Senja mengerjapkan matanya dengan pelan, saat dirasakannya sinar surya mulai menyilaukan matanya. Senja menguap sambil menggeliat, rasanya matanya masih enggan untuk diajak keluar dari dunia mimpi.
Senja mengucek matanya dengan kedua tangannya, ia sedikit heran saat menatap tirai kamarnya yang sudah terbuka lebar. Ia menoleh ke samping kanan, dan kiri, tidak ada Fajar di sana. Namun dilihat dari selimut, dan guling yang ada di sebelahnya, sepertinya semalam Fajar tidur dengannya.
"Kemana Kak Fajar?" ucap Senja sambil bangkit dari tidurnya. Ia melihat pintu kamar mandi yang tertutup rapat, apakah Fajar sedang mandi?
Senja menghela nafas panjang, mangingat tentang semalam, hatinya kembali sakit dan perih. Senja memijit pelipisnya, kepalanya terasa pusing, entah karena kurang tidur, atau karena terlalu banyak beban fikiran.
Disaat Senja masih duduk di atas ranjang, tiba-tiba pintu kamar terbuka. Tampak di sana Fajar sedang tersenyum manis, ia melangkah sambil membawa nampan. Senja mengernyit heran, Fajar membawa sarapan, apakah itu untuknya? Apakah itu Fajar sendiri yang memasaknya? Beberapa pertanyaan mulai berkecamuk dalam hati Senja.
"Selamat pagi sayang!" ucap Fajar sambil meletakkan nampannya di atas meja.
"Pagi Kak Fajar, kau memasak?" tanya Senja ragu-ragu.
Pagi ini Fajar terlihat lembut seperti biasanya, berbeda jauh dengan semalam. Ada apa dengannya?
"Iya, aku membuatkan sarapan untukmu." jawab Fajar sambil melangkah mendekati Senja, dan duduk di sebelahnya.
"Kau tidak perlu melakukan itu, seharusnya aku yang memasak untukmu." kata Senja.
"Tidak apa-apa, sesekali aku juga ingin memasak untukmu." ucap Fajar sambil tersenyum, seraya tangannya merapikan rambut Senja yang masih berantakan.
"Sayang!" panggil Fajar.
"Iya Kak." jawab Senja sambil menoleh, mata mereka saling bertatapan.
"Tentang semalam, aku benar-benar minta maaf sayang. Aku tidak bermaksud membentak kamu, dan memperlakukan kamu dengan kasar. Hanya saja...aku sangat kaget mendengar kata cerai dari kamu. Aku sangat mencintai kamu, aku sakit mendengar kata itu." ucap Fajar sambil menatap Senja lekat-lekat.
Senja terdiam, sorot mata Fajar terlihat sangat tulus, tidak ada kebohongan di sana. Senja tak mampu berkata apa-apa, memahami Fajar itu cukup sulit baginya. Fajar mencintainya, tapi sama sekali tidak mau menyentuhnya. Kenapa? Dari yang Senja tahu, Fajar bukanlah lelaki im*oten, ia pernah melihatnya bereaksi. Lalu kenapa? Apa yang disembunyikan dia?
"Sayang!" panggil Fajar.
"Aku mengerti Kak, aku juga minta maaf, mungkin seharusnya aku tidak mengatakan hal itu." ucap Senja dengan pelan.
Meski dalam hatinya banyak hal yang ingin ia ungkapkan, namun nyatanya Senja tak mampu mengutarakannya. Mungkin inilah yang disebut cinta itu buta, selalu saja tidak bisa diterima dengan logika.
"Cepat sarapan! Maaf aku tidak bisa menemanimu, aku harus segera berangkat." kata Fajar sambil menunduk.
Senja tersentak kaget, ini masih sangat pagi, dan Fajar mengatakan segera berangkat. Senja menatap suaminya, dia memang sudah rapi dengan pakaian formalnya. Kenapa harus sepagi ini, ada apa di kantor? Fikiran Senja kembali kacau.
"Kenapa kau berangkat kerja sepagi ini?" tanya Senja memberanikan diri.
"Aku tidak bekerja." jawab Fajar. Dan jawaban itu membuat Senja mengernyit heran, tidak bekerja, lalu dia akan kemana?
"Lalu kau mau kemana Kak?" tanya Senja.
"Aku harus pergi ke Singapura, ada urusan yang mendesak di sana. Tidak akan lama sayang, jika pekerjaannya sudah selesai, aku akan segera pulang." jawab Fajar.
Senja terpaku saat itu juga, mulutnya tertutup rapat, dan tak bisa mengucapkan sepatah katapun. Singapura, pertama kali Fajar datang kesana sikapnya langsung berubah hingga saat ini. Dan sekarang Fajar akan kembali kesana, sebenarnya ada apa di Singapura, kenapa perasaan Senja menjadi semakin resah, dan gelisah.
"Sayang, kau tidak apa-apa?" tanya Fajar sambil memegang kedua bahu Senja.
"Kenapa mendadak? Kapan kau memesan tiketnya?" Senja balik bertanya, dengan suara yang pelan, dan gemetar.
"Aku memesan tiketnya tadi malam, tepat saat orang kepercayaanku memberi kabar, bahwa ada salah satu perusahaan yang membatalkan kerjasamanya. Ini akan berdampak buruk pada bisnisku sayang, aku harus segera mengurusnya." kata Fajar menjelaskan dengan panjang lebar.
Senja menunduk, yang dikatakan Fajar memang masuk akal. Namun entah kenapa, hatinya sama sekali tidak bisa mempercayainya.
"Apakah wanitamu ada di Singapura Kak?" batin Senja dalam hatinya.
"Sayang!" panggil Fajar.
"Pergilah! Jika itu harus kau lakukan, maka lakukanlah! Aku hanya bisa mendukungmu Kak." ucap Senja sambil berusaha tersenyum.
"Pergilah Kak, dan aku akan mencari tahu apa yang kau lakukan di Singapura. Aku tidak akan tinggal diam, cepat atau lambat aku akan menguak kebenaran yang sedang kau sembunyikan." ucap Senja dalam hatinya.
"Terima kasih sayang, jaga diri baik-baik ya selama aku tidak ada. Aku tidak akan lama, aku pasti segera pulang." kata Fajar sambil memeluk Senja dengan erat.
"Maafkan aku Senja, semakin hari semakin banyak kebohongan yang aku katakan. Tapi aku tidak punya pilihan lain, ini satu-satunya cara agar kau tetap berada disisiku." ucap Fajar dalam hatinya.
"Aku bahagia kau perlakukan selembut ini Kak, tapi aku juga merasa sakit, jika mengingat sikap kamu yang aneh. Kak Fajar, aku ingin menyandarkan hidupku padamu, tapi kenapa seperti ini balasanmu." batin Senja dalam hatinya, ia memejamkan matanya, menikmati pelukan Fajar yang membuatnya sangat nyaman.
"Sayang! Sudah pukul setengah tujuh, aku berangkat sekarang ya." kata Fajar sambil melepaskan pelukannya.
"Iya Kak, hati-hati ya." jawab Senja.
"Iya sayang, cepat dimakan ya, meskipun tidak seenak masakanmu, tapi kuharap kau menyukainya." ucap Fajar sambil beranjak dari duduknya.
"Aku pasti menyukainya." jawab Senja sambil tersenyum, seraya ikut beranjak, dan berdiri di depan Fajar.
"Aku pergi dulu ya sayang, I love you." ucap Fajar sambil mengecup kening Senja cukup lama.
"I love you too Kak." jawab Senja.
Fajar tersenyum, lalu ia melangkah pergi meninggalkan Senja. Hanya dalam hitungan detik, tubuh Fajar sudah menghilang di balik pintu. Dan detik itu juga, air mata Senja mulai menetes. Mungkin saat ini, Senja layak mendapatkan predikat orang terpandai dalam hal berpura-pura. Ia berusaha untuk selalu tersenyum saat di depan Fajar, tapi ia selalu menangis meratapi kesedihannya, jika dalam kesendirian.
Kemudian Senja melangkah menuju sofa, dan ia duduk di sana. Senja menatap nampan berisi makanan yang terletak di atas meja. Nasi goreng pedas, lengkap dengan telur ceplok yang dibumbu lada, dan bawang, juga ada irisan mentimun yang diletakkan dalam mangkok kecil. Salah satu makanan kesukaan Senja. Di samping piringnya, ada segelas coklat panas, salah satu minuman yang selalu Senja minum setiap pagi.
Senja menyentuh nampan itu dengan kedua tangannya. Dan tanpa permisi, air matanya semakin berderaian membasahi kedua pipinya.
"Untuk apa kau melakukan ini Kak, jika cintamu sebenarnya tidak setulus itu. Apa yang kau sembunyikan, kenapa kau tidak bisa jujur padaku. Hatiku sakit Kak." ucap Senja disela-sela isakannya.
Cukup lama Senja menangis dalam kesendiriannya. Coklat, dan nasi goreng yang semula panas, kini sudah berubah dingin. Namun Senja tidak peduli, biarkan saja semuanya dingin, karena ia tidak ada niatan untuk menyantapnya.
Bersambung.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
yuiwnye
apakah benar fajar ke Singapura 🧐🧐🤔🤔
2024-12-17
1
Eva Rubani
ni senja terlalu sabar jd gondok nii
2023-05-30
1
Lail Maubile
heran aku ,masa di antara suami istri Tdk ad keter bukaan sih,mau sampai kpn ?
2022-10-14
1