanpa bik Asih!" ujarku santai, bik Asih tersenyum.

"Baik mbak Tika, bibik akan langsung bekerja. Jika suami bibik sudah boleh pulang!" ujarnya, aku mengangguk.

"Zahro, kamu temani bik Asih selama di rumah sakit. Bantu dia menjaga pak Karim. Kalau ada apa-apa? , langsung hubungi aku." titahku pada Zahro, dia mengangguk.

"Baik mbak Tika, akan saya laksanakan!" ujarnya dengan sikap seolah hormat pada bendera.

"Jangan siap-siap, tapi kamu malah tidur. Ini sedikit uang buat pegangan kamu. Aku titip bik Asih, jaga mereka baik-baik!" ujarku.

"Baik mbak Tika, terima kasih!" ujar Zahro, sembari menerima uang dariku.

"Mbak Tika tidak perlu, uang yang kemarin mbak Tika berikan pada bibik masih ada. Jadi tidak perlu memberi Zahro uang lagi!" tolak bik Asih sopan.

"Sudahlah bik Asih tidak perlu banyak bicara. Uang yang kemarin saya berikan, itu untuk pegangan bibik sendiri. Sedangkan yang aku berikan pada Zahro, untuk pegangan dia sendiri. Satu hal lagi, bik Asih tidak perlu sungkan. Tika ikhlas melakukannya!" ujarku lirih, bik Asih mengangguk.

"Maaf saya harus pulang sekarang, karena saya masih harus bertemu seseorang. Bik Asih dan Zahro harus saya tinggal, maaf kalau tidak bisa menemani!" ujarnya, bik Asih dan Zahro mengangguk bersama.

"Baik mbak Tika, hati-hati di jalan!" ujar bik Asih, aku mengangguk seraya tersenyum.

Kupakai masker untuk menutupi wajahku. Aku tidak ingin identitasku terbongkar, selama ini aku selalu menutup diri dalam dunia maya. Sehingga tidak akan ada yang mengetahui, wajahku yang sebenarnya!. Meski keheranan bik Asih dan Zahro hanya diam saja. Mereka tidak berani bertanya, alasanku menggunakan masker.

Aku keluar dari ruangan pak Karim. Aku berjalan pelan menuju tempat parkir. Ketika aku hendak keluar dari ruangan pak Karim, tanpa sengaja aku melihat dokter itu hendak memeriksa pak Karim. Dengan cepat kulangkahkan kakiku, agar dia tidak menyapaku.

"Lagi-lagi bertemu dengan dia. Bukankah rumah sakit ini besar, kenapa harus selalu berpapasan dengannya?" batinku kesal.

Sesampainya di tempat parkir, aku bergegas keluar dari rumah sakit. entah kenapa aku tidak ingin terlalu lama di dalam rumah sakit ini. Kulajukan mobilku pelan menuju restoran tempatku bertemu dengan pihak penerbit.

"Assalamualaikum!" sapaku.

"Waalaikumsalam!" saut dua orang di depanku, sembari mereka mendongak menatap ke arahku.

"Silahkan duduk!" ujarnya sopan, aku mengangguk seraya tersenyum. Meski aku tersenyum, mereka juga tidak akan mengetahuinya. Sebab aku sedang menggunakan masker.

"Saya Adi dan ini asisten saya Nia!" ujarnya memperkenalkan diri, aku mengangguk.

"Terima kasih, anda sudah bersedia menemui kami. Saya akan langsung pada intinya, karena asisten saya pasti sudah menjelaskan maksud dan tujuan kami kemari!" ujarnya ramah.

"Saya sudah mengetahui alasan pertemuan kita. Saya juga sudah menjelasakan, jika saya bersedia di kontrak. Asalkan anda tidak mempublikasikan saya!. Tujuan saya menulis untuk berbagi ilmu dan mengisi waktu luang. Tanpa sedikitpun ingin ketenaran!" ujarku lirih.

"Baiklah saya setuju dengan syarat anda. Jadi kita sepakat untuk kerja sama ini!" ujarnya lagi, aku mengangguk.

"Selama anda tidak melanggar syarat yang saya ajukan. saya juga akan terus menulis di bawah naungan perusahaan anda!" ujarku lagi.

"Baik, itu artinya kita sepakat. Ini berkas yang harus anda tanda tangani, silahkan anda bawa pulang untuk dipelajari. Jika ada yang kurang dimengerti, silahkan anda tanyakan. Jika anda sudah setuju, dengan semua ketentuan dalam berkas itu. Silahkan anda tanda tangan, lalu serahkan kepada asisten saya!" ujarnya, aku mengangguk sembari menerima berkas yang dia berikan.

kkrreekk

Suara pintu restoran terbuka. Aku yang kebetulan duduk tidak jauh dari pintu merasa terusik. Aku menoleh melihat siapa yang datang? Kedua bola mataku membulat sempurna, saat aku melihat mas Agam dengan Annisa memasuki restoran secara beriringan. Lalu disusul beberapa orang, mungkin mereka staf mas Agam.

"Pak Adi, lihat pasangan yang baru saja masuk. Bukankah mereka terlihat sangat serasi, laki-lakinya tampan dan wanitanya cantik. Sungguh pasangan yang membuatku baper!" ujar Nia santai.

GLEEEEKKK

Kutelan ludahku kasar, mendengar perkataan Nia. Dengan mudahnya Nia memuji mas Agam serasi dengan Annisa, meski dia tidak mengetahui bahwa mereka bukan sepasang kekasih.

"Maaf, jika tidak ada urusan lagi. Bolehkah saya permisi pulang." pamitku sopan.

"Tunggu, kenapa anda tidak memesan makanan dulu? Kita bisa makan siang bersama, sebagai awal terjalinnya kerja sama diantara kita!" ajak pak Adi ramah, aku menggeleng pelan.

"Maaf sebelumya, tapi terima kasih atas tawarannnya. Saya permisi dulu, mari pak Adi, mari mbak Nia!" pamitku sopan sembari berdiri, mereka mengangguk hampir bersamaan. Suara kursi yang kudorong sedikit keras. Sehingga membuat mas Agam melihat ke arahku. Kini tatapanku bertemu dengan tatapannya. Lama kami saling menatap, hingga akhirnya aku sadar. Jika mas Agam akan sulit mengenaliku, ketika wajahku kututupi dengan masker.

"Aku seperti mengenal dua bola mata indah itu!. Namun tidak mungkin itu Tika, jika memang dia kenapa tidak menghampiriku!" batin mas Agam.

"Mbak Tika!" sapa seseorang, aku mendongak melihat ke arah sumber suara.

"Anda ada di sini? , sedang ada urusan apa ?" tanyaku gugup.

"Selama aku di rumah sakit. Aku mencoba menghindar darinya. Namun malah sekarang aku bertemu dengannya, sungguh dunia sangat sempit!" batinku saat bertemu dengan dokter itu.

"Saya sedang ada janji makan siang. Kalau anda sendiri sedang apa?" ujarnya.

"Saya juga ada janji. Baiklah dokter saya harus pulang, selamat siang!" ujarku sembari berlalu. Aku sudah tidak peduli, jika dokter itu memanggilku.

"Mbak Tika!" teriaknya.

...☆☆☆☆☆...

Jangan lupa like, vote, and, comen

Terima kasih, selamat membaca😙😙😙

Terpopuler

Comments

👑

👑

cerita ny bgus bgt Thor... tapi q like aja dlu ya..
insyaallah ntar klo ada waktu luang, aq balik buat baca😅

2021-05-14

1

Dewi Ws

Dewi Ws

💕💕💕💕

2021-01-18

0

Laura hussein

Laura hussein

selalu like dan vote karya terbaik kakak.
tak sabar juga ku tunggu up nya..
semangat.

2021-01-11

1

lihat semua
Episodes
1 Menatap Senja....
2 Pergi ke Rumah Sakit
3 Hubby Bersamanya
4 Pagi yang Sulit
5 Dia lagi..
6 Cincin Pengikat...
7 Sepiring Berdua...
8 Pemilik Hatiku...
9 Kunjungan Siang Hari...
10 Perdebatan...
11 Hujan Sore itu....
12 Hari Pertama
13 Rencana Kepindahan
14 Rumah Singgah
15 Kehamilanku
16 Dua Janin Kembar
17 Kebenaran yang Terungkap
18 Rawat Inap
19 Hari Penentuan
20 Bayi Tampan dan Cantik
21 Aku Pemenang
22 Baby Hanif dan Hanna
23 Pelindungku
24 Perayaan Sederhana
25 Piknik di Perkebunan Teh
26 Tamparan
27 Siapa Dia...?
28 Achmad Rayhan Sanjaya
29 Makan Malam
30 Keluarga yang Hangat
31 Keputusan Terakhir
32 SENJA
33 Kepergian Tika
34 Keras Hati Tika
35 Hari Pertama Sekolah
36 Jalan-jalan bersama
37 Bertamu
38 Keluar Kota
39 Pemimpin Sementara
40 Dia Berharga...
41 Akhirnya
42 Keputusan...
43 Makan siang bersama
44 Dirgantara Eka Mahendra
45 Kunjungan Mendadak
46 Hanif Sakit
47 Hana Tertidur
48 Mengalah Ada Batasnya
49 Taman Rumah Sakit
50 Kejujuran
51 Di Kantor
52 Hanna Santika Ramaniya
53 Hanif Arkan Khairullanam
54 Makan Malam Keluarga
55 Panti Jompo
56 Rumah Sakit
57 Vahira Putri Annisa
58 Maafkan Keegoisanku
59 Dia Adikku
60 Putraku
61 Jawaban
62 Pasien
63 Rapat
64 Pertemuan
65 Darah
66 Cinta itu Suara Hati
67 Lepaskan
68 perpisahan
69 Hari terakhir
70 Sebuah Janji
71 Pesta Meriah
72 Papa
73 Aura Hikmatussa'idah
74 Kamu yang Terbaik
75 Di Sepertiga Malam
76 Diakah?????
77 Sikap Yang Bodoh
78 Hafidz Al Hakim
79 Aku baik-baik saja!
80 Tunggu Aku
81 Pertemuan
82 Dunia yang sempit
83 Hanna Oh Hanna
84 Baik Hati yang Tersimpan
85 Makan Malam yang Gagal
86 Satukan mereka
87 Pergi Bersama
88 Luka...
89 Rapat
90 Qaila Fatimah Khanza
91 Taman Kota di Malam Itu
92 Air Mineral
93 MOHON BANTUANNYA READERS
94 Gelisah
95 Om Beruang
96 Hanna Pingsan
97 Sifat yang Sama
98 Pertemuan....
99 Berhak Bahagia
100 Menjemput Cinta
101 Jawaban...
102 Sholat Berjamaah
103 Sebuah Persetujuan
104 Cemburu
105 Malam yang Hangat
106 Kamu Cantik
107 Belum Saatnya
108 Perdebatan Hangat
109 Aku Menghargaimu
110 Menginap
111 Rasa itu Percaya
112 Cinta
113 Guratan jingga
114 Jalan-jalan
115 Masih Banyak Waktu
116 Dia Terlalu Berharga
117 kerinduan
118 Malam Pertemuan
119 Rian Adiguna Wirawan
120 Fakta mengejutkan
121 Keikhlasan Cinta
122 Kejujuran yang Tersimpan
123 Dokter Hanna
124 Rencana Pergi
125 Berdua di Malam yang Dingin
126 Dia Pilihan Hatiku
127 Dua Ibu
128 Terbaring tak Berdaya
129 Penantian
130 Segalanya...
131 Tengah Malam
132 Sarapan Bersama
133 Berdua di Mobil
134 Air Mata dan Keputusan
135 Taman
136 Tengah Malam yang Dingin
137 Janji yang Terucap
138 Keluarga yang Hangat
139 Sarapan yang Berkesan
140 Kejujuran
141 Kembalilah
142 Savira Sahabatku
143 Ketulusan Cinta
144 Lahirnya Penerus
145 Siapa dia?
146 Davin Al-Haq Zulkarnain
147 Pamit
148 Maaf
149 Gerimis
150 Salah Paham
151 Bawa Aku Pergi
152 Dia Putramu
153 Pelukan hangat
154 Sebuah Janji
155 Permintaan
156 Akhir ....
157 Nasi Goreng
158 Maaf
Episodes

Updated 158 Episodes

1
Menatap Senja....
2
Pergi ke Rumah Sakit
3
Hubby Bersamanya
4
Pagi yang Sulit
5
Dia lagi..
6
Cincin Pengikat...
7
Sepiring Berdua...
8
Pemilik Hatiku...
9
Kunjungan Siang Hari...
10
Perdebatan...
11
Hujan Sore itu....
12
Hari Pertama
13
Rencana Kepindahan
14
Rumah Singgah
15
Kehamilanku
16
Dua Janin Kembar
17
Kebenaran yang Terungkap
18
Rawat Inap
19
Hari Penentuan
20
Bayi Tampan dan Cantik
21
Aku Pemenang
22
Baby Hanif dan Hanna
23
Pelindungku
24
Perayaan Sederhana
25
Piknik di Perkebunan Teh
26
Tamparan
27
Siapa Dia...?
28
Achmad Rayhan Sanjaya
29
Makan Malam
30
Keluarga yang Hangat
31
Keputusan Terakhir
32
SENJA
33
Kepergian Tika
34
Keras Hati Tika
35
Hari Pertama Sekolah
36
Jalan-jalan bersama
37
Bertamu
38
Keluar Kota
39
Pemimpin Sementara
40
Dia Berharga...
41
Akhirnya
42
Keputusan...
43
Makan siang bersama
44
Dirgantara Eka Mahendra
45
Kunjungan Mendadak
46
Hanif Sakit
47
Hana Tertidur
48
Mengalah Ada Batasnya
49
Taman Rumah Sakit
50
Kejujuran
51
Di Kantor
52
Hanna Santika Ramaniya
53
Hanif Arkan Khairullanam
54
Makan Malam Keluarga
55
Panti Jompo
56
Rumah Sakit
57
Vahira Putri Annisa
58
Maafkan Keegoisanku
59
Dia Adikku
60
Putraku
61
Jawaban
62
Pasien
63
Rapat
64
Pertemuan
65
Darah
66
Cinta itu Suara Hati
67
Lepaskan
68
perpisahan
69
Hari terakhir
70
Sebuah Janji
71
Pesta Meriah
72
Papa
73
Aura Hikmatussa'idah
74
Kamu yang Terbaik
75
Di Sepertiga Malam
76
Diakah?????
77
Sikap Yang Bodoh
78
Hafidz Al Hakim
79
Aku baik-baik saja!
80
Tunggu Aku
81
Pertemuan
82
Dunia yang sempit
83
Hanna Oh Hanna
84
Baik Hati yang Tersimpan
85
Makan Malam yang Gagal
86
Satukan mereka
87
Pergi Bersama
88
Luka...
89
Rapat
90
Qaila Fatimah Khanza
91
Taman Kota di Malam Itu
92
Air Mineral
93
MOHON BANTUANNYA READERS
94
Gelisah
95
Om Beruang
96
Hanna Pingsan
97
Sifat yang Sama
98
Pertemuan....
99
Berhak Bahagia
100
Menjemput Cinta
101
Jawaban...
102
Sholat Berjamaah
103
Sebuah Persetujuan
104
Cemburu
105
Malam yang Hangat
106
Kamu Cantik
107
Belum Saatnya
108
Perdebatan Hangat
109
Aku Menghargaimu
110
Menginap
111
Rasa itu Percaya
112
Cinta
113
Guratan jingga
114
Jalan-jalan
115
Masih Banyak Waktu
116
Dia Terlalu Berharga
117
kerinduan
118
Malam Pertemuan
119
Rian Adiguna Wirawan
120
Fakta mengejutkan
121
Keikhlasan Cinta
122
Kejujuran yang Tersimpan
123
Dokter Hanna
124
Rencana Pergi
125
Berdua di Malam yang Dingin
126
Dia Pilihan Hatiku
127
Dua Ibu
128
Terbaring tak Berdaya
129
Penantian
130
Segalanya...
131
Tengah Malam
132
Sarapan Bersama
133
Berdua di Mobil
134
Air Mata dan Keputusan
135
Taman
136
Tengah Malam yang Dingin
137
Janji yang Terucap
138
Keluarga yang Hangat
139
Sarapan yang Berkesan
140
Kejujuran
141
Kembalilah
142
Savira Sahabatku
143
Ketulusan Cinta
144
Lahirnya Penerus
145
Siapa dia?
146
Davin Al-Haq Zulkarnain
147
Pamit
148
Maaf
149
Gerimis
150
Salah Paham
151
Bawa Aku Pergi
152
Dia Putramu
153
Pelukan hangat
154
Sebuah Janji
155
Permintaan
156
Akhir ....
157
Nasi Goreng
158
Maaf

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!