"Sebenarnya apa?" tanya Alvin dengan cepat.
"Sebenarnya hubunganku dengan Kak Fajar baik-baik saja, tapi..." ucap Senja dengan pelan.
"Aku tidak bisa menceritakan semuanya, aku tidak mau Kak Alvin marah, dan menyuruhku untuk berpisah. Aku masih mencintai Kak Fajar." ucap Senja dalam hatinya.
"Tapi apa, cepat katakan Nja!"
"Kak Fajar belum menginginkan anak, sedangkan Mama sudah sangat menginginkan cucu. Terkadang aku sedih, jika dianggap sebagai wanita mandul." jawab Senja.
"Maafkan aku Kak, aku tidak bisa mengatakan semuanya dengan jujur. Tapi aku juga tidak sepenuhnya berbohong, kenyataannya memang seperti itu. Aku hanya tidak bisa mengatakan bahwa Kak Fajar tidak pernah menyentuhku, Kak Alvin akan sangat marah." ucap Senja dalam hatinya.
"Fajar belum menginginkan anak?" tanya Alvin sambil mengernyitkan keningnya.
"Iya, katanya dia masih ingin hidup berdua denganku. Dulu kan kita pacaran hanya sebentar, jadi setelah menikah Kak Fajar masih ingin pacaran, tidak ingin buru-buru punya anak." jawab Senja sambil tersenyum.
Alvin melipat tangannya di dada, seraya matanya menatap Senja dengan tajam. Seakan ia mencari kebenaran dari kata-kata Senja lewat sorot matanya.
"Perkataan Senja sangat bertolak belakang dengan perkataan Fajar diwaktu dulu." batin Alvin dalam hatinya.
"Kenapa Kak?" tanya Senja saat menatap Alvin diam tanpa kata.
"Aku hanya merasa heran."
"Heran kenapa?" tanya Senja.
"Dulu sewaktu kau, dan Fajar masih pacaran. Dia selalu bilang padaku kalau dia ingin segera menikahimu, dan ingin segera punya anak denganmu. Dia sangat menginginkan anak perempuan." jawab Alvin. Dan jawaban itu membuat Senja sedikit tersentak.
"Kak Alvin serius?" tanya Senja sambil menatap Kakaknya.
"Tentu saja, bukan hanya sekali Fajar mengatakannya, tapi berkali-kali." jawab Alvin.
Tenggorokan Senja seakan tercekat saat itu juga. Jika dulu Fajar menginginkan anak, kenapa sekarang dia bersikeras untuk menundanya. Apa ada yang salah dengan pernikahannya?
Senja menunduk, hatinya kembali resah dan kacau. Begitu banyak hal yang mencurigakan dari diri Fajar, dan sampai saat ini, Senja belum bisa menguaknya.
"Biasanya jam berapa Fajar pulang?" tanya Alvin.
"Tidak tentu Kak, terkadang jam empat sudah pulang. Tapi terkadang juga sampai malam. Kenapa Kak?" Senja balik bertanya.
"Nanti kau tidak usah naik taxi, biar aku yang mengantarmu, sekalian aku ingin bertemu dengan Fajar." jawab Alvin.
"Tapi Kak Fajar tidak ada di rumah Kak." sahut Senja.
"Katamu jam empat terkadang dia sudah pulang, kalau memang nanti dia belum pulang, aku akan menunggunya. Dia tidak pernah pulang larut kan?" tanya Alvin.
"Tidak, tapi maksudku Kak Fajar sekarang sedang tidak ada di rumah. Tadi pagi dia pergi ke Singapura, ada masalah dengan bisnisnya yang ada di sana." ucap Senja.
"Singapura!" sahut Alvin dengan cepat. Ia beranjak dari duduknya sambil mengusap wajahnya dengan kasar. Mendengar Fajar kembali pergi ke Singapura, emosinya semakin membuncah.
"Ke...kenapa Kak?" tanya Senja sedikit takut.
"Fajar pergi lagi ke Singapura, apa yang sebenarnya yang dia lakukan di sana? Benar soal pekerjaan, atau soal yang lainnya?"
"Kenapa Kak Alvin bicara seperti itu?"
"Kau jangan bodoh Senja, dua hari setelah kalian menikah, dia pergi ke sana kan, sendirian dan sampai berhari-hari. Lalu sekarang dia kembali lagi ke sana, dan dia kembali meninggalkan kamu! Apa kamu tidak curiga Nja?" kata Alvin dengan suara yang sedikit tinggi.
"Kalau memang dia ke sana hanya untuk masalah pekerjaan, seharusnya dia mengajak kamu. Hitung-hitung jalan-jalan, karena kau dan dia belum pernah bulan madu kan. Kalian menikah baru enam bulan, kalian itu masih pengantin baru. Tapi Fajar sudah dua kali meninggalkan kamu sendirian." sambung Alvin, karena Senja belum juga menjawab ucapannya.
Senja masih tidak menjawab, ia hanya diam menunduk sambil meremas ujung bajunya. Apa yang diucapkan Alvin memang benar, andai tidak ada hal lain yang Fajar sembunyikan, seharusnya dia mengajaknya, bukan meninggalkannya. Senja menghela nafas panjang, semakin kesini semakin banyak kejanggalan dalam diri Fajar. Mungkinkah Fajar mengkhianatinya?
"Dari dulu aku tidak setuju jika kamu menikah dengan Fajar, tapi kamu sangat keras kepala. Kamu menolak Dika, tapi memilih Fajar, itu sama saja Nja." gerutu Alvin sambil kembali duduk.
"Kak Dika pemabuk." ucap Senja dengan pelan, ia masih menunduk, dan belum berani mengangkat wajahnya.
"Iya Dika memang pemabuk, juga perokok, sama seperti Kakakmu. Tapi asal kau tahu Nja, dia tidak pernah main perempuan. Sedangkan Fajar, kau sendiri juga tahu bagaimana hubungannya dengan Adara. Kau yakin Fajar bisa melupakan dia?"
"Aku mencintainya Kak." ucap Senja masih dengan suara yang pelan.
"Cinta boleh, tapi jangan lemah dan bodoh. Kamu harus tegas Nja, tanyakan padanya kenapa pergi ke Singapura sendirian, juga kenapa masih menunda untuk mempunyai anak. Sekalian bersikap tegas juga pada mertuamu. Kalau memang Fajar yang tidak mau punya anak, kamu jangan mau dikatakan mandul, kamu harus berani menjawab. Ingat ya Nja, sebagai wanita kamu harus punya harga diri, jangan mau diremahkan dan direndahkan!" kata Alvin sambil menatap Senja.
"Iya Kak."
"Laki-laki bukan hanya Fajar seorang, jika dia tidak bisa membahagiakan kamu, tinggalkan saja dia. Kau juga berhak bahagia Nja!" kata Alvin.
"Iya Kak." jawab Senja.
***
Ditengah keheningan malam, angin bertiup perlahan menyisakan hawa dingin yang menusuk tulang. Seorang wanita sedang berdiri di dekat jendela kamarnya. Dia adalah Senja, dia sedang menatap bintang yang terlihat remang-remang, karena tertutup awan. Senja menunduk sambil mencengkeram tirai kamarnya. Jarum jam sudah menunjukkan pukul 11.00 malam, namun belum ada sedikitpun kabar dari Fajar. Berkali-kali Senja menelfon, namun tidak diangkat. Puluhan pesan Senja kirim, namun belum ada satupun yang dibaca.
"Apa kau benar-benar mengkhianatiku Kak?" tanya Senja pada udara kosong yang ada dihadapannya.
"Aku tulus mencintaimu, tapi kenapa seperti ini balasanmu. Seburuk apapun masa lalu kamu, aku menerimanya Kak. Tapi kenapa sekarang kau begini, seolah kau masih terjebak dalam kenanganmu yang dulu. Lalu apa artinya aku, apa artinya pernikahan ini." ucap Senja dengan nada yang bergetar. Pandangannya kini lurus menatap ke depan, seolah ia menyampaikan isi hatinya pada angin malam.
Senja menghembuskan nafasnya dengan kasar, lalu ia melangkah menuju ke ranjang. Ia duduk di tepi ranjang, sambil menatap foto pernikahannya yang menggantung di dinding. Senja tersenyum getir, dalam foto itu ia, dan Fajar tampak sedang berpelukan sambil tersenyum lebar. Siapa sangka senyuman itu hanya bertahan selama dua hari saja. Setelah Fajar pergi ke Singapura, tiada lagi senyum kebahagiaan dalam hidup Senja.
Disaat Senja masih larut dalam lamunannya, tiba-tiba ia dikejutkan oleh dering ponsel yang berada di atas meja. Dengan cepat Senja beranjak dari duduknya, dan bergegas melangkah mengambil ponselnya.
"Akhirnya kau menghubungiku juga Kak, aku rela menunggu sampai selarut ini demi mendengar kabar darimu Kak." ucap Senja sambil bernafas lega.
Namun kelegaan itu kembali hilang, saat ia menatap layar ponselnya. Bukan nomor Fajar yang menghubunginya, melainkan nomor baru yang tidak ada dalam daftar kontaknya.
"Siapa ini?" gumam Senja dengan jantung yang berdetak cepat.
Ia membiarkan ponsel itu berdering cukup lama, ia masih ragu untuk mengangkat telefonnya.
Sampai beberapa menit Senja masih terpaku, matanya tak beralih dari layar ponselnya. Sudah yang ketiga kalinya, tapi Senja masih enggan untuk mengangkatnya. Namun ponsel itu juga tak kunjung diam, pemilik nomor terus menelfonnya hingga kelima kalinya. Dan Senja tak punya pilihan lain, akhirnya ia memberanikan diri untuk mengangkat telefonnya.
"Semoga saja ini tidak seperti yang aku fikirkan." ucap Senja sambil memejamkan matanya.
Bersambung.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Mamax Garissa
lanjud Thor
2022-09-01
0
Syifa Maulana
alur ceritanya lambat...jdi bosen 😐
2021-11-14
2
Yantii Maryam
bacanya gwe longkap Krn cri intinya doang
2021-10-06
0