Dalam keheningan malam, Fajar duduk sendiri di sofa ruang tamu. Ia memegangi kepalanya yang terasa sakit, dan pening. Memikirkan tentang rumah tangganya, juga masa depannya, membuat hati, dan fikirannya sangat kacau. Kenapa jalan hidupnya menjadi sulit, dan pahit seperti ini? Kecerobohan yang pernah ia lakukan, mengantarkannya pada kubangan luka yang entah dimana dasarnya.
Lalu Fajar meraih kotak tisu yang berada di atas meja, ia mengambil beberapa lembar, dan kemudian menyeka keringat yang membasahi keningnya.
"Kenapa semuanya menjadi seperti ini." ucap Fajar dengan pelan.
"Aku benci dengan takdirku, aku sangat benci!" teriak Fajar sambil menendang meja yang ada di hadapannya. Nafasnya memburu, dan dadanya naik turun menahan emosi.
Fajar mencengkeram pinggiran sofa dengan sangat erat, bibirnya bergetar, dan matanya mulai berkaca-kaca. Bukan karena ia terlalu lemah, namun takdir ini benar-benar terlampau sakit untuk dirasakan.
"Aku sangat mencintai Senja, aku tidak ingin melepaskan dia. Tapi dengan kenyataan yang seperti ini, membuatnya hamil itu sama saja dengan menyakitinya. Namun aku tidak bisa menjelaskan semuanya, aku takut dia akan membenciku, dan meninggalkan aku. Aku harap Tuhan memberikan jalan keluar atas masalahku ini." ucap Fajar dalam kesendiriannya.
Beberapa menit kemudian, Fajar dikagetkan oleh getaran ponsel yang berada di sakunya. Fajar merogohnya, dan meraih ponselnya. Ada satu pesan baru dari seseorang yang mampu membuat jantungnya berdetak cepat. Fajar membukanya, dan membaca pesannya.
Selesai membaca pesannya, Fajar memejamkan matanya. Sesungguhnya ia ingin lari dari kenyataan ini, tapi adalah daya. Dia hanya manusia biasa, dia harus bisa menyusuri jalan yang telah digariskan padanya. Meskipun ini sangat sulit, tapi mau tidak mau dia harus menerimanya. Semua ini terjadi bukan tanpa sebab, melainkan karena kecerobohan, dan kesalahan yang ia lakukan sendiri.
Fajar mengambil beberapa lembar tisu, ia menyeka keningnya yang semakin berkeringat. Lalu ia menyalakan kembali ponselnya, dan memesan tiket pesawat untuk penerbangan besok pagi ke Singapura.
"Maafkan aku Senja." ucap Fajar dengan pelan, seraya beranjak dari duduknya, dan berjalan menuju ke kamarnya.
Fajar membuka pintu kamarnya dengan pelan. Dan hatinya teriris sakit, saat melihat Senja tertidur di lantai sambil menyandarkan punggungnya di ranjang. Sisa-sisa air matanya masih terlihat basah di pipinya.
"Maafkan aku Senja, tolong maafkan aku!" kata Fajar sambil mencium kening Senja cukup lama.
Lalu ia mengangkat tubuh Senja, dan membaringkannya di ranjang. Kemudian ia menutup tubuh istrinya dengan selimut tebal. Fajar mengusap-usap rambut Senja dengan lembut.
"Andai suatu saat nanti keadaan memaksa kita untuk berpisah, aku ingin memastikan kau menikah dengan lelaki yang sangat mencintaimu. Maafkan aku Senja, mungkin keegoisanku ini membuatmu terluka. Tapi cinta ini terlalu besar, aku benar-benar tak mampu melepaskan kamu." ucap Fajar sambil menatap Senja lekat-lekat.
Lalu tak lama kemudian, ia berbaring di sebelah Senja. Memeluk pinggang istrinya, dan kemudian memejamkan matanya. Berusaha menepis semua kenangan buruk yang berakibat fatal pada masa depannya.
***
Didalam sebuah apartemen mewah yang berada di pusat Kota Tokyo. Seorang lelaki sedang menggeram kesal, sambil mengacak-acak seluruh barang yang ada di mejanya. Dia adalah Ken, dia sangat kesal saat tak bisa menemukan informasi apapun tentang Adara.
Ken memijit pelipisnya, kenapa serumit ini? Selama ini ia belum pernah kesulitan dalam mencari informasi tentang seseorang. Siapa yang melindungi Adara, siapa yang menutup informasi tentangnya?
Dari informasi yang Ken dapatkan, selain berkecimpung dalam bisnis keluarganya, ia juga menjadi desainer yang hebat. Namanya sudah cukup dikenal dalam dunia fashion. Bukan hanya di dalam negeri, bahkan di luar negeri pun sudah banyak yang mengenal nama Adara.
Setahun yang lalu keluarganya pindah ke Jakarta, namun tidak ada tanda-tanda Adara ikut pindah ke sana, tapi juga tidak ada tanda-tanda bahwa Adara masih menetap di Surabaya. Sejak saat itu Adara seperti menghilang ditelan bumi, entah kemana dia, dan apa yang terjadi padanya. Tidak ada sedikitpun informasi tentang dia, bahkan dunia fashion pun seakan-akan telah melupakan namanya.
"Mungkinkah Fajar yang menyembunyikan Adara? Kira-kira dimana dia sekarang?" ucap Ken sambil menyulut rokoknya.
"Kau berani mengkhianati Senja, kau akan sangat menyesal Fajar! Aku tidak akan tinggal diam, aku akan merebut Senja dari sisimu. Dia akan kembali kedalam pelukanku, kau lihat saja nanti!" kata Ken sambil menatap foto Senja yang terpampang di layar laptopnya.
"Kisah kita, tidak akan kubiarkan menjadi kenangan. Biarlah sekarang tertunda, tapi suatu masa, aku akan kembali merajutnya. Aku masih sangat mengharapkan kamu Senja." ucap Ken sambil tersenyum tipis.
Lalu tangannya menggenggam liontin kalungnya. Dan tanpa dipinta, bayangan tentang masa lalu melintas dalam ingatannya.
Flash back
Tiga tahun yang lalu, saat Ken dan Senja masih menjadi sepasang kekasih. Disuatu sore mereka sedang memadu kasih di pinggir pantai. Mereka sedang duduk bersama di atas hamparan pasir putih, sambil menatap birunya lautan lepas.
"Surprise!" kata Senja sambil tersenyum lebar. Ia mengeluarkan kotak makanan dari dalam tasnya.
Ken mengernyit heran, lalu ia tersenyum saat Senja membuka kotak makannya. Sebuah kue ulang tahun berbentuk kotak, dengan hiasan butter yang dibentuk bunga. Lalu Senja mengambil lilin kecil dari dalam tasnya, menancapkannya, dan kemudian menyulutnya. Hanya saja hembusan angin pantai terlalu kencang, hingga apinya selalu padam, dan lilin itu gagal untuk dinyalakan.
"Sudahlah Aya, angin di sini terlalu kencang, kau tidak akan bisa menyalakannya." kata Ken sambil menatap Senja.
"Iya, selalu saja padam." jawab Senja sambil tertawa.
"Kau sengaja ya, pura-pura lupa, tapi sebenarnya kau sedang menyiapkan kejutan untukku. Kau mulai nakal baby." ucap Ken sambil mencubit pipi Senja.
"Kau saja yang tidak peka. Mana mungkin aku melupakan hari ulang tahunmu Ken, kau adalah orang yang penting dalam hidupku." jawab Senja.
"Pintar merayu ya sekarang, belajar dimana?"
"Belajar dari kamu." jawab Senja sambil tertawa keras.
"Begitukah?"
"Iya dong. Ken, meskipun rasanya tidak sempurna, tapi aku membuatnya sendiri. Aku membuat ini khusus untuk orang yang kucintai. Selamat ulang tahun Ken, semoga panjang umur, dan semoga semua harapanmu bisa tercapai. Semoga kau selalu sehat, dan selalu bahagia." ucap Senja sambil tersenyum.
"Terima kasih Aya, kebahagiaanku adalah kamu. Jadi bila kau ingin aku bahagia, tetaplah berdiri di sampingku, dan tetaplah menjadi kekasihku. Jangan pernah meninggalkan aku Aya!" ucap Ken sambil menangkup kedua pipi Senja.
"Kau adalah sandaranku Ken, aku tidak akan sanggup meninggalkan kamu." jawab Senja sambil tersenyum.
Ken tak menjawab, namun ia semakin mendekatkan wajahnya. Senja tersenyum, lalu ia menaruh kue ulang tahunnya di atas pangkuannya. Lantas ia mengalungkan kedua tangannya di leher Ken. Nafas mereka saling menghangat di wajah, dan jarak di antara keduanya semakin terkikis habis. Keduanya saling memejamkan mata, menikmati sentuhan lembut, dan manis dari bibir masing-masing.
Sang surya semakin merangkak ke peraduannya, menyisakan cahaya jingga yang menyemburat indah, seindah kisah asmara antara Ken, dan Senja.
"Kau selalu manis baby, kau selalu membuatku terbuai." ucap Ken sambil melepaskan ciumannya. Tangannya membelai pipi Senja, dan kemudian turun ke leher. Senja membuka matanya, ia menahan tangan Ken yang hendak menyentuh lebih turun.
"Jangan Ken!" kata Senja.
"Kenapa? Aku pasti akan menikahimu."
"Kak Alvin mempercayaiku, aku tidak mau menodai kepercayaannya. Jika kau pasti menikahiku, kita lakukan saja nanti. Aku pasti akan menjaganya, untuk suamiku!" jawab Senja sambil menatap Ken.
"Baiklah, aku mengerti, maafkan aku Aya." ucap Ken.
"Iya, oh ya aku juga punya sesuatu untukmu." kata Senja sambil melepaskan tangannya. Ia merogoh sesuatu dari dalam tasnya.
Senja mengambil sebuah kalung, talinya berwarna hitam dengan liontin cangkang kerang kecil yang sangat indah.
"Cangkang kerang ini aku dapatkan dari tempat ini, tempat yang menjadi saksi atas cinta kita. Kita selalu menatap senja dari tempat ini, jadi kuharap setiap kali kau menatap kalung ini, kau selalu mengingat tentang senja." ucap Senja sambil memakaikan kalungnya di leher Ken.
"Yang kau maksud sinar senja, atau Cahaya Senja?" tanya Ken sambil mendekatkan wajahnya.
"Dua duanya, kau harus selalu ingat dengan apapun yang berhubungan dengan senja." jawab Senja dengan cepat.
"Sinar senja mungkin aku bisa lupa, tapi Cahaya Senja, aku tidak akan pernah melupakannya. Selamanya, aku akan selalu mengingatnya, dan mencintainya." ucap Ken sambil membelai pipi Senja. Dan lagi-lagi mereka larut dalam sebuah kecupan.
Flash back off
Ken mendengus kesal, semua itu sudah berlalu. Kini tak ada lagi Senja di sisinya. Senja sudah menikah, Senja sudah menjadi milik orang lain. Sekian tahun ia menunggu, ternyata malah Fajar yang mendapatkan Senja.
"Jika Fajar melukaimu, aku sangat ingin mendapatkan kamu kembali. Aku tidak peduli meskipun kau sudah menjadi janda, aku tetap mencintaimu Aya." ucap Ken sambil menutup wajahnya.
Bersambung.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
yuiwnye
fajar terjangkit HIV dr Adara ya 🤔🤔🤔
nebak² nih, penasaran 😅😅
2024-12-17
1
Jade Meamoure
cari aja yg bukan Ken dan Fajar tuh 2 laki udah nyakitin
2023-08-03
2
Eva Rubani
gawat ni watak ny si fajar
2023-05-30
1