Kesucian Cinta Yang Ternoda
Fajar dan senja. Matahari terbit dan matahari terbenam. Meskipun dua hal itu diciptakan untuk saling melengkapi dan saling menyempurnakan, namun keduanya selalu berada di titik yang berbeda.
Cahaya Senja, gadis cantik dan mungil yang memiliki sifat ramah, tegas, namun juga manja. Ia melepas masa lajangnya di usia 25 tahun. Ia menikah dengan sahabat kakaknya, Fajar Mahardika. Lelaki tampan dan mapan yang hadir disaat Senja sedang terluka.
Senja bukanlah gadis yang hidup bergelimangan harta. Orang tuanya sudah tiada sejak ia masih kecil, dan sekarang hanya hidup berdua dengan kakak laki-lakinya, Alvin Aldiansyah.
Alvin adalah sosok pahlawan dalam hidup Senja. Lelaki itulah yang selama ini merawat dan menjaganya. Alvin juga yang membiayai hidupnya, mulai dari kebutuhan sehari-hari, biaya sekolah, hingga biaya kuliah. Senja menamatkan kuliahnya diusia 21 tahun. Lalu ia bekerja di salah satu perusahaan yang cukup besar di Kota Surabaya.
Sedangkan Alvin, ia mengembangkan bisnisnya yang sudah dirintis sejak dulu, yakni sebuah kelab malam yang ia dirikan di pusat kota. Sebuah pekerjaan yang dipandang sebelah mata oleh Rani Wilson, ibu dari Fajar Mahardika. Beliau lebih menyukai Adara Victoria, kekasih lamanya Fajar. Menurut beliau Adara yang lebih layak bersanding dengan Fajar, dibandingkan dengan Senja.
Keluarga Fajar termasuk keluarga yang terpandang. Ibu Rani menginginkan menantu yang sejajar dengan keluarganya. Namun, Fajar tak mengindahkan pendapat Ibunya, ia tetap memilih Senja sebagai pasangan hidup. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, Fajar mengajak Senja tinggal di apartemen.
Mereka tinggal berdua di sana, Senja menolak saat Fajar akan mempekerjakan seorang pelayan. Senja ingin melakukannya sendiri. Ia berusaha menjadi istri yang baik untuk Fajar.
\*\*\*
Senja duduk termenung di ranjang kamarnya, menatap jarum jam yang terus berdetak. Sudah lima hari Fajar pergi ke Singapura, katanya untuk mengurus bisnis yang ada di sana. Fajar pergi dua hari sejak mereka menikah.
"Kenapa Kak Fajar belum juga kembali, malah sekarang sulit sekali dihubungi," ucap Senja dengan pelan. Ia memeluk guling yang ada disebelahnya. Tinggal sendirian untuk beberapa hari membuatnya merasa kesepian.
"Apa aku mengunjungi Kakak saja, ya," kata Senja sambil menenggelamkan wajahnya di dalam guling yang sedang dipeluk.
Lalu Senja beranjak dari duduknya, lantas berjalan menuju kamar mandi. Ia akan mengunjungi kakaknya untuk menghilangkan rasa kesepian.
Sekitar setengah jam kemudian, Senja keluar dari kamar mandi. Dia mengganti bajunya dengan dress selutut warna kuning gading. Rambutnya dikuncir tinggi, dengan hiasan aksesoris warna putih. Senja juga memoleskan *make up* tipis-tipis di wajahnya. Terakhir, ia mengoleskan lipstik warna merah muda di bibirnya yang ranum.
Merasa cukup dengan penampilannya, Senja keluar dari kamar. Tak lupa ia menyambar tas selempang warna coklat yang berisi ponsel dan dompet.
Senja berjalan keluar dari kamarnya, lalu melangkah ke ambang pintu ruang tamu. Namun alangkah terkejutnya dia, saat tiba-tiba sosok mertua sudah lebih dulu membuka pintu dari luar.
"Mama," sapa Senja sambil tersenyum.
Bu Rani tidak menjawab, hanya tersenyum miring sambil menilik penampilan Senja dari ujung kaki hingga ke ujung kepala.
"Silakan masuk, Ma!" kata Senja masih dengan senyumannya.
"Fajar di mana?" tanya Bu Rani dengan nada yang sedikit ketus.
"Kak Fajar masih di Singapura, Ma, belum kembali," jawab Senja sambil menunduk. Mengingat tentang Fajar, jujur hatinya sangat gelisah.
"Terus kamu mau ke mana?" tanya Bu Rani sambil menatap Senja dengan tajam.
"Aku\_\_\_" Belum sempat Senja meneruskan kalimatnya, tiba-tiba Bu Rani sudah kembali bicara.
"Beginikah cara kamu saat ditinggal suami? Keluyuran tidak jelas!" kata Bu Rani sambil memicingkan matanya.
Senja memejam sesaat, selalu saja seperti ini. Tak pernah sedikit pun sang mertu bersikap ramah padanya. Dulu saat ia belum menjalin hubungan dengan Fajar, Bu Rani malah biasa saja. Namun sejak Fajar mengenalkannya sebagai pasangan, sikap Bu Rani berubah sinis.
"Aku hanya ingin mengunjungi Kak Alvin, Ma," ujar Senja beberapa saat kemudian.
"Alvin? Kau ingin pergi ke kelab?" tanya Bu Rani dengan sinis.
"Tidak, Ma, ini masih siang, Kak Alvin masih di rumah. Sejak menikah aku belum pernah mengunjunginya," jawab Senja dengan pelan. Meski sebenarnya ia merasa kesal, tapi tetap berusaha menghormati ibu mertuanya.
"Sudah izin suami?" tanya Bu Rani.
Senja terdiam. Dia belum meminta izin pada suaminya karena sejak kemarin nomor Fajar tidak bisa dihubungi. Entah sesibuk apa dia, sampai-sampai melupakan istri yang baru saja dinikahi.
"Kenapa diam? Kamu belum meminta izin pada Fajar?" Bu Rani kembali bertanya dengan nada yang sedikit tinggi.
"Nomor Kak Fajar sejak kemarin tidak aktif, mungkin dia sedang sibuk." Senja menghela napas panjang.
"Ahh terlalu banyak alasan. Terserah kalau kamu mau pergi, aku juga akan pergi!" kata Bu Rani sambil membalikkan badannya dan hendak keluar dari apartemen.
Namun sesampainya di ambang pintu, Bu Rani menghentikan langkahnya dan menoleh menatap Senja.
"Senja! Fajar adalah putra pertamaku, kau harus secepatnya memberikan keturunan padanya. Aku sudah merestui kamu untuk menjadi istri anakku, jadi aku harap kamu tidak mengecewakan aku. Aku menginginkan cucu secepatnya!" kata Bu Rani dengan tegas. Lalu pergi tanpa menunggu jawaban yang keluar dari mulut Senja.
Senja memandang kepergian Bu Rani dengan tatapan nanar. Bagaimana mungkin ibu mertuanya sudah menginginkan cucu, sedangkan dirinya dan Fajar saja belum pernah melakukan apa pun. Pada hari pertama mereka menikah, keduanya sangat lelah karena harus menemui tamu undangan yang jumlahnya ratusan. Sedangkan pada hari kedua, Fajar pamit pergi untuk mengurus sedikit pekerjaan di Singapura, dan dia belum kembali sampai hari ini.
"Kalau bukan karena aku sangat mencintai Kak Fajar, aku tidak akan pernah menjalani pernikahan ini. Mama sama sekali tidak pernah menghargai."
Senja menunduk sambil menggenggam erat tali tasnya dengan hati yang gelisah. Wajahnya memang cantik, otaknya juga cerdas, tapi dalam hal asmara keberuntungan tak berpihak padanya. Dulu dia dikhianati oleh kekasih yang sudah berpacaran selama 5 tahun. Sekarang, ia dinikahi oleh lelaki yang mencintainya, tetapi tidak disukai oleh keluarga suaminya.
"Ah menyebalkan!" teriak Senja sambil berulang kali menghentakkan kaki.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Lutha Novhia
kbanyakn mertua egois
huh
untung mrtua qu gk bgtu😁
2022-10-10
0
Puspa Rumaisha
awal baca sdh bikin ngelus maul+dada,nista sangat tokoh senja kau buat tor, punya suami tapi main celap celup sama laki lain na'udzubillah,coba lain kali bikin cerita yg banyak nilai positifnya.
Nyoba mampir berharap ceritanya menarik, ternyata sama dgn novel2 yg lain dgn tema cerita para pezina yg utor jadikan manis kisahnya. By.
2022-10-09
4
Kendarsih Keken
author aq baca ulang , sambil menunggu yng sdng up
2022-09-03
0