Selesai dari kerjanya yang melelahkan, Alex kembali ke tempat paling nyaman yang dia miliki sekarang yaitu kostnya, Alex lalu membersihkan badannya dari segala polutan yang menempel.
Selesai mandi, Alex kembali membuka buku bacaan yang Beni berikan dahulu padanya. Sudah cukup lama dia tidak membaca buku tersebut yang kini hanya tersisa kisaran 50 halaman lagi.
Namun di tengah-tengah sedang seriusnya membaca, Alex mendapati Sebuah pesan di handphone-nya. Sebuah pesan dari teman wanita yang kini sudah Alex anggap sebagai sahabat, isi dari pesan tersebut ada ajakan untuk bertemu malam ini di sebuah coffee shop.
Alex yang tidak mungkin mengecewakan sahabatnya tersebut langsung bersiap untuk berangkat. Alamat coffee shop yang diberikan Rosa cukup terkenal, dan mungkin merupakan salah satu coffee shop yang paling terkenal di kota.
Sesampainya di coffee shop tersebut, Alex melihat penampilan Rosa yang cukup cantik malam itu. Rosa duduk ditemani oleh lilin yang membuat suasana romantis terpancarkan ke seluruh ruangan. Iringan lagu karya Yura Yunita dengan judul Buktikan, membuat sebuah kode keras yang terarah kepada Alex.
Alex yang tidak mengetahui maksud dari Rosa yang mengundang dirinya untuk makan malam di coffee shop tersebut, lalu segera menghampiri Rosa. Alex yang baru pertama kali melihat Rosa yang mengenakan gaun membuat dirinya tidak henti-hentinya menatap Rosa.
“Ini Rosa kan?, saya hampir tidak mengenali sahabat sendiri. Kamu cantik sekali malam ini”
“Terima kasih Alex saya sengaja mempersiapkan semua ini untuk kamu. Oh iya, kamu mau pesan apa?”
“Bentar, bentar.., untuk saya maksudnya?”
“Ya untuk kamu, biar kamu senang”
“Oh.., aku pikir ada apa. Rosa yang biasanya aku temui juga udah cantik kok. Dia pernah bilang ke saya, jika semua dilihat dari penampilan, lalu bagaimana kita bisa menghargai sang pencipta yang tidak memiliki wujud”
Rosa menyadari bahwa Alex tidak peka terhadap perasaannya. Namun malam ini dia akan mengungkapkan segalanya kepada Alex, jika menunggu Alex terus maka mereka tidak akan memiliki status yang lebih serius dari pada sebuah status pertemanan.
Malam itu terasa sangat romantis bagi Rosa, makan malam bersama orang yang dicintai seperti sebuah anugerah yang diberikan oleh sang pencipta pada dirinya. Alex terus saja menceritakan tentang dirinya, mengenai hal-hal yang dia lalui beberapa hari terakhir, sampai cerita mengenai dirinya diterima kerja di kedai kopi Litera.
Rosa lalu memulai pembicaraan serius kepada Alex, Dia akan mengutarakan isi hatinya kepada Alex. Rosa juga sudah siap menerima apapun jawaban yang Alex berikan kepadanya.
“Alex, saya ada sesuatu hal yang ingin dikatakan pada kamu serius”
“Ya?, kamu katakana saja”
“Sebenarnya sejak saya bertemu dengan kamu, saya sudah memilki rasa pada kamu”
“Rasa maksud kamu?”
“Rasa untuk saling memiliki dan mencintai”
“Maaf Rosa, sepertinya saya belum pantas untuk menerima semua itu. Saya sudah menganggap kamu seperti sahabat”
Sebuah jawaban dari Alex yang merusak segalanya. Rosa yang sedih mendengar jawaban dari sang pujaan hati, hingga membuat dia pergi dari ruangan tersebut begitu saja. Ada amarah, kecewa, rasa sakit, dan sedih yang kini bercampur dalam hatinya.
Alex yang tidak tahu harus berbuat apa, lalu hanya bisa merenungi tentang kata-katanya barusan. Alex juga tidak bisa membohongi isi hatinya yang tidak cinta kepada Rosa, rasa dalam hatinya cuma tertuju kepada Diana seorang.
Malam yang berawal romantis kini berubah menjadi kesedihan, namun tak sepenuhnya salah Alex. Sebuah perasan tidak dapat dipaksakan, rasa cinta sangat dekat hubungannya dengan rasa sakit akan tetapi manusia sangat suka bermain dengannya.
Alex yang masih merasa dirinya bersalah lalu kembali pulang ke kamar kostnya. Lelah akan pemikiran yang berputar-putar dalam otaknya mengenai Rosa, Alex memilih untuk tidur sebagai obat terbaik.
Esok harinya, Alex tidak melihat Rosa di ruang kelas, mungkin rasa sakit yang Alex berikan tidak mampu untuk Rosa hadapi. Saat perkuliahan selesai, Alex yang sedang berjalan di koridor untuk menuju ke kantin tiba-tiba dihentikan oleh Fidel dan Doni.
Mereka sudah menunggu Alex dari tadi. Alex yang tidak mengetahui mengapa dirinya dihentinkan lalu berusaha untuk melepaskan diri, Namun Fidel yang menatap benci pada Alex langsung melayangkan pukulan yang tepat mengenai pelipis kening Alex.
“Kau apakan Rosa, sehingga dia menangis!!!”
“Tidak saya apa-apakan bang.” Jawab Alex, dia merasa bahwa Fidel marah sebab wanita yang dia cintai sedih dan terluka.
Sambil melayangkan pukulan ke wajah Alex, “Berani-beraninya kamu melukai wanita yang saya cintai, kamu mau cari mati ya!”
Alex yang sudah terkapar akibat pukulan dari Fidel, hanya bisa pasrah. Bukan Alex tidak mampu melawan, akan tetapi dia lebih memilih untuk menahan rasa sakit, seperti Rosa yang sakit akibat dirinya.
Doni yang hanya melihat temannya dengan ganas menghajar Alex tidak berbuat apa-apa, dia dengan santai melihat temannya tersebut menggila. Tiba-tiba ketika Fidel ingin melanjutkan pukulannya, Adit datang untuk menahannya.
“Woi…, kalian pikir ini binatang apa?, enak saja kalian memukul anggota saya”
“Kamu sebaiknya tidak usah ikut campur, ini urusan pribadi kami”
“Jika kalian tidak pergi, aku akan panggil anak-anak teater untuk menghajar kalian”
Fidel dan Doni akhirnya pergi begitu saja meninggalkan Alex yang tergeletak di lantai koridor. Adit berusaha membantu Alex untuk bangun dan membawanya menuju ke klinik kampus. Melihat wajah Alex yang memar, perlu adanya pengobatan yang harus segera dilakukan.
“Kamu ada masalah apa dengan mereka berdua?”
“Ceritanya panjang bang, nanti saya ceritakan jika ada waktu”
“Baiklah kalau begitu, sekarang kita ke klinik kampus dulu untuk mengobati memar di wajah kamu”
Luka memar yang diterima oleh Alex cukup serius, akan tetapi menurutnya itu belum sepadan jika dibandingkan dengan rasa sakit yang di alami oleh Rosa tadi malam.
“Harus rajin-rajin mengkompres luka memar kamu agar cepat sembuh.” Kata perawat yang ada di klinik sambil memberikan resep pada Alex.
“Baik, saya akan lakukan arahan yang ibu katakan”
Selesai dari klinik, Alex lalu pamit kepada Adit karena dia harus bekerja. Adit yang khawatir jika Alex kembali mendapat serangan dari Fidel dan Doni menawarkan dirinya untuk mengantar Alex ke tempat kerjanya.
“Alex, kamu saya antar saja bagaimana?, saya khawatir jika Fidel dan Doni kembali menyerang kamu”
“Terima kasih bang, saya juga khawatir jika mereka berdua kembali menyerang saya”
Ketika di jalan menuju ke kedai kopi Litera. Alex melihat pedagang korban penggusuran yang sedang diusir oleh SATPOL PP. Alex lalu bersama Adit menghampiri pedangang tersebut dan mulailah adu argumen antara mereka.
“Pak, mengapa orang berjualan diusir?”
“Mereka berjualan tidak pada tempatnya, jadi wajar jika kami mengusirnya”
“Tidak pada tempatnya?, apakah bapak-bapak sudah menayakan tempat relokasi pada wali kota. Wali kota saja tidak memberi mereka tempat relokasi, jadi wajar jika mereka berjualan di sini”
“Kamu lancang ya terhadap petugas!, pokoknya mereka tetap harus pindah tempat berjualan”
Alex yang menyadari kalah jumlah dengan para petugas lalu mengubungi Beni untuk meminta bantuan dari kawan-kawan PRT.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments