Perdebatan...

"Hubby!" sapaku, lalu duduk di sampingnya. Setelah makan malam, mas Agam sibuk dengan pekerjaannya. Mungkin sedang ada masalah dalam pekerjaannya.

"Apa sayang?" sautnya, menoleh padaku. Aku melihat jelas rasa lelahnya. Jika aku bisa ingin aku membantunya.

"Hubby pasti lelah. Kenapa Hubby tidak istirahat? Aku tidak ingin melihat Hubby sakit!" ujarku cemas, mas Agam menggeleng lemah. Aku mendekat padanya, kupijat pelan bahunya. Aku yakin bahunya pasti sangat pegal, daritadi sudah menunduk.

"Sudah sayang, aku tidak apa-apa? Aku tidak ingin kamu kelelahan." ujarnya, sembari menarik tanganku. Mas Agam menggenggam tanganku.

"Sayang, aku tidak mengijinkan tangan ini lelah. Meski aku lelah, jauh lebih baik. Selama mataku tidak melihatmu kelelahan. Aku akan kuat, selama tubuhmu selalu sehat. Demi semua itu, aku mohon jangan buat dirimu lelah dan sakit!" tutur mas Dimas lirih, aku mengangguk pelan. Kasih sayang mas Agam begitu besar padaku, sehingga aku takut menerimanya. Aku takut jika semua ini menghilang dariku.

"Hubby, aku baik-baik saja! Namun ada sesuatu yang ingin aku katakan. Aku mohon jangan marah padaku!" ujarku, mas Agam menatap padaku tajam. Aku mengerti mungkin dia takut, aku akan mengatakan yang tidak-tidak!.

"Apa yang ingin kamu katakan? , jangan aneh-aneh sayang!" ujar mas Agam cemas, aku mengangguk. Kami berdua saling berhadapan. Kedua bola mata kami beradu, seolah mengatakan isi hati kami berdua.

"Hubby, pernikahan kita sudah hampir satu tahun. Namun aku tidak kunjung hamil, bersediakah Hubby jika kita mengikuti program kehamilan!" tuturku lirih, mas Agam menggeleng lemah. Aku terkejut mendengar jawaban mas Agam.

"Aku tidak akan melakukan program apapun. Jika sampai sekarang kita belum memiliki keturunan. Itu artinya hadirnya momongan, bukan yang terbaik buat kita. Sayang, jika semua ini karena permintaan ayah dan bunda. Aku tidak pernah menyetujui!" ujar mas Agam lirih, aku menoleh padanya heran.

"Hubby, menyimpan rahasia padaku. Jadi kemarin ayah dan bunda datang kemari meminta kita melakukan pemeriksaan. Kenapa Hubby menutupinya dariku? , apa Tika tidak berhak mengetahuinya? Hubby, jangan lupa ini pernikahan kita! Bukan hanya pernikahan Hubby sendiri!" ujar Tika kesal.

"Sayang, kamu salah paham. Aku diam tidak mengatakannya, karena aku tidak ingin kamu terbebani. Kamu harus ingat, aku menikahimu bukan hanya karena ingin memiliki keturunan. Aku mencintaimu dengan tulus, aku tidak butuh yang lain!"

"Hubby egois, apa pernah Hubby berpikir? Apa pendapat orang terutam keluarga Hubby? , saat melihat aku belum bisa hamil. Mereka menghinaku, mereka menganggap aku lemah. Setidaknya Hubby pasti pernah mendengar, jika keluarga Hubby sangat menginginkan keturunan. Bukan Hubby yang akan disalahkan, jika kita belum memiliki keturunan. Mereka hanya akan menyalahkanku, bahkan mereka berharap Hubby menikah dengan wanita lain. Pernah Hubby berpikir sejauh itu!" ujarku marah, mas Agam menggeleng lemah. Kedua mataku mulai terasa panas, air mata seolah ingin memaksa keluar.

"Sayang, maaf jika aku tidak berpikir sejauh itu. Aku hanya tidak ingin kamu terluka. Aku tidak ingin melihatmu kecewa. Pernikahan kita masih awal, aku hanya ingin merasakan sebuah kebahagian tanpa tuntutan apapun!"

"Hubby, kedua orang tuamu berhak berharap. Mereka hanya akan bergantung padamu. Jika kamu menikah tanpa seorang keturunan. Apakah mereka bahagia? , mereka akan berduka. Seharusnya Hubby menikah dengan wanita yang jauh lebih baik dariku!" ujarku lirih, aku tertunduk. Air mataku sudah tidak bisa aku tahan lagi. Semua sudah keluar, aku seperti wanita tidak berguna.

"Sayang, hentikan perkataanmu. Kamu sudah melantur, hanya kamu wanita yang aku inginkan!. Tidak akan ada wanita lain. Jangan mengatakan hal itu lagi. Aku akan melakukan apapun demi dirimu. Kita akan melakukan program itu, asalkan apapun hasilnya. Jangan pernah berpikir menjauh dariku. Aku bisa tiada tanpamu" ujarnya, aku hanya diam tak ingin membalas perkataannya.

Rasanya sakit tanpa bisa aku utarakan. Disaat semua orang sibuk menghinaku, disaat orang tua suamiku meragukanku. Hanya suamiku yang merasa semua perkataan mereka tidak penting. Mungkin yang dia lakukan, karena rasa cintanya padaku. Namun apa itu bisa dikatakan cinta? , bila harus terluka tanpa sebuah kata. Keturunan yang seharusnya ada dalam sebuah pernikahan. Hanya menjadi angan dalam rumah tanggaku.

"Sayang, aku minta maaf. Kita akan melakukan pemeriksaan seperti yang kamu harapkan. Aku akan melakukan apapun, asalkan kamu percaya lagi padaku!" ujarnya, sembari berjongkok di depanku. Aku menunduk menangis, meratapi kisah pernikahanku. Semua mungkin sudah tertulis, tapi apa hanya aku yang merasakan sakit?

"Sayang, bicaralah jangan hanya diam. Aku mohon bicaralah, ini hanya masalah kecil. Jangan terlalu dipikirkan!" ujarnya cemas, kuremas hijab panjangku. Semua terasa sesak, aku mencoba diam bukan menerima. Namun aku bingung harus bersikap apa?.

"Mungkin pernikahan kita hanya permainan buat Hubby. Mungkin juga Hubby berpikir, aku masih terlalu dini untuk memiliki seorang anak. Hubby meragukanku karena usiaku. Kedua orang tuamu, meragukanku karena kelemahanku. Hubby mungkin benar, jika keturunan bukan tolak ukur kebahagian kita. Namun keturunanlah tolak ukur orang lain dan keluargamu terhadapku. Seorang wanita akan sempurna bila memiliki keturunan. Namun akan terlihat lemah, bila tidak bisa memiliki keturunan!" ujarku, aku melihat dia hanya menunduk.

"Banyak kelemahanku di hadapan keluargamu. Mereka sangat benar jika berpikir, pernikahanmu untuk memiliki keturunan. Maafkan aku yang masih muda, maafkan aku yang belum bisa memberimu keturunan. Kita tidak akan pernah melakukan program apapun. Biarlah mereka berpendapat, akulah yang lemah. Aku tidak ingin mereka menghinamu." tuturku lalu berdiri, mas Agam menarik tanganku.

"Sayang, aku minta maaf.Jangan seperti ini!" ujarnya lirih, aku menggeleng lemah.

"Hubby tidak salah, aku yang salah karena belum mampu memberimu keturunan. Aku yang masih terlalu muda untuk menikah. Sehingga membuatmu cemas dan meragukanku, bila aku memiliki keturunan. Aku pernah mengatakan, sekali aku dikhianati maka akan sulit buatku percaya kembali. Maaf jika hari ini aku tidak bisa percaya padamu. Terima kasih atas cintamu yang terlalu besar untukku!" ujarku lirih, kupaksa melepaskan pegangan tangannya. Bukan melepaskan, dia malah menarikku ke dalam pelukannya.

"Sayang, jangan mengatakan kata maaf. Hatiku sakit melihat air matamu. Sekali ini saja, percayalah padaku lagi. Aku akan mengingatnya. Jangan menyerah sayang, kita pasti bahagia!" ujarnya sembari memelukku erat, kurasakan kecupan hangat dipuncak kepalaku.

"Sulit untukku melupakan kebohongan ini. Kamu begitu mudah menyimpan rahasia sebesar ini. Aku tidak mampu berpikir, pantaskah aku kini bersamamu. Aku diam saat semua orang menghina kelemahanku!. Aku diam menerima perlakuan dingib kedua orang tuamu. Namun memerima kebohonganmu, seolah butuh hati yang besar. Sayangnya aku tidak mampu menerimanya. Hubby satu-satunya orang yang kuharapkan malah meragukanku." batinku.

...☆☆☆☆☆*...

Happy reading...

Terpopuler

Comments

Neti Jalia

Neti Jalia

10 like untukmu
*hujan dibalik punggung
*suamiku ceo ganas

2021-05-22

0

Fhatt Trah (fb : Fhatt Trah)

Fhatt Trah (fb : Fhatt Trah)

ujian dalam RT tidak melulu soal harta. Belum hadirnya keturunan juga merupakan ujian kesetiaan dlm RT.
Karyamu bagus👍👍

2021-01-21

1

🍹Lulu Hilwa🦃

🍹Lulu Hilwa🦃

2 like tambahan hadir ka semangat Up.
Salam dari
"KEKUATAN ASISTEN DIREKTUR"
Jangan lupa Feedback dan bantu
LIKE, VOTE, RATE dan KOMEN.
Terima kasih🤗

2021-01-21

1

lihat semua
Episodes
1 Menatap Senja....
2 Pergi ke Rumah Sakit
3 Hubby Bersamanya
4 Pagi yang Sulit
5 Dia lagi..
6 Cincin Pengikat...
7 Sepiring Berdua...
8 Pemilik Hatiku...
9 Kunjungan Siang Hari...
10 Perdebatan...
11 Hujan Sore itu....
12 Hari Pertama
13 Rencana Kepindahan
14 Rumah Singgah
15 Kehamilanku
16 Dua Janin Kembar
17 Kebenaran yang Terungkap
18 Rawat Inap
19 Hari Penentuan
20 Bayi Tampan dan Cantik
21 Aku Pemenang
22 Baby Hanif dan Hanna
23 Pelindungku
24 Perayaan Sederhana
25 Piknik di Perkebunan Teh
26 Tamparan
27 Siapa Dia...?
28 Achmad Rayhan Sanjaya
29 Makan Malam
30 Keluarga yang Hangat
31 Keputusan Terakhir
32 SENJA
33 Kepergian Tika
34 Keras Hati Tika
35 Hari Pertama Sekolah
36 Jalan-jalan bersama
37 Bertamu
38 Keluar Kota
39 Pemimpin Sementara
40 Dia Berharga...
41 Akhirnya
42 Keputusan...
43 Makan siang bersama
44 Dirgantara Eka Mahendra
45 Kunjungan Mendadak
46 Hanif Sakit
47 Hana Tertidur
48 Mengalah Ada Batasnya
49 Taman Rumah Sakit
50 Kejujuran
51 Di Kantor
52 Hanna Santika Ramaniya
53 Hanif Arkan Khairullanam
54 Makan Malam Keluarga
55 Panti Jompo
56 Rumah Sakit
57 Vahira Putri Annisa
58 Maafkan Keegoisanku
59 Dia Adikku
60 Putraku
61 Jawaban
62 Pasien
63 Rapat
64 Pertemuan
65 Darah
66 Cinta itu Suara Hati
67 Lepaskan
68 perpisahan
69 Hari terakhir
70 Sebuah Janji
71 Pesta Meriah
72 Papa
73 Aura Hikmatussa'idah
74 Kamu yang Terbaik
75 Di Sepertiga Malam
76 Diakah?????
77 Sikap Yang Bodoh
78 Hafidz Al Hakim
79 Aku baik-baik saja!
80 Tunggu Aku
81 Pertemuan
82 Dunia yang sempit
83 Hanna Oh Hanna
84 Baik Hati yang Tersimpan
85 Makan Malam yang Gagal
86 Satukan mereka
87 Pergi Bersama
88 Luka...
89 Rapat
90 Qaila Fatimah Khanza
91 Taman Kota di Malam Itu
92 Air Mineral
93 MOHON BANTUANNYA READERS
94 Gelisah
95 Om Beruang
96 Hanna Pingsan
97 Sifat yang Sama
98 Pertemuan....
99 Berhak Bahagia
100 Menjemput Cinta
101 Jawaban...
102 Sholat Berjamaah
103 Sebuah Persetujuan
104 Cemburu
105 Malam yang Hangat
106 Kamu Cantik
107 Belum Saatnya
108 Perdebatan Hangat
109 Aku Menghargaimu
110 Menginap
111 Rasa itu Percaya
112 Cinta
113 Guratan jingga
114 Jalan-jalan
115 Masih Banyak Waktu
116 Dia Terlalu Berharga
117 kerinduan
118 Malam Pertemuan
119 Rian Adiguna Wirawan
120 Fakta mengejutkan
121 Keikhlasan Cinta
122 Kejujuran yang Tersimpan
123 Dokter Hanna
124 Rencana Pergi
125 Berdua di Malam yang Dingin
126 Dia Pilihan Hatiku
127 Dua Ibu
128 Terbaring tak Berdaya
129 Penantian
130 Segalanya...
131 Tengah Malam
132 Sarapan Bersama
133 Berdua di Mobil
134 Air Mata dan Keputusan
135 Taman
136 Tengah Malam yang Dingin
137 Janji yang Terucap
138 Keluarga yang Hangat
139 Sarapan yang Berkesan
140 Kejujuran
141 Kembalilah
142 Savira Sahabatku
143 Ketulusan Cinta
144 Lahirnya Penerus
145 Siapa dia?
146 Davin Al-Haq Zulkarnain
147 Pamit
148 Maaf
149 Gerimis
150 Salah Paham
151 Bawa Aku Pergi
152 Dia Putramu
153 Pelukan hangat
154 Sebuah Janji
155 Permintaan
156 Akhir ....
157 Nasi Goreng
158 Maaf
Episodes

Updated 158 Episodes

1
Menatap Senja....
2
Pergi ke Rumah Sakit
3
Hubby Bersamanya
4
Pagi yang Sulit
5
Dia lagi..
6
Cincin Pengikat...
7
Sepiring Berdua...
8
Pemilik Hatiku...
9
Kunjungan Siang Hari...
10
Perdebatan...
11
Hujan Sore itu....
12
Hari Pertama
13
Rencana Kepindahan
14
Rumah Singgah
15
Kehamilanku
16
Dua Janin Kembar
17
Kebenaran yang Terungkap
18
Rawat Inap
19
Hari Penentuan
20
Bayi Tampan dan Cantik
21
Aku Pemenang
22
Baby Hanif dan Hanna
23
Pelindungku
24
Perayaan Sederhana
25
Piknik di Perkebunan Teh
26
Tamparan
27
Siapa Dia...?
28
Achmad Rayhan Sanjaya
29
Makan Malam
30
Keluarga yang Hangat
31
Keputusan Terakhir
32
SENJA
33
Kepergian Tika
34
Keras Hati Tika
35
Hari Pertama Sekolah
36
Jalan-jalan bersama
37
Bertamu
38
Keluar Kota
39
Pemimpin Sementara
40
Dia Berharga...
41
Akhirnya
42
Keputusan...
43
Makan siang bersama
44
Dirgantara Eka Mahendra
45
Kunjungan Mendadak
46
Hanif Sakit
47
Hana Tertidur
48
Mengalah Ada Batasnya
49
Taman Rumah Sakit
50
Kejujuran
51
Di Kantor
52
Hanna Santika Ramaniya
53
Hanif Arkan Khairullanam
54
Makan Malam Keluarga
55
Panti Jompo
56
Rumah Sakit
57
Vahira Putri Annisa
58
Maafkan Keegoisanku
59
Dia Adikku
60
Putraku
61
Jawaban
62
Pasien
63
Rapat
64
Pertemuan
65
Darah
66
Cinta itu Suara Hati
67
Lepaskan
68
perpisahan
69
Hari terakhir
70
Sebuah Janji
71
Pesta Meriah
72
Papa
73
Aura Hikmatussa'idah
74
Kamu yang Terbaik
75
Di Sepertiga Malam
76
Diakah?????
77
Sikap Yang Bodoh
78
Hafidz Al Hakim
79
Aku baik-baik saja!
80
Tunggu Aku
81
Pertemuan
82
Dunia yang sempit
83
Hanna Oh Hanna
84
Baik Hati yang Tersimpan
85
Makan Malam yang Gagal
86
Satukan mereka
87
Pergi Bersama
88
Luka...
89
Rapat
90
Qaila Fatimah Khanza
91
Taman Kota di Malam Itu
92
Air Mineral
93
MOHON BANTUANNYA READERS
94
Gelisah
95
Om Beruang
96
Hanna Pingsan
97
Sifat yang Sama
98
Pertemuan....
99
Berhak Bahagia
100
Menjemput Cinta
101
Jawaban...
102
Sholat Berjamaah
103
Sebuah Persetujuan
104
Cemburu
105
Malam yang Hangat
106
Kamu Cantik
107
Belum Saatnya
108
Perdebatan Hangat
109
Aku Menghargaimu
110
Menginap
111
Rasa itu Percaya
112
Cinta
113
Guratan jingga
114
Jalan-jalan
115
Masih Banyak Waktu
116
Dia Terlalu Berharga
117
kerinduan
118
Malam Pertemuan
119
Rian Adiguna Wirawan
120
Fakta mengejutkan
121
Keikhlasan Cinta
122
Kejujuran yang Tersimpan
123
Dokter Hanna
124
Rencana Pergi
125
Berdua di Malam yang Dingin
126
Dia Pilihan Hatiku
127
Dua Ibu
128
Terbaring tak Berdaya
129
Penantian
130
Segalanya...
131
Tengah Malam
132
Sarapan Bersama
133
Berdua di Mobil
134
Air Mata dan Keputusan
135
Taman
136
Tengah Malam yang Dingin
137
Janji yang Terucap
138
Keluarga yang Hangat
139
Sarapan yang Berkesan
140
Kejujuran
141
Kembalilah
142
Savira Sahabatku
143
Ketulusan Cinta
144
Lahirnya Penerus
145
Siapa dia?
146
Davin Al-Haq Zulkarnain
147
Pamit
148
Maaf
149
Gerimis
150
Salah Paham
151
Bawa Aku Pergi
152
Dia Putramu
153
Pelukan hangat
154
Sebuah Janji
155
Permintaan
156
Akhir ....
157
Nasi Goreng
158
Maaf

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!