"Assalammualaaikum, selamat pagi bapak-bapak!" sapa mas Agam.
"Waalaikumsalam, mari pak Agam!" ujar pak RT.
"Apa yang bisa saya bantu?" ujar mas Agam. Dia mendekat pada sekumpulan warga, yang sedang membersihkan parit.
Hari ini di tempat tinggalku, diadakan kerja bakti bersama. Hampir seluruh warga berkumpul, mereka bersama-sama membersihkan daerah sekitar mushola. Sekitar satu jam kemudian, aku datang mengantarkan makanan dan minuman.
Matahari mulai meninggi, hangat sinar matahari mulai terasa. Langit terlihat sangat cerah, udara pagi terasa sangat sejuk. Aku berjalan pelan bersama dengan Zahro. Saat aku datang, warga sedang beristirahat.
"Assalammualaikum!" sapaku.
"Waalaikumsalam!" sahut mereka serentak. Kuletakkan makanan dan minuman yang aku bawa dari rumah. Beberapa ibu sedang berbisik saat melihatku. Kuedarkan pandanganku mencari keberadaan mas Agam. Ternyata dia berdiri tidak jauh dari mushola.
"Mbak Tika, sudah datang! Seharusnya tidak perlu repot-repot membawa makanan. Kami sudah menyiapkannya, sebentar lagi selesai. Jadi kita bisa sarapan bersama!" ujar bu Adi ramah, aku mengangguk sembari tersenyum.
"Hanya makanan ringan, sama sekali tidak merepotkan. Maaf saya baru datang, jadi tidak bisa membantu di sini!" ujarku tak kalah ramah.
"Tidak apa-apa? , kami sudah hampir selesai. Hanya tinggal menyiapkan!" ujar bu Adi, aku mengangguk. Aku sedikit risih melihat tatapan aneh ibu-ibu.
"Zahro, semua sudah selesai. Lebih baik kita pulang saja. Aku akan pamit pada mas Agam!" ujarku, Zahro menggeleng.
"Jangan mbak Tika, kita harus tetap di sini. Jangan biarkan ibu-ibu itu menang!" ujarnya, sontak aku langsung menoleh!.
"Maksudmu!, memangnya apa yang kita perebutkan?" ujarku bingung.
"Jangan biarkan mereka berpikir, kalau Annisa jauh lebih baik dari mbak Tika. Tunjukkan pada mereka, kalau mas Agam cinta mati dengan mbak Tika!" ujarnya ketus, kutepuk jidatku pelan.
"Zahro, mas Agam bukan piala. Siapa yang mendapatkannya? , dialah pemenangnya. meski tidak aku tunjukkan, mas Agam tetap suamiku. Tadi pagi kamu samakan mas Agam dengan vitamin D. Sekarang mas Agam kamu samakan dengan piala. Jika mas Agam mengetahuinya, dia pasti marah?" ujarku santai.
" Aku lebih baik melihat mas Agam marah. Daripada melihat ibu-ibu itu menang. Pokoknya jangan pulang. Jangan biarkan Annisa mendekati mas Agam, titik." ujarnya dingin.
"Baiklah, kita pergi ke sana saja. Kita tunggu mas Agam selesai. Lagipula meski kita di sini, juga tidak bisa membantu!" ajakku, Zahro mengangguk.
"Terima kasih Zahro, kamu satu-satunya orang yang membela dan mendukungku. Meski terkadang kamu menyebalkan, tapi sesungguhnya hatimu baik. Mas Agam hanya diam saja, saat mengetahui gosip yang beredar! Namun kamu menjadi perisai di saat semua orang meremehkan ketulusan pernikahanku!" batinku.
"Sayang!" panggil mas Agam, lalu duduk di sampingku. Aku melihat hamparan sawah yang luas. Tempat tinggalku masih asri, dengan beberapa sawah yang masih terbentang luas.
"Hmmmm!" sahutku. Kurasakan tangannya merangkulku, kepalanya bersandar pada bahuku.
"Hubby lelah, apa ingin minum? Biar Tika ambilkan!" ujarku, kuusap lembut keringat yang menetes dipelipisnya.
"Sayang, pulang dari sini kita jalan-jalan. Sudah lama kita tidak pergi bersama. Aku sibuk dengan pekerjaanku, kamu sibuk dengan rumah. Aku merindukan saat kita bisa pergi bersama!" ujarnya tiba-tiba, aku menoleh padanya. Kutatap wajah itu, ada sesuatu yang sedang dia pikirkan. Selama kami tinggal di sini, tidak pernah aku melihat raut kegelisahan di wajahnnya.
"Baiklah Hubby, memangnya kita akan pergi kemana? Adakah tempat yang ingin Hubby kunjungi!" ujarku.
"Bagaimana kalau kita pergi ke rumah milik bunda yang di kota L. Sekaligus kita bisa ziarah ke makam kakek dan nenek." ujarnya lirih, aku mengangguk pelan.
"Mas Agam, aku boleh ikut!" saut Zahro polos, aku dan mas Agam langsung menoleh padanya!.
"Sejak kapan kamu di situ?." tanya mas Agam kesal.
"Sejak tadi sebelum mas Agam kemari. Mas Agam dan mbak Tika saja yang sibuk sendiri, sampai tidak menyadari keberadaanku. Percaya aku, kalau orang lagi jatuh cinta. Dunia seperti milik berdua, yang lain menumpang!" sindir Zahro, aku dan mas Agam tersenyum kikuk mendengar perkataan Zahro.
"Bagaimana mas Agam? , aku boleh ikut tidak! Aku tidak pernah jalan-jalan, kasihanilah wanita jomblo ini!" ujarnya memelas, sembari menangkupkan tangan di dada.
"Tidak!" saut kami bersamaan.
"pelit!" ujar Zahro, lalu pergi meninggalkan kami.
"Mas Agam, mbak Tika. Silahkan kemari, kita makan bersama. Semua sudah siap!" panggil pak Adi. Mas Agam menoleh ke arahku, aku menggeleng lemah.
"Kenapa sayang? , kamu tentu belum sarapan! Apa kita makan sepiring berdua?" ujarnya, aku menggeleng.
"Mas Agam saja yang makan, aku di sini saja. Tidak enak kalau kita berdua sama-sama tidak makan!" ujarku, mas Agam mengangguk. Dia berjalan meninggalkanku, mendekat pada warga yang sedang makan bersama.
"Mari mas Agam, semua ini masakannya mbak Annisa. Dia khusus memasak hari ini untuk kita semua. Beruntugnya laki-laki yang menjadi suaminya kelak!" ujar salah satu ibu lantang. Aku yang mendengarnya hanya tersenyum tipis.
"Seandainya mas Agam belum menikah, tentu sangat serasi untuk mbak Annisa. Jadi di kampung kita, akan ada pasangan idola! Mas Agam tampan, mbak Annisa cantik!." sahut yang lain.
"Sudah hentikan, kalian jangan bicara seperti itu. Mas Agam sudah ada mbak Tika, jadi tidak baik mengatakan seperti itu!" ujar pak Adi menengahi. Aku melihat mas Agam hanya tersenyum mendengar pembicaraan mereka.
"Meski mbak Annisa cantik, mas Agam hanya mencintai mbak Tika. Kalau tidak percaya, tanyakan pada mas Agam. Dia lebih memilih mbak Tika atau mbak Annisa!" saut Zahro ketus.
Aku tidak peduli sedikitpun dengan perkataan mereka. Apapun yang mereka katakan! Sejatinya mereka tidak pernah mengetahui, apa yang sebenarnya terjadi di dalam rumah tanggaku? Perkataan mereka hanya angin, yang mencoba meniup kokohnya pernikahan kami. Entah akar pernikahan kami yang kuat atau angin perkataan mereka yang kencang. Hanya waktu yang bisa menjawabnya. Siapa yang akan tetap bertahan dalam pernikahan ini?
Kupandangi langit yang cerah, panas matahari yang hangat berganti panas. Terdengar kicauan burung yang saling bersahutan, menghasilkan harmoni yang indah. Bagai lagu alam, terdengar sangat merdu di telinga. Hidup masih sangat panjang, jika hanya memikirkan perkataan orang. Sungguh kita akan merugi!.
"Sekarang kita sarapan. Tidak ada gunanya terus berdebat!"
"Mas Agam, mari silahkan. Kenapa mbak Tika tidak ikut sarapan bersama kita?" tanya pak Adi, mas Agam hanya menggeleng seraya tersenyum.
"Dia akan makan bersama saya!" ujarnya lalu pergi menghampiriku. Mas Agam membawa sepiring nasi dan lauk-pauknya.
"Kalian lihat, mas Agam tidak akan makan tanpa mbak Tika. Jadi sekarang terbukti siapa yang lebih dicintai mas Agam?" ujar Zahro ketus. Mereka semua terdiam, termasuk Annisa yang menunduk saat mendengar perkataan Zahro.
"Sayang, kamu sedang memandang apa?" sapanya.
"Mas Agam, kenapa kemari? Bukannya makan di sana bersama warga!" ujarku, dia menggeleng sembari mengangkat sepiring nasi yang dibawanya.
"Aku akan sarapan, bila bersamamu. Sepiring nasi ini sudah cukup untuk kita berdua. Bila kamu lapar, tidak akan pernah ada kenyang dalam perutku!" ujarnya, aku mengangguk.
"Hubby, suapi aku." ujarku manja, mas Agam mengangguk.
"Akhirnya aku melihat Tika yang manja. Tetaplah seperti ini, gadis manjaku yang akan selalu aku rindukan. Aku tidak ingin kamu mencoba dewasa, demi tetap bersamaku. Sikap manja yang kamu tunjukkan, selalu aku harapkan agar aku bisa menjadi dewasa di hadapanmu!" ujarnya, aku mengangguk.
"Aaaaa!" ujarnya, kubuka mulutku selebar mungkin. Mas Agam mulai menyuapiku.
"Terima kasih!" ujarku, dengan mulut yang penuh dengan makanan.
"Mereka makan sepiring berdua, bikin jiwa jombloku merana!" ujar Zahro lirih.
"Kamu begitu mencintainya, sangat terlihat jelas dari lembutnya sikapmu. Bahkan kamu tidak malu, saat menyuapinya di depan umum. Kamu menjadi laki-laki yang hangat, saat di sampingnya. Kamu menjadi laki-laki yang dingin, saat di sampingku. Kenyataan yang harus aku akui, bahwa hanya dia yang ada dihatimu!" batin Annisa sembari memandang ke arah kami berdua.
...☆☆☆☆☆...
Jangan lupa like, vote, and, coment.
Selamat membaca, semoga berkenan. Terima kasih😙😙😙
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 158 Episodes
Comments
Erni Suhandi
hempas tuh lalat
2021-01-25
0
Dewi Ws
💕💕
2021-01-18
0
Laura hussein
selalu like akutu..
gak sabar nunggu Up nya
semangat!! karyamu emang keren kak
2021-01-13
1