Seorang wanita cantik, sedang menatap pantulan dirinya didalam cermin. Tubuhnya yang mungil, dibalut gaun panjang berwarna merah maroon dengan hiasan pita di pinggangnya. Rambutnya yang panjang disanggul rapi, dengan menyisakan sedikit dibagian depan, dan dibiarkan menjuntai begitu saja. Wajahnya yang berbentuk oval dioles make up tipis-tipis. Terlihat cantik, dan natural. High hells warna coklat muda, tampak menghiasi kakinya yang putih, dan mulus.
Dia adalah Senja. Ia tersenyum puas saat menatap tampilan dirinya yang cukup sempurna. Lalu ia meraih ponselnya yang berada di atas meja, dan membaca pesan singkat dari suaminya. Ternyata Fajar sudah berada dalam perjalanan, sebentar lagi ia akan tiba di apartemennya.
"Bukankah wajahku ini cukup cantik Kak." ucap Senja sambil mengamati wajahnya dari dalam cermin.
Mata bulat, hidung mancung, bibir mungil dan ranum, serta lesung pipit yang menghiasi pipinya. Bukan gambaran yang buruk, hanya saja postur tubuhnya tidak tinggi langsing seperti model papan atas. Tubuhnya kecil, dan mungil, namun cukup sintal, dan cukup sedap dipandang mata.
Tapi tiba-tiba senyuman di bibir ranumnya memudar. Kini bibir itu malah manyun, dan terlihat cemberut. Fikirannya menerawang jauh mengingat tentang Adara. Wajah, dan postur tubuh wanita itu jauh lebih sempurna dibandingkan dengan dirinya. Lagi-lagi kepercayaan dirinya mulai goyah.
Disaat Senja masih larut dalam lamunannya, tiba-tiba pintu kamar terbuka. Tampak di sana, sosok lelaki tegap, dan tampan sedang berdiri terpaku di ambang pintu. Ia tertegun saat menatap pantulan wajah Senja dari dalam cermin.
Senja yang tersadar dengan kehadirannya Fajar, mendongak, dan mengangkat wajahnya. Mata mereka bertemu, dan seolah masing-masing saling mengungkapkan isi hatinya lewat tatapan netra.
"Kau sangat cantik Senja. Rasanya aku ingin memilikimu sekarang juga, tapi keadaan yang memaksaku untuk tidak melakukannya. Banyak hal dalam diriku yang tidak kau tahu, maafkan aku Senja. Mungkin ini menyakitimu, tapi mau bagaimana lagi, ini semua sudah terlanjur, dan aku tidak bisa memutar waktu." batin Fajar sambil mencengkeram gagang pintu dengan erat.
"Aku tidak bisa mengartikan sorot matamu Kak. Terkadang penuh cinta, namun terkadang penuh dengan kemelut, yang tidak mampu aku selami. Sebenarnya apa yang terjadi, adakah sesuatu yang kau sembunyikan dariku. Sejak pulang dari Singapura, sikapmu mulai berubah Kak." batin Senja sambil menggigit bibirnya.
"Kau sudah siap sayang?" tanya Fajar sambil melangkah mendekati istrinya.
"Sudah Kak." jawab Senja dengan pelan. Matanya menatap bayangan Fajar yang berdiri tepat di belakangnya.
Fajar tampak mengangkat tangannya, dan hendak membelai rambut Senja. Namun hanya dalam hitungan detik, Fajar mengurungkan niatnya. Ia menurunkan tangannya, dan memalingkan wajahnya.
"Tunggu sebentar ya, aku akan ganti baju." ucap Fajar sambil melangkah pergi.
Senja melirik kepergian Fajar dengan perasaan yang tidak menentu.
"Seburuk itukah aku dimata kamu Kak, sehingga kamu sama sekali tidak tertarik denganku. Lalu kenapa dulu kau menyatakan cinta padaku, melamarku, dan menikahiku? Apa yang sebenarnya ada didalam hatimu Kak Fajar?" batin Senja sambil meremas ujung gaunnya.
Tak berapa lama kemudian, Fajar keluar dari kamar mandi. Ketampanannya terlihat lebih sempurna dalam balutan celana panjang, dan kemeja warna biru tua. Senja memalingkan wajahnya, mencoba menahan buliran bening yang sudah menggenang di matanya.
"Ayo berangkat sayang!" ajak Fajar sambil menggenggam jemari Senja.
Senja menoleh, menatap wajah tampan suaminya yang berada di hadapannya. Fajar mengukirkan senyuman manis di bibirnya, lalu lelaki itu menunduk, dan mencium kening Senja cukup lama.
"Kau sangat cantik!" puji Fajar sambil mengusap pipi Senja.
Senja menunduk, menyembunyikan wajahnya yang mulai merona. Meskipun tadi ia sempat kecewa, namun nyatanya Senja tidak bisa membohongi hatinya. Ia tetap mencintai Fajar, dan ia akan luluh dengan sikap lembutnya lelaki itu.
"Kak Fajar!" panggil Senja sambil mengangkat wajahnya, dan juga beranjak dari duduknya. Kini Senja berdiri tepat di hadapan Fajar, menatap mata suaminya dengan lekat-lekat.
"Apa kau suka dengan penampilanku yang seperti ini?" tanya Senja sambil mengalungkan tangannya di leher Fajar.
"Apapun penampilan kamu, aku selalu menyukainya. Aku sangat mencintaimu sayang." jawab Fajar sambil merengkuh pinggang Senja.
"Aku juga mencintaimu Kak, aku sudah tidak sabar untuk mendapatkan buah cinta kita." ucap Senja sambil mengerlingkan matanya.
Tubuh Fajar seakan membeku saat mendengar kata 'buah cinta' yang diucapkan oleh istrinya. Jantungnya mulai berdetak lebih cepat, dan bintik-bintik keringat mulai membasahi keningnya. Perlahan Fajar melepaskan rengkuhannya, dan ia mengusap wajahnya dengan kasar.
"Sayang, ayo kita berangkat. Tidak enak jika kita datang terlambat." kata Fajar sambil berusaha tersenyum. Ia menatap jarum jam yang melingkar di tangannya, guna menghindari tatapan mata Senja yang sangat menelisik.
"Semoga kau tidak menyembunyikan apa-apa dariku Kak. Aku memilihmu sebagai pasangan hidupku, semoga kamu tidak menodai cinta tulusku." batin Senja sambil menatap suaminya yang terlihat gugup.
"Ayo!" jawab Senja sambil membalas senyuman Fajar. Seolah ia tidak menyadari perubahan sikap Fajar.
***
Tepat pukul 08.00 malam Fajar, dan Senja tiba di lokasi pernikahan. Fajar menghentikan mobilnya di tempat parkir yang sudah disediakan. Fajar, dan Senja keluar dari mobil bersama-sama.
Tanpa mengucapkan banyak kata, Fajar melingkarkan tangannya di pinggang Senja. Merengkuhnya dengan mesra, seakan ia mengatakan pada dunia bahwa Senja adalah miliknya.
Mereka terus melangkah, dan bergabung dengan banyak tamu yang sudah hadir terlebih dahulu. Beberapa pasang mata, memandang mereka dengan tatapan kagum. Senja yang begitu cantik, bersanding dengan Fajar yang begitu rupawan, benar-benar pasangan yang serasi. Namun di antara banyaknya mata yang memandang, ada satu pasang mata yang memandang dengan tatapan iri, atau cemburu lebih tepatnya.
Pemilik mata itu adalah seorang lelaki muda dengan rambut yang sedikit gondrong, terlihat tampan dengan balutan celana panjang, dan kemeja pendek warna putih. Dua kancing bagian atasnya dibiarkan terbuka, memperlihatkan kalungnya yang berliontin cangkang kerang berukuran kecil. Dia adalah Kenzo Antonio Putra, lelaki yang pernah menjadi kekasihnya Senja selama lima tahun.
Ken menatap Senja, dan Fajar sambil mencengkeram gelas yang sedang digenggamnya. Rengkuhan tangan Fajar di pingging Senja benar-benar menyakiti matanya. Dulu, dialah yang selalu menggenggam tangan Senja, memeluknya, dan menciumnya. Tetapi sekarang, semua itu tinggal kenangan. Karena kesalahannya, Senja pergi, dan tidak mau memaafkannya lagi.
Ken menengguk minumannya, membayangkan tentang Senja membuat tenggorokannya kering, dan sakit. Lalu tiba-tiba ada seorang lelaki yang datang menghampirinya. Dia adalah Nicko, sahabat dekatnya.
"Move on Ken, jangan terbelenggu dengan kisah masa lalu." goda Nicko sambil menepuk bahu Ken. Ia tertawa sambil duduk di sebelah Ken.
"Dia terlalu sempurna Nick, bahkan untuk melupakan kenangannya saja, aku merasa kesulitan." ucap Ken sambil menyelipkan rambutnya yang jatuh di wajahnya.
"Dia sudah menikah Ken, kau mau menjadi orang ketiga." kata Nicko.
"Jika dia mau kenapa tidak." jawab Ken sambil tersenyum miring.
"Kau gila!" bentak Nicko.
"Aku sudah gila, sedetik setelah dia memutuskan hubungannya denganku." ucap Ken.
"Salah sendiri dulu kau dekat dengan Kania!" sindir Nicko.
"Aku hanya menolongnya, tidak punya maksud apa-apa. Tapi Aya salah paham, dan tidak mau mendengarkan penjelasanku." kata Ken dengan cepat. Aya adalah panggilan Ken kepada Senja.
"Wanita manapun pasti akan salah paham Ken. Coba dulu kau jelaskan dulu padanya, sebelum kau menolong Kania. Pasti tidak akan seperti ini kejadiannya." ucap Nicko sambil menatap Ken.
Ken tidak menjawab, ia hanya tersenyum sambil menatap lurus ke depan. Fajar sedang berbincang dengan rekannya, sedangkan Senja, ia duduk sendiri di sudut ruangan sambil menyesap minumannya. Ken beranjak dari duduknya, dan melangkah pergi. Ia tak menghiraukan teriakan Nicko yang memanggil namanya.
Ken terus melangkah mendekati Senja, wanita yang selama ini telah bertahta diseluruh ruang dalam hatinya. Ken tersenyum, saat menatap wajah cantik yang selama ini selalu dirindukannya.
"Aya!" panggil Ken sambil berdiri tepat di hadapan Senja.
Senja tersentak kaget. Aya, selama ini hanya satu orang yang memanggilnya dengan sebutan Aya. Senja mendongak, menatap sosok lelaki yang berdiri di depannya.
Jantung Senja berdetak dengan cepat saat menatap Ken yang sedang tersenyum padanya, senyuman yang tetap menawan seperti dahulu. Cukup lama tidak pernah bersua, namun sosok Ken masih tidak berubah. Gaya rambutnya, gaya berpakaiannya, dan kalung kerang yang tetap menggantung indah di lehernya. Sebuah kalung yang dulu diberikan oleh Senja, sebagai hadiah ulang tahunnya.
"Bagaimana kabarmu Aya?" tanya Ken sambil menaikkan alisnya.
"Kau mencintaiku cukup lama, tidak mungkin semudah itu kau melupakan aku. Katakan, jika Fajar itu hanya pelarianmu Aya!" batin Ken sambil menatap Senja.
Bersambung......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
junaidah yusoh
tak sabar
2023-10-29
1
Lutha Novhia
makin penisirin
2022-10-10
0
Kendarsih Keken
Fajar kejujuran itu lebih dari segala gala nya , jangan karena kepengecutan mu untuk berkata semua akan menjadi sia sia
2022-09-04
0