"Sayang!" sapa mas Agam mesra.
"Hmmm!" sautku.
"Kamu masih marah, karena kemarin aku makan siang dengan Annisa!" ujarnya lagi, kugelengkan kepalaku lemah.
"Sayang, aku makan siangnya tidak berdua. Aku makan siang bersama-sama dengan yang lain!. Jadi kamu jangan marah!" ujarnya lirih, kuanggukkan kepalaku. Mas Agam memelukku erat, kepalanya bersandar pada bahuku. Tercium harum shampo yang biasa dia gunakan.
"Sayang, kalau tidak marah. Kenapa sejak tadi kamu hanya diam saja? Aku bisa mengerti, kalau kamu marah!" ujarnya lirih.
"Bagaimana bisa bicara?, menggerakkan kepalaku saja berat. Salah sendiri bersandar pada bahuku, sudah tahu bahuku kecil. Jelas tidak seimbang dengan kepalanya" batinku.
Kulepaskan pelukannya, kuputar tubuhku 180° menghadapnya. Kini kedua bola mataku, menatap lembut ke arah kedua matanya.
"Hubby, bisa pinjam tangan kanannya sebentar!" ujarku lirih, dia mengangguk sembari mengangkat telapak tangan kanannya. Kuraih tangan itu, kupegang lembut tangannya.
"Hubby, selama cincin ini masih ada di jari manis Hubb. Itu artinya dimanapun Hubby? , dengan siapapun Hubby? Tetap saja Hubby milik Tika. Meski banyak wanita yang mendekati Hubby, asalkan Hubby mengingat makna cincin ini. Hubby tidak akan pernah melirik wanita lain." tuturku, lalu kucium lembut punggung tangannya.
"Sayang, terima kasih sudah percaya padaku!" ujarnya, aku mengangguk.
"Hubby, aku akan percaya dengan tangan ini. Selama tangan ini masih terikat denganku, karena tangan ini adalah seluruh hidupku. Tangan ini yang selalu bekerja keras, demi memenuhi semua kebutuhanku. Tangan ini yang akan rela terluka, demi melindungiku. Tangan ini yang akan menjadi ridho dalam setiap langkah hidupku. Sampai saat ini, tidak ada alasanku untuk marah atau tidak percaya padamu. Sebab tangan ini masih mengikatku dalam janji suci pernikahan!" tuturku lirih.
"Sayang, aku mencintaimu!" ujarnya, sembari memelukku erat.
Cup
"Terima kasih!" ujarnya sesaat setelah mengecup puncak kepalaku yang terhalang hijab. Kubalas hanya dengan anggukan kepala.
"Aggghhhmmm!" ujar seseorang. Aku dan mas Agam menoleh bersama. Kami melihat Zahro menutup mulutnya menahan tawa.
"Zahro, aku kira siapa?. Masuk itu ucapkan, assalammualaikum. Jangan langsung masuk!" ujarku kesal, menutupi rasa maluku.
"Kata siapa aku tidak mengucapkan salam. Bahkan aku mengetuk pintu berkali-kali. Mas Agam dan mbak Tika saja yang keasyikan berpelukan. Jadi tidak mendengar aku mengetuk pintu!" sautnya kesal.
"Mas Agam, pagi-pagi sudah memeluk mbak Tika! Memangnya mas Agam tidak ikut kerja bakti. Pasti bapak-bapak dan ibu-ibu sedang menunggu mas Agam!" ujarnya santai.
"Tunggu Zahro, kenapa ibu-ibu juga menungguku? Apa urusan mereka denganku?" sahut mas Agam dingin.
"Mas Agam itu seperti vitamin D di pagi hari. Jadi cukup melihat wajah tampan mas Agam, pasti ibu-ibu akan semangat kerja baktinya. Mas Agam idola kampung, ibu-ibu hanya semangat bila melihat wajah mas Agam. Mereka sudah bosan melihat wajah suaminya!" ujarnya kocak, aku hanya tersenyum mendengar perkataan Zahro.
"Kamu ada-ada saja Zahro. Sejak kapan aku dijadikan idola kampung? , apalagi disamakan seperti vitamin D. Sungguh tidak beruntungnya diriku!" ujar mas Agam.
"Mas Agam saja yang tidak tahu. Seandainya mas Agam belum menikah, pasti ibu-ibu rempong sudah menjodohkan putrinya dengan mas Agam. Apalagi itu putrinya pak RT, bukan lagi dijodohkan. Bahkan mereka berpikir, dia cocok dengan mas Agam!. Padahal jauh lebih baik mbak Tika daripada Annisa." cerocos Zahro tanpa berpikir lagi.
"Uuuuppss!" ujarnya lirih.
"Tidak apa-apa Zahro! , aku sudah sering mendengar mereka menjodohkan mas Agam dengan Annisa. Jadi sudah biasa, tidak ada pengaruhnya untukku. Selama mas Agam masih memilihku!" ujarku santai.
"Sayang, terima kasih!" ujar mas Agam.
"Hmmmm!" sahutku.
"Mas Agam dan mbak tika membuat Zahro baper. Kapan Zahro bisa menemukan laki-laki sebaik mas Agam?" ujarnya lirih.
"Saat semua sudah siap!" sautku.
"Mbak Tika, ada salam dari dokter yang merawat paman Karim!" ujarnya santai, kutepuk jidatku pelan. Mas Agam langsung menoleh ke arahku.
"Zahro, kenapa tidak nanti saja kamu sampaikan padaku? Pasti mas Agam, berpikir yang aneh-aneh. Kenapa pagi ini aku merasa Zahro terlalu banyak bicara? , tapi isinya hanya membuatku kesal!" batinku.
"Sayang, siapa dokter yang Zahro maksud?" tanya mas Agam, kuangkat kedua bahuku!.
"Tanyakan saja pada Zahro, dia yang mengatakannya. Aku tidak kenal dengan dokter yang dia maksud?" ujarku lirih. Mas Agam menoleh pada Zahro, seolah dia tahu kalau telah membuat kesalahan. Zahro langsung menunduk.
"Siapa dokter itu? , apa hubungannya dengan Tika?" tanya maa Agam dingin
"Dokter itu…!" ujar Zahro menggantung, dia takut salah menjawab.
"Sudahlah mas Agam, siapapun dia tidak perlu terlalu dipikirkan? Selama cincin ini masih ada di jari manisku, tidak akan ada yang berhak menggenggam tanganku selain kamu. Percayalah pada cinta kita, cincin ini bukan hanya cincin pernikahan kita. Namun cincin inilah saksi bisu, janji suci diantara kita. Cincin ini pengikat hati kita. Bukankah mas Agam pernah mengatakan, jika kita dua hati satu jiwa!" tuturku lirih, mas Agam mengangguk.
"Meski aku yakin dan percaya, bahwa sampai detik ini kamu milikku. Namun semua itu tidak menjamin, bahwa tidak akan pernah ada laki-laki yang mendekatimu. Sekarang aku merasakan sendiri, rasa sakit saat mengetahui ada seorang laki-laki yang ingin mengenalmu. Apakah rasa sakit ini juga? , yang kamu rasakan saat melihatku berdua dengan Annisa. Maafkan aku yang terlalu egois, berpikir hanya dengan meminta maaf semua selesai. Maafkan aku, jika hanya mengetahui ada laki-laki yang ingin mengenalmu sudah begitu sakit. Apalagi jika aku melihatmu jalan bersamanya. Aku terlalu egois, maafkan aku!" batin mas Agam.
"Sayang, maafkan aku!" ujarnya lirih, aku menatapnya.
"Untuk!" sahutku, dia hanya menggeleng.
"Baiklah, aku berangkat ke mushola. Nanti kamu dan Zahro menyusul, sekalian membawa makanan untuk warga yang ikut kerja bakti. Jangan lupa sekalian buatkan minuman!" tutur mas Agam, aku mengangguk pelan.
Cup
"Aku berangkat!" pamitnya sesaat setelah mencium lembut keningku.
"Mas Agam, so sweet!. Zahro, pingin dipeluk!" gumam Zahro.
"Zahro, ayo cepat buat makanannya!. Kalau terlalu siang, semua orang keburu pulang. Lalu siapa yang akan memakannya?" ujarku lirih, dia mengangguk.
"Mbak Tika, aku tidak pernah menduga. Kalau mas Agam itu orangnya hangat. Aku pikir orangnya itu pendiam, dingin, tidak ada romantis-romantisnya! Ternyata aku salah, mas Agam benar-benar hangat, idaman setiap wanita. Mbak Tika, Zahro boleh bertanya tidak!" tuturnya, aku mengangguk.
"Siapa yang jatuh cinta dulu? , mbak Tika atau mas Agam. Kalau dilihat lebih dewasa mas Agam, tapi tadi aku melihat mas Agam sangat mencintai mbak Tika!" ujarnya, aku tersenyum.
"Kalau menurutmu, siapa yang jatuh cinta duluan?" ujarku, Zahro cemberut.
"Mbak Tika, ditanya malah balik tanya!" ujarnya kesal.
"Rahasia!" ujarku.
"Mbak Tika, ayolah siapa yang jatuh cinta duluan!" ujarnya lagi.
"Tanyakan pada mas Agam!" ujarku, lalu meninggalkannya sendiri.
...☆☆☆☆☆...
Happy reading
Bila berkenan like, vote, and, coment. Terima kasih😙😙😙
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 158 Episodes
Comments
silviaanugrah
mampir lagi thor, support terus ✨
2021-02-22
0
RayaBumi
double like untukmu thor, sukses selalu 💕
2021-01-26
0
Dewi Ws
💕
2021-01-18
0