Sekitar hampir satu jam aku sampai di rumah sakit terbesar di kota ini. Dilihat dari bangunannya, aku rasa ini rumah sakit yang baru saja dibangun. Namun untuk masalah fasilitasnya, aku belum tahu. Aku sudah meminta izin pada mas Agam, jika rumah sakit ini tidak bisa menangani suami bik Asih. Maka aku akan menghubungi om Bayu. Itu artinya aku akan meminta suami bik Asih dirawat oleh sahabat-sahabat bunda yang sudah berkompeten.
Aku membawa suami bik Asih langsung menuju IGD rumah sakit. Kondisi pak Karim suami bik Asih, tidak memungkinkan lagi untuk antri di depan poli. Aku mengantar hanya sampai depan IGD, karena hanya satu orang yang diperbolehkan menemani pasien. Namun aku berpesan pada bik Asih, jika ada dokter yang ingin menerangkan kondisi suaminya. Aku memintanya untuk memanggilku.
Aku menunggu bik Asih di luar IGD, sembari menunggu bik Asih aku menulis melalui aplikasi ponselku. Menulis menjadi salah satu penghilang kebosanan. Dimanapun dan kapanpun? Selama ada laptop atau ponsel aku akan menulis. Mungkin aku bukan penulis yang hebat, tapi aku akan berusaha yang terbaik.
"Mbak Tika, dokter memanggil!" ujar bik Asih, aku mendongak kaget.
"Baiklah, aku akan menemuinya." ujarku, lalu berdiri mengikuti bik Asih bertemu dokter yang menangani pak Karim.
Aku berjalan menuju ruangan dokter yang ada di dalam ruang IGD. Aku meminta bik Asih menemani suaminya, aku bisa menemui dokternya sendiri.
Tok tok tok
"Selamat siang dok!" sapaku, sesaat setelah membuka pintu.
" Silahkan masuk, silahkan duduk!" ujarnya opan. Aku melihat papan nama yang melekat di dadanya, ternyata dia dokter spesialis penyakit dalam.
"Terima kasih, saya wali dari bapak Karim. Barusan dokter meminta bertemu dengan saya!" ujarku sopan, dia mengangguk pelan.
"Maaf mbak, saya harus menyampaikan kabar yang sedikit tidak menyenangkan. Kondisi pak Karim tidak terlalu baik. Pak Karim mengalami penyumbatan usus, sehingga beliau sulit untuk mencerna makanan. Ditambah lagi usia lanjut, membuat kami kesulitan melakukan tindakan selanjutnya. Pak Karim juga mengalami, gangguan dalam kantung kemih. Sehingga menyebabakan beliau mengalami, kencing batu!" tuturnya lirih. Aku mendengarkan perkataan tanpa sedikitpun menatap wajahnya.
"Baiklah dokter, apa yang harus kami lakukan demi kesembuhan beliau?" ujarku lirih, aku melihat sekilas dia tersenyum.
"Asthgfirullahaladzim!" ujarku lirih.
"Pak Karim harus rawat inap untuk sementara waktu. Menunggu hasil laboratorium yang belum keluar. Kemungkinan baru besok, saya bisa menjelaskan secara rinci pengobatan lanjutan untuk beliau!" ujarnya lirih, aku mengangguk pelan.
"Baiklah kalau begitu, saya mohon lakukan apa saja yang perlu dilakukan? Saya mohon berikan penanganan yang terbaik. Jika diperlukan operasi, lakukan saja demi kesembuhan beliau!" ujarku lirih.
" Baiklah kalau begitu, mbak bisa mengurus administrasi untuk ruang rawat inap." ujarnya lirih, aku mengangguk sembari tetap menunduk.
Aku keluar dari IGD, menuju ruang administrasi. Aku memilih kamar VVIP untuk suami bik Asih, agar tidak terganggu dengan pasien. Sehingga pak Karim bisa beristirahat. Setelah menyelesaikan pemesanan kamar dan membayaar deposit rumah sakit. Aku menemui bik Asih dan pak Karim, menjelaskan jika untuk sementara waktu beliau harus dirawat.
Awalnya bik Asih menolak, dia tidak ingin membebaniku. Namun aku memaksa demi kesembuhan pak Karim, dengan terpaksa bik Asih menerima bantuanku. Aku juga memberi sedikit uang, sebagai pegangan selama ada di rumah sakit.
Menunggu pak Karim mendapatkan kamar, untuk rawat inap. Aku sengaja pergi ke kantin rumah sakit. Aku membeli beberapa cemilan dan minuman untuk bik Asih. Aku juga memesan makanan untuk bik Asih, karena aku tahu kalau bik Asih belum makan.
"Mbak yang putrinya pak Karim bukan!" sapa seseorang, aku menoleh ke arah sumber suara. Ternyata dokter yang menangani pak Karim.
"Iya saya!" sautku datar, sembari mengangguk.
"Sedang memesan makanan juga! Boleh saya duduk di sini?" pintanya lirih, aku hanya mengangguk.
"Duh, kenapa lama sekali membungkus makanannya?" gerutuku.
"Pak dokter, pesan makanan seperti biasanya!" ujar pegawai kantin, sembari kegenitan. Memang sekilas aku melihat, dokter di depanku ini tampan, pintar, dan, masih muda. Jelas semua wanita pasti jatuh hati, tapi masih lebih tampan mas Agam.
"Iya, saya pesan seperti biasa!" saut dokter ramah.
"Mbak maaf, pesanan sudah siap. Silahkan membayar di kasir!" ujar salah satu pegawai kantin, aku mengangguk lalu berdiri.
"Alhamdulillah!" batinku bersyukur. Aku tidak ingin terlalu lama di sini.
"Maaf dokter, saya permisi dulu." pamitku sopan.
"Tunggu, kenapa buru-buru?" ujarnya lirih.
"Maaf, lain kali saja dokter. Saya harus segera pulang, takut kemalaman!" ujarku lagi, sebelum dokter itu berbicara lagi. Aku bergegas menuju kasir.
Aku berjalan menuju ruangan pak Karim. Kutaruh semua makanan dan minuman dalam lemari pendingin yang sudah disediakan. Aku juga menaruh beberapa botol air mineral di atas meja, di samping ranjang pasien. Bik Asih terdiam, seolah malu ketika aku membawa banyak makanan.
"Bik Asih, jaga diri baik-baik disini. Maaf Tika tidak bisa menemani, besok pagi Tika datang lagi. Mungkin Tika akan mengajak keponakan bik Asih, supaya ada yang menemani." tuturku.
"Terima kasih mbak Tika, terima kasih!" ujarnya lirih, sembari menangkupkan kedua tangannya di dada. Kugenggam erat tangan itu, tangan yang mulai keriput termakan usia.
"Bik Asih, tidak perlu berterima kasih. Aku melakukan yang seharusnya aku lakukan. Bik Asih, tidak perlu memikirkan apapun, bik Asih jaga pak Karim baik-baik. Bik Asih tidak perlu sungkan, Tika sudah seperti putri bik Asih!" tuturku lembut, kutarik tubuh rentanya. Bik Asih menangis dalam pelukanku. Kutepuk pelan punggungnya, agar bik Asih tenang.
"Bik Asih, harus kuat menghadapi cobaan ini. Bik Asih tidak boleh lemah, pak Karim butuh bik Asih. Sekarang Tika harus pulang, hari sudah mulai sore. Sebentar lagi pasti mas Agam pulang. Aku takut dia khawatir, soalnya ponselku mati kehabisan daya. Bik Asih hati-hati di sini. Jika ada apa-apa? Bik Asih ke depan minta bantuan perawat. Jika Tika diperlukan, bik Asih bisa minta perawat menghubungi Tika!" tuturku menjelaskan, bik Asih mengangguk dalam pelukanku. Kulepaskan pelukanku, kuhapus air mata yang jatuh dari kedua mata sayunya.
Aku berjalan keluar dari rumah sakit menuju tempat parkir. Entah kenapa hari ini aku selalu bertemu dengan dokter ini? Tapi beruntungnya kali ini. Dia melihatku setelah aku memasuki mobil, jadi dia tidak sempat mengajakku berbicara.
Kubelah jalanan kota yang sedikit padat. Maklum hari mulai petang, senja menyeruak dari ufuk barat. Sekitar hampir satu jam aku mengendarai mobil mas Agam, akhirnya aku memasuki jalan yang menuju tempat tinggalku. Tak jauh di depan mobilku, aku melihat mobil sport mas Agam. Itu artinya dia juga baru pulang.
"Alhamdulillah, mas Agam tidak sampai menungguku!" batinku.
Mobil kami beriringan, mungkin mas Agam sudah melihat mobil yang aku kendarai dari spion. Jarak mobil kami tidak terlalu jauh, sehingga dengan mudah mas Agam bisa melihat mobilku. Setibanya di depan rumah kami, mobil mas Agam parkir terlebih dahulu menyusul mobilku.
"Assalammualaikum, Hubby baru pulang!" sapaku dengan seutas senyum, mas Agam mengangguk kikuk. Ketika aku mengetahui jika dia pulang bersama dengan Annisa.
"Waalaikumsalam!" sahutnya.
"Selamat sore mbak Tika!" sapa Annisa ramah.
"Selamat sore mbak Nissa, mari mampir! Kita bisa bicara di dalam, sembari minum teh!" ajakku sopan, Annisa menggeleng.
"Terima kasih mbak Tika, saya langsung pulang saja!" tolaknya halus, aku mengangguk.
"Mari pak Agam, terima kasih atas tumpangannya!" ujar Annisa, mas Agam mengangguk.
Aku berjalan masuk ke dalam rumah, meninggalkan mas Agam sendirian.
"Sayang tunggu, kamu jangan salah paham. Aku hanya!" ujarnya langsung ku potong.
"Hubby, hanya sedang mengantar dia pulang. Tenang saja Hubby, aku tidak salah paham. Meski aku tahu Hubby bersamanya seharian!" ujarku santai, lalu mengajaknya masuk ke dalam rumah.
...☆☆☆☆☆...
Happy reading😙😙😙😙😙
Jika berkenan like, vote, and, comen. Terima kasih***.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 158 Episodes
Comments
Mommy Gyo
3 like hadir thor semangat buat karya barunya ya Thor
2021-08-08
0
Zie Azqie Kudo
Assalaamu'alaykum .
hadir ya thoor . 😊😊
2021-06-22
0
Chandra Ponsel
klo wanita yg sholeha ga akan mau menerima atau meminta tumpangan dari suami orang apa lagi itu bukan mukhrim
2021-02-17
0