"Jika Adara tidak ada di sana, lalu sebenarnya dimana dia? Dan Fajar, untuk apa dia kesana, jika tidak menemui Adara? Tidak mungkin dia kesana untuk urusan kerja." ucap Ken seraya mengambil rokok, dan menyulutnya dengan cepat.
Ken menyandarkan punggungnya di kursi, sambil menyesap rokoknya kuat-kuat. Aroma khas nikotin perlahan menyeruak masuk kedalam tenggorokannya. Ken tak peduli meskipun orang disekitarnya banyak yang melarangnya merokok. Karena dulu Senja tidak keberatan dengan kebiasaannya. Nanti seandainya Senja yang melarangnya, mungkin dia akan memikirkannya.
Tak lama kemudian, Ken dikagetkan oleh nada dering ponselnya yang terdengar cukup nyaring. Ken meliriknya, dan ternyata Sella yang menghubunginya.
"Untuk apa dia menelfonku." ucap Ken sambil meraih ponselnya.
"Hallo." sapa Ken saat panggilan sudah terhubung.
"Hallo Ken, kamu belum tidur?" tanya Sella.
"Belum, aku baru saja lembur." jawab Ken.
"Aku juga baru pulang, hari ini pekerjaanku cukup banyak."
"Kalau begitu tidurlah, kau pasti lelah." ucap Ken.
"Belum ngantuk Ken, di sini baru jam 10.00." jawab Sella.
"Oh begitu ya, tapi aku sudah ngantuk Sel di sini sudah tengah malam." ucap Ken sambil berpura-pura menguap.
"Begitukah? Sayang sekali padahal masih ada hal penting yang ingin kubicarakan denganmu." kata Sella dengan nada yang manja.
"Hal penting apa?"
"Soal Senja."
"Ada apa dengan Senja?" tanya Ken.
"Bagaimana penyelidikanmu, sudah ada hasil atau belum? Senja sudah menanyakannya." jawab Sella.
"Belum, sangat sulit Sel, aku butuh lebih banyak waktu. Nanti jika aku sudah mendapatkan hasil, aku akan mengabarimu." ucap Ken sambil kembali menguap.
"Oh begitu, terima kasih ya Ken sudah mau membantuku. Ya sudah kalau begitu tidurlah, selamat malam, dan semoga bermimpi indah." kata Sella.
"Terima kasih, aku tutup ya." jawab Ken sambil menutup sambungan telefonnya.
"Kalaupun seandainya aku sudah mendapatkan kebenarannya, aku tidak akan pernah memberitahukannya padamu Sella. Aku tak akan membiarkan kamu memanfaatkan Senja demi mendekatiku. Namun aku akan memanfaatkan kamu untuk mendekati Senja. Mungkin menurutmu aku egois, tapi aku sangat mencintai Senja." ucap Ken sambil menatap layar ponselnya.
***
Disuatu pagi dihari Kamis. Fajar dan Senja keluar dari apartemennya bersama-sama. Fajar hendak pergi ke kantor, sedangkan Senja ia akan pergi belanja, karena persediaan bahan makanannya sudah habis. Kondisinya sekarang sudah pulih, ia sudah kembali sehat. Vitamin dari Ibu mertuanya, ia hanya meminumnya sekali saja. Percuma juga kandungannya subur, kalau tidak pernah disentuh mana mungkin ia bisa hamil.
"Nanti maaf ya aku tidak bisa jemput, tidak apa-apa kan kalau pulangnya naik taxi." ucap Fajar sambil membukakan pintu mobil untuk Senja.
"Tidak apa-apa Kak, terima kasih ya." jawab Senja sambil tersenyum, lalu ia masuk ke dalam mobil.
Fajar menutup pintu mobilnya, lalu ia melangkah, dan masuk lewat pintu yang sebelah kanan. Fajar duduk di depan kemudi, di samping Senja.
"Kak Fajar!" panggil Senja sambil menoleh, menatap suaminya yang sedang menghidupkan mesin mobilnya.
"Kenapa?" tanya Fajar.
"Kak Fajar tidak terlambat kalau mengantarkan aku dulu? Tujuan kita tidak searah Kak."
"Tidak, masih ada banyak waktu." jawab Fajar sambil tersenyum manis.
Lalu Fajar mulai melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, mereka mulai meninggalkan halaman apartemen. Senja menatap keramaian kota dari balik kaca mobilnya. Kendaraan yang berlalu lalang, serta gedung pencakar langit yang berbaris di sepanjang jalan.
Di dalam gedung-gedung itu, juga di dalam banyaknya kendaraan, ada banyak insan yang dikejar waktu, dan pekerjaan. Dulu ia juga pernah diposisi seperti itu, kerja pagi pulang malam. Bergumul dengan tumpukan berkas. Menyusun deretan angka, dan juga huruf tanpa ada kesalahan sedikitpun. Seluruh waktu dalam harinya, ia habiskan dengan urusan pekerjaan. Hanya dihari Minggu ia bisa bersantai, dan menghabiskan waktunya dengan hiburan.
Namun Senja tak pernah merasa lelah, ia justru merasa bahagia. Meskipun otaknya diperas habis, tapi setidaknya ia bisa meringankan beban Kakaknya. Dan juga, dulu ada Ken yang selalu mendukungnya, dan menghiburnya dengan rayuan, ataupun kekonyolannya. Ahh kenapa ia jadi mengingat Ken.
Berbanding terbalik dengan saat ini, sekarang ia punya banyak waktu untuk bersantai. Ia juga punya banyak uang untuk mencukupi kebutuhan, ataupun gaya hidupnya. Tapi kenapa hatinya justru tidak bahagia?
"Sayang, kau kenapa?" tanya Fajar saat melihat Senja hanya diam seperti sedang memikirkan sesuatu.
"Tidak apa-apa Kak."
"Kau diam saja dari tadi, adakah sesuatu yang sedang kamu fikirkan?" tanya Fajar.
"Tidak Kak, hanya mengingat belanjaan saja." jawab Senja sambil tersenyum.
Meskipun bibirnya mengulas senyuman, namun hatinya sedikit sakit, dan perih. Kenapa Fajar masih bertanya, haruskah ia menjelaskan apa yang sedang ia fikirkan?
"Sayang!" panggil Fajar.
"Iya Kak." jawab Senja sambil menoleh.
Fajar terdiam, bibirnya terlihat bergerak-gerak, namun ia belum juga membuka suara. Seakan ada hal yang ingin ia ungkapkan, namun sulit untuk ia ucapkan.
"Ada apa Kak?" tanya Senja sambil menilik wajah suaminya.
"Sayang, namamu adalah Cahaya Senja, aku harap kamu juga bisa seperti namamu." ucap Fajar sambil menggenggam tangan Senja.
"Maksud Kak Fajar?" tanya Senja sambil mengernyit heran.
"Setiap masa senja selalu ada, ia tak pernah meninggalkan hari barang sekalipun. Tak peduli seberapa tebal awan, atau seberapa deras hujan yang menutupi keindahannya, ia akan tetap ada. Meskipun pesonanya tak bisa kita lihat, namun ia tak mengeluh. Senja tak pernah menyerah, ia tetap tegar hingga awan, dan hujan lelah menutupinya. Hingga lambat laun kita bisa menatap kembali keindahan senja." kata Fajar dengan raut wajah yang sulit untuk diartikan.
"Aku...aku masih belum mengerti apa maksudnya Kak Fajar." ucap Senja.
"Sayang dalam kehidupan, kita tak pernah luput dari ujian. Aku hanya berpesan, seberat apapun ujian yang akan menimpa, tetaplah tegar, dan tetaplah tersenyum. Jadilah seperti senja, yang tak pernah menyerah, hingga ujian itu lelah, dan pergi dengan sendirinya. Tetaplah menjadi pribadi yang kuat, meski tak ada seorangpun yang melihatnya. Dengan keteguhan, dan keyakinan, sebesar apapun ujian, pada masanya akan menjadi sebuah senyuman." kata Fajar sambil tersenyum.
Senja menatap Fajar lekat-lekat, ia tahu apa maksud ucapan suaminya. Namun yang tidak ia tahu, untuk apa suaminya mengatakan hal itu.
"Kak Fajar aku..."
"Sayang sudah sampai, jangan hanya belanja bahan makanan. Belanjalah untuk kebutuhanmu juga, maaf aku tidak bisa menemanimu, aku harus pergi ke kantor." sahut Fajar memotong kalimat Senja.
"Kak aku masih ingin bertanya." jawab Senja dengan cepat.
"Apa yang ingin kau tanyakan?"
"Kenapa Kak Fajar mengatakan hal itu padaku?"
"Suatu saat nanti kau akan mengerti, ingat tidak ada kehidupan tanpa ujian. Ingat selalu pesanku, apapun yang terjadi nanti, tetaplah tegar, dan selalu tersenyum, jadilah seperti senja yang sebenarnya." jawab Fajar sambil memeluk Senja, dan mencium keningnya cukup lama.
"Pergilah! Hati-hati, dan kabari aku jika sudah pulang."
"Baiklah Kak." jawab Senja dengan kesal.
Lalu ia turun dari mobil, dan menatap kepergian Fajar dengan nanar.
"Apa sebenarnya maksud Kak Fajar." gumam Senja dengan pelan.
Dengan hati yang masih kesal Senja melangkahkan kakinya. Bukan menuju pusat perbelanjaan, melainkan menuju telepon umum yang tak jauh dari tempatnya berdiri.
Jantung Senja mulai berdetak cepat saat kakinya sudah menginjak lantai di ruangan kecil itu. Senja merogoh tas kecilnya, dan mengambil ponselnya. Lalu ia mencari nomor A, dan menelponnya menggunakan telepon umum.
"Hallo." sapa seseorang di seberang sana setelah panggilan telepon mulai terhubung.
"Hallo." jawab Senja dengan sedikit gugup. Ia mengernyitkan keningnya, kenapa yang menjawab telepon itu suara laki-laki?
"Ini siapa?" tanya lelaki itu.
"Ka...kamu sendiri siapa?" Senja balik bertanya.
"Kamu yang menelpon, dan kamu bertanya aku siapa! Jika tidak penting tutup saja teleponnya, aku tidak suka jika ada wanita yang menggangguku!" jawab lelaki itu dengan suara yang sedikit tinggi.
"Aku mencari pemilik nomor ini." sahut Senja dengan cepat.
"Ini nomorku, memangnya siapa yang kau cari?"
"Aku...aku mencari Adara." jawab Senja dengan hati yang berdebar-debar. Ia ingin tahu bagaimana tanggapan lelaki itu.
"Aku tidak kenal Adara, dan aku tidak kenal wanita manapun!" kata lelaki itu dengan kasar. Lalu sambungan telepon tiba-tiba terputus begitu saja.
Bersambung.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Siti Fatimah Fatimah
apa si fajar ini mengidap Aids y...... terlalu misterius jadi bikin penasaran
2022-02-26
1
Rachel Gifanny
Alex dan Adara itu sosok yg sama kah Thor? pa Adara itu transgender
2021-07-10
0
khairi
atau fajar loyo atau 🤔🤔🤔🤔
2021-07-02
0