"Cepat jawab! Apa yang terjadi dengan kalian?" tanya Alvin dengan suara yang sedikit tinggi.
"Apa maksud pertanyaanmu, kami baik-baik saja Vin, tidak ada sesuatu diantara kami." jawab Fajar sambil tertawa renyah.
"Aku sedang berbicara serius, aku melihat mata Senja sembap, semalam dia menangis kan?"
"Tidak Vin, kamu jangan salah paham. Semalam aku mengajaknya ke pesta pernikahan rekan, dan kami pulangnya sudah larut. Kami pengantin baru, jadi kamu bisa menebakkan, apa yang kami lakukan sebelum tidur. Senja hanya lelah, dan kurang tidur. Maaf mungkin aku memang sedikit berlebihan, tapi mau bagaimana lagi, kami saling mencintai." ucap Fajar dengan panjang lebar, ia mencoba meyakinkan Alvin bahwa rumah tangganya baik-baik saja.
Alvin menatap Fajar lekat-lekat, sambil menghela nafas panjang. Kali ini ia memilih untuk percaya dengan perkataan Fajar.
"Baiklah, aku percaya denganmu." kata Alvin sambil melipat tangannya di dada.
"Itu bagus."
"Tapi ingat ya, meskipun kau sahabat dekatku, aku tidak akan pernah memaafkanmu, jika kau sampai menyakiti Senja. Tak akan kubiarkan kau membuatnya menangis." ucap Alvin sambil merogoh sakunya, dan mengambil sebungkus rokok yang ia bawa dari rumah.
Alvin menyulut rokoknya, dan menghisapnya kuat-kuat, seraya matanya melirik Fajar yang masih diam tanpa kata.
"Aku merawat, dan menjaga Senja dengan penuh kasih sayang. Selama ini aku selalu menjamin kebahagiaannya. Jadi aku tidak akan rela, jika ikatan pernikahan hanya membuatnya terluka." sambung Alvin sambil menatap Fajar.
"Ap...apa yang kau katakan Vin? Aku mencintai Senja, aku tidak akan membuatnya terluka. Dia pasti bahagia bersamaku." sahut Fajar dengan cepat, namun sedikit gugup.
"Aku berkata seperti ini bukan tanpa alasan. Aku sudah sangat lama mengenalmu, aku tahu betul bagaimana hubunganmu dengan Adara, dan bagaimana perasaanmu padanya. Adara jauh lebih sempurna, daripada Senja. Jadi mana mungkin aku bisa percaya, jika kau tulus mencintai adikku." ucap Alvin.
"Cinta bukan hanya dari rupa, atau harta, tapi juga dari hati Vin. Kepribadian Senja jauh lebih baik, daripada Adara, itu yang membuat aku mencintainya." jawab Fajar dengan tegas.
"Adara memang cantik, tapi dia memainkan trik kotor demi kariernya, dan bodohnya, aku juga terjebak dalam kebiadabannya." ucap Fajar dalam hatinya.
"Syukurlah kalau begitu. Aku sudah mempercayakan Senja padamu, tolong jangan sekalipun menodai kepercayaanku!" kata Alvin sambil menepuk bahu Fajar, dan menatapnya dengan tajam.
Disaat yang bersamaan, Senja datang dari ruangan dapur. Ia menatap kedua lelaki itu dengan sedikit cemas.
"Kak Alvin! Semoga dia tidak curiga dengan pernikahanku." batin Senja dalam hatinya.
"Ayo kita sarapan!" ajak Senja sambil menghampiri mereka berdua.
"Iya sayang, Vin ayo ikut sarapan!" kata Fajar.
"Ayo!" jawab Alvin seraya beranjak dari duduknya.
Lalu mereka bertiga melangkah bersama-sama menuju ke meja makan.
***
Detik waktu terus bergulir begitu saja. Dengan cepatnya meninggalkan hari, minggu, dan juga bulan. Tak terasa pernikahan Fajar, dan Senja sudah berjalan selama enam bulan. Semakin kesini, semakin banyak cobaan yang menguji rumah tangga mereka.
Bu Rani yang selalu memojokkan Senja, dan mengatakannya mandul. Sedangkan disisi lain, Fajar masih tidak berubah. Ia sama sekali belum pernah menyentuh Senja, jangankan untuk hal yang lain, menyentuh bibirnya saja Fajar tidak pernah. Senja berada dalam kedukaan yang tak kasat mata. Ia sama sekali tidak mengerti dengan jalan fikiran Fajar, yang tak pernah menyentuhnya hanya karena belum menginginkan anak.
Sikap Fajar memang masih sama seperti dulu, menyayangi, dan mencintai Senja dengan penuh kelembutan. Namun untuk hal yang intim itu, Fajar kerap emosi, setiap kali Senja mengungkitnya. Apakah Fajar memiliki kelainan? Ataukah dia memiliki wanita lain diluar sana? Dua pertanyaan yang selalu mengganggu hati, dan fikiran Senja.
Saat ini Senja sedang duduk sendiri di meja makan. Menatap sisa sarapan, dan juga piring kotor yang masih berantakan di atas meja. Fajar baru saja berangkat kerja, mungkin sekarang ia belum jauh dari apartemennya.
Senja memegangi kepalanya yang terasa sangat pening. Semua ini sulit, dan berat baginya. Ia menyimpan beban hidupnya sendirian, ia tidak punya tempat untuk berbagi kesedihannya. Nina, sahabat yang dulu sangat dekat dengannya, kini ia sedang dekat dengan Alvin. Senja tak berani berbicara banyak tentang pernikahannya pada Nina, ia takut jika Alvin akan mengetahuinya.
"Apa ya yang sebenarnya terjadi dengan Kak Fajar. Aku bingung menghadapi sikapnya yang tidak menentu, dia selalu menyayangiku, tapi tidak pernah mau menuyentuhku." ucap Senja dalam kesendiriannya.
Dengan malas Senja beranjak dari duduknya, dan mulai membereskan meja makannya. Piringnya hanya ia tumpuk di dapur, masih malas untuk mencucinya sekarang. Setelah selesai meletakkan piringnya, Senja kembali ke kamarnya.
Senja membuka pintu kamarnya dengan pelan, lalu ia melenggang masuk, dan duduk di sofa. Senja meraih ponselnya yang tergeletak di atas meja. Senja memainkannya sebentar, dan tak sengaja matanya menatap satu nama yang membuatnya tersenyum.
Sella, dia adalah teman dekatnya sewaktu mereka masih kuliah. Sella adalah gadis cerdas yang terlahir ditengah keluarga kaya, saat ini dia sedang berada di Jakarta, mengurus bisnis keluarganya yang ada di sana.
"Adara kan tinggal di Jakarta, mungkin aku bisa mencari tahu tentangnya lewat Sella." ucap Senja sambil tersenyum simpul.
Keluarga Adara memang berasal dari Surabaya, namun sekitar satu tahun yang lalu, saat bisnisnya semakin berkembang, mereka sekeluarga pindah ke Jakarta. Dan sampai saat ini, sepertinya mereka masih tinggal di sana.
Tanpa berfikir panjang, Senja mulai menghubungi nomor Sella. Ia harus benar-benar mencari tahu tentang Adara, sesempurna apapun dia, Senja tidak akan membiarkannya merusak rumah tangganya.
"Hallo Sella!" sapa Senja saat sambungan telefon mulai terhubung.
"Hallo Nja, bagaimana kabar kamu?" jawab Sella dari seberang sana.
"Aku baik Sel, kamu sendiri bagaimana?" Senja balik bertanya.
"Kalau kabar sih baik Nja, tapi soal asmara masih tetap suram seperti dulu." jawab Sella sambil tertawa renyah.
"Dari dulu kamu selalu seperti itu Sel, padahal banyak sekali lelaki yang mengantri ingin mempersunting kamu." cibir Senja.
"Belum ada yang cocok Nja, kebanyakan cuma modus, aku kan mencari yang tulus." jawab Sella.
"Terserah deh, mmmm Sel."
"Kenapa Nja?" tanta Sella.
"Aku boleh meminta tolong?"
"Minta tolong apa? Katakan saja Nja, selama aku bisa pasti aku bantu." ucap Sella dengan serius.
"Aku ingin mencari tahu tentang seseorang, dia tinggal di Jakarta, tapi aku belum tahu alamat lengkapnya dimana." kata Senja.
"Siapa?" tanya Sella.
"Namanya Adara Victoria, putri dari Jhon Victory, seorang pengusaha besar yang dulu tinggal di Surabaya, tetapi sekarang sudah pindah ke Jakarta." jawab Senja.
"Jhon Victory, bukankah itu pemilik Grup Golden Star?" tanya Sella.
"Iya, kau tahu Sel, kau mengenalnya?" Senja balik bertanya.
"Aku tidak kenal, tapi aku tahu. Perusahaannya cukup berpengaruh di sini Nja. Letak kantornya juga tidak terlalu jauh dari kantorku." jawab Sella menjelaskan.
"Benarkah? Jadi kau juga tahu dengan Adara, dia adalah putri pertamanya Sel."
"Mmm Adara, sebenarnya..." ucap Sella.
"Sebenarnya apa Sel?" tanya Senja dengan cepat. Mungkinkah Sella tahu sesuatu.
"Sebenarnya yang kutahu anaknya bukan Adara Nja, tapi Alex, Alex Victory katanya dia adalah putra tunggalnya." jawab Sella.
"Putra tunggal, kenapa bisa seperti itu, Adara itu anaknya, aku tahu itu." ucap Senja.
"Waktu masih di Surabaya aku tidak tahu tentang mereka, aku mulai tahu saat mereka tinggal di sini. Dan dari kabar yang aku dengar, anaknya hanya Alex seorang." kata Sella.
"Itu tidak mungkin Sel, Adara itu anaknya. Dan Alex, dia pasti adiknya. Tidak mungkin Alex anak tunggal!" ucap Senja mulai panik.
"Begini saja Nja, nanti aku akan menyuruh orang untuk mencari tahu tentang mereka waktu di Surabaya. Kamu tenang saja, jangan panik, dan tunggu sebentar. Aku pasti akan membantumu." ucap Sella menenangkan Senja.
"Terima kasih Sel, aku tidak tahu lagi harus meminta tolong pada siapa." kata Senja dengan pelan.
"Jangan sungkan, kita ini teman. Tapi Nja, kalau boleh tahu Adara itu siapa? Kamu ada masalah dengannya?" tanya Sella dengan hati-hati.
"Dia mantannya suamiku." jawab Senja dengan pelan.
"Apa? Mmm tapi mereka sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi kan?" tanya Sella.
"Entahlah, aku juga bingung Sel, saat ini aku masih mencari tahu." jawab Senja.
"Oh begitu, yang penting tetap sabar, dan tenang ya. Jangan sungkan untuk meminta tolong padaku, aku pasti membantumu."
"Terima kasih ya Sel."
"Iya. Ngomong-ngomong hubunganmu dengan Ken bagaimana?" tanya Sella.
"Hubungan kita sudah berakhir, dia sudah mengkhianatiku, aku tidak mau memaafkannya. Sekarang dia sedang berada di Jepang." jawab Senja.
"Takdir memang sulit untuk ditebak ya Nja, aku tidak menyangka jika kalian akan berpisah, mengingat hubungan kalian dulu yang sangat romantis, aku fikir akan berakhir di pelaminan." ucap Sella.
"Bukan jodoh Sel. Mmm ya sudah aku tutup ya, aku mau beres-beres rumah." kata Senja.
"Iya, baik-baik di sana ya Nja."
"Iya."
Lalu Senja meletakkan kembali ponselnya, ia menghela nafas panjang, dan menghembuskannya dengan kasar. Ken, ia kembali teringat dengan lelaki itu. Dia sangat marah waktu tahu Ken mengkhianatinya. Tetapi sekarang, ia tetap bertahan walaupun sikap Fajar sangat mencurigakan. Sebesar itukah perasaannya untuk Fajar? Cinta, terkadang memang tidak masuk akal, dan tidak bisa diukur dengan logika.
Disaat Senja masih larut dalam lamunannya. Tiba-tiba ponselnya berdering, ternyata Farah yang menelfonnya.
"Hallo Fa!" sapa Senja dengan sedikit malas.
"Hallo Kak Senja, nanti malam ada acara tidak?" tanya Farah.
"Sepertinya tidak, kenapa?" Senja balik bertanya.
"Mama menyuruh kalian untuk datang kesini. Kita akan makan malam bersama. Datang ya Kak?" jawab Farah.
"Iya." jawab Senja singkat, sambil mematikan sambungan telefonnya.
Datang ke rumah mertua, selalu saja menambah luka hatinya. Bu Rani selalu memojokkannya, dan membanding-bandingkannya dengan Adara. Apalagi soal cucu, Bu Rani selalu menganggapnya mandul. Sedangkan Senja, ia tidak bisa menjawab apa-apa. Tidak mungkin dia mengatakan yang sebenarnya, bisa hancur harga dirinya.
"Ahh semuanya menyebalkan!" teriak Senja sambil memukul meja di hadapannya dengan cukup keras.
Bersambung......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Lutha Novhia
next
2022-10-10
0
Ayudhiapink
makin penasaran ya
2022-02-12
0
Benazier Jasmine
thoor fajar suruh jujur sm istrinya
2022-02-01
0