Janji Manis Penuh Dusta

Tak berselang lama selepas Alex menghubungi Beni, kawan-kawan PRT tiba di lokasi. Mereka yang lumayan cukup ramai membuat petugas SATPOL PP kualahan.

Beni yang geram atas tindakan petugas yang mengobrak-abrik dagangan pedagang, membuat dia tak sabar ingin menghajar petugas, namun hal itu dapat ditahan oleh Alex dan Adit.

“Bang Beni, kekerasan belum saatnya kita lakukan di sini”

“Kau tega melihat pedagang yang barang dagangannya di rusak begini?. Di tengah kondisi prekonomian mereka yang sulit, para petugas yang tidak memiliki rasa kemanusiaan ini malah merusak dagangan mereka”

“Saya paham mengenai rasa sakit hati abang, tetapi kekerasan bukan jalan utamanya bang”

Saat itu petugas memilih untuk mundur karena mereka yang kalah jumlah, akan tetapi mereka akan tetap mengusir pedagang yang berjualan sembarangan. Danil yang tidak tahan akan tingkah petugas, lalu mengusir mereka dengan kata-kata kasar.

“Kali ini kami mundur, akan tetapi kami tetap akan menggusur para pedangan yang berjualan sembarangan, mereka merusak keindahan kota saja”

“Woi..!!!, kalian petugas gak ada otak. Kalian pikir gaji yang selama ini kalian terima dari mana?, gaji kalian itu dari rakyat semuanya”

“Kami hanya menjalankan tugas dari wali kota, dan kaliah tidak memiliki hak untuk memeritah kami”

“Dasar anjing-anjing dari birokrat apatis. Kalian hanya bisa mendengarkan perintah dari tuan kalian, hingga kalian rela menghilangkan rasa kemanusiaan dalam diri kalian”

“Kalian tidak sopan dengan petugas!. Intinya kami hanya melakukan tugas”

“Pergi kalian anjing-anjing birokrat!. Sampaikan salam kami kepada wali kota, kami akan membuat dirinya mederita sama seperti dirinya membuat rakyat menderita”

Petugas SATPOL PP lalu pergi begitu saja meninggalakan pedagang yang telah dirusak dagangannya. Alex berpikir bahwa sebuah aksi lanjutan perlu segera dilakukan, namun aksi kal ini akan membuat wali kota jatuh dari takhtanya.

“Terima kasih nak, kalian telah membantu saya. Hampir saja saya dibawa ke kantor SATPOL PP tadi”

“Jangan sungkan pak, ini sudah menjadi kewajiban untuk saling membantu. Kalau begitu mari kami bantu bereskan dagangan bapak”

Mereka lalu membereskan dagangan pedagang yang sebelumnya dirusak oleh para petugas. Selesai berberes lalu kawan-kawan sepakat untuk nanti malam mengadakan diskusi mengenai aksi lanjutan.

Alex yang harus ke kedai kopi Litera untuk bekerja lalu segera menuju kedai bersama Adit. Wajah Alex yang masih memar akan sangat merusak penampilannya ketika bekerja, namun Adit  memberikan sebuah masker dan topi untuk menutupi memar di wajah Alex.

“Alex, wajah kamu masih perlu perawatan. Ini masker dan topi agar pengunjung tidak lari saat melihat wajah kamu, kamu bisa tutupi dengan ini untuk sementara”

“Terima kasih bang, aku juga berpikir begitu. Pengunjung akan lari jika melihat wajahku yang memar-memar begini”

“Ya sudah kalau begitu, saya pamit dulu”

“Terima kasih bang, sudah mengantar saya”

Alex yang kala itu sedang bekerja dikagetkan oleh kedatangan Rosa yang mampir ke kedai saat Alex sedang bekerja. Rosa yang khawatir karena dia mendapat informasi bahwa Alex baru dihajar oleh Fidel.

“Alex, apa kamu baik-baik saja?. Saya dengar kamu dihajar oleh bang Fidel hari ini”

“Saya tidak apa-apa kok, kamu lihat sendirikan”

“Kenapa kamu memakai masker?, tidak biasanya kamu memakai masker”

“Saya sedang sakit, takut menular nanti”

“Saya tidak percaya, coba kamu lepas dulu masker kamu!”

Alex lalu melepaskan maskernya, terlihat di wajah Alex yang begitu banyak bekas memar. Rosa yang melihat Alex penuh memar merasa bersalah dan sedih, kekasih yang sangat dia cintai luka karena dirinya.

“Ya ampun, Alex siapa yang memukul kamu?. Aku tidak rela kamu dipukul sampai begini”

“Tidak apa-apa kok, ini semua aku lakukan agar bisa merasakan apa yang kamu rasakan. Walaupun yang kamu rasakan lebih sakit dari ini”

“Tetapi aku tidak tega melihat kamu begini, kamu sudah membeli obat untuk luka kamu?”

“Sudah kok, tadi aku sudah diberi resep obat dari klinik kampus”

Rosa yang sangat merasa bersalah akan dirinya  sendiri. Hanya bisa merenung, Fidel tidak akan berbuat begini apabila dirinya tidak cerita kepada Fidel mengenai Alex yang menolaknya.

“Maaf Rosa, saya harus kembali bekerja saat ini”

“Alex…, apakah kamu benci terhadap saya?”

“Tentu tidak, untuk apa saya benci kamu. Kita akan tetap menjadi teman selamanya”

“Baiklah kalau begitu, saya pamit dulu”

Rosa yang sadar arti dari kata-kata Alex tersebut membuatnya makin sedih, dia sadar bahwa Alex hanya ingin menjadi teman selamanya, dan tidak ada harapan untuk menjalin hubungan lebih dari itu.

Selesai bekerja Alex tidak pulang, akan tetapi dia memilih untuk menunggu kawan-kawan PRT di kedai. Sambil mengompres wajahnya yang memar, sebuah rasa sakit baru timbul saat Alex mengompres wajahnya.

Saat Alex sedang menahan rasa sakit sambil mengompres memarnya, Diana yang baru sampai di kedai kopi Litera memandang dengan tatapan kaget ke Alex. Lalu dia segera duduk di samping Alex sambil mengambil kain basah di tangan Alex, ditatapnya wajah penuh memar itu dengan serius.

“Mengapa kamu bisa memar-memar begini?”

“Ini karena salahku sendiri Diana. Panjang ceritanya, jika kamu ingin tau nanti saya akan ceritakan”

“Baiklah kalau begitu, mari saya bantu kamu”

Diana lalu membantu mengompres wajah Alex dengan sangat lembut, hingga Alex tidak merasakan rasa sakit yang sebelumnya dia rasakan. Suasana yang begitu romantis timbul dengan alami kala itu, hingga membuat jantung Alex berdebar lebih cepat dari biasanya.

Dapat dirawat oleh sang pujaan hati merupakan kebahagiaan yang tak tertandingi. Alex terus saja memandang wajah cantik Diana tanpa berpaling sedikitpun, Diana yang menyadari akan hal tersebut sesekali menekan di area memar Alex.

“Au… Au… Au…, kamu sengaja ya?”

“Iya, habisnya kamu terus saja memandangku dari tadi”

“Itu sih salah kamu sendiri, siapa suruh menjadi sangat cantik”

“(menekan-nekan area memar dengan sangat kuat)”

“Au…  Au… Ampun, aku tidak akan gombal lagi deh”

Tak lama kemudian kawan-kawan PRT lainnya datang bersama Beni. Beni yang kaget melihat Alex yang sedang memar dan dikompres oleh Diana merasa mereka sedang bermanja-manja.

“Hkhem..., hkhem…, lagi ada yang sedang sakit nih kawan-kawan”

“Kita bantu kompres bagaimana bang?, Biar cepat sembuh si Alex”

“Ide bagus Berto, coba kau bantu Alex mengompres memarnya”

Alex dan Diana yang kaget lalu segera menghentikan adegan tersebut, Alex berusaha mengalihkan topik pembicaraan karena dia tidak ingin salah paham terhadap apa yang mereka  lihat barusan.

“Bang Beni, sudah lama sampai bang?”

“Kami cukup lama sudah sampai, sampai-sampai bisa melihat kau menjadi manja terhadap Diana”

“Sudah bang, Bangaimana jika kita mulai bahas masalah rencana kita terhadap wali kota”

“Tak perlu kita bahas lagi, kita jalankan sesuai rencana yang dulu kita susun saja, malam ini kita ngopi-ngopi manja. Hahaha…”

“Sudah bang, jangan menggoda saya terus”

Terlihat Diana yang tersipu malu hingga mengubah pipinya menjadi merah muda, namun Alex tetap berusaha mengalihkan pembicaraan agar Diana bisa nyaman berada di sini.

Episodes
1 Analisis Kritis Doktrin
2 Hari Pertama Perkuliahan
3 Pusaran Semesta
4 Imajinasi Kritis Dengan Diskusi
5 Birokrasi Dan Observasi
6 Hari Berikutnya
7 Dialektika Rasional
8 Diskusi Menuju Aksi
9 Koalisi Dengan Pedagang
10 Ancaman Birokrasi
11 Persiapan Menuju Aksi
12 Hari Demostrasi
13 Romansa Dan Massa
14 Sang Gadis Misterius (Diana)
15 Kedai Kopi Litera
16 Rasa Yang Tak Terbalaskan
17 Janji Manis Penuh Dusta
18 Kekuatan Media Massa
19 Pendekatan
20 Donasi
21 Larangan Berbuat Baik
22 Sekolah Anak Jalanan
23 Rumah Sakit
24 Pembalasan
25 Romansa Rumah Sakit
26 Cobaan Cinta
27 Ceburu Buta
28 Keresahan
29 Prosa Asmara
30 Kembalinya Diana
31 Kebiasaan Buruk Calon Pemimpin
32 Pembersihan Nama Baik
33 Pemindahan Paksa
34 Aksi Anak Jalanan
35 Pembebasan Anak Jalanan
36 Perkuliahan Terlantar
37 Energi Sang Kekasih
38 Pembagian Rasa
39 Darwin
40 Saingan
41 Cemburu
42 Peralihan Emosi
43 Pelantikan BEM
44 Rasa Tidak Peduli
45 Kesadaran
46 Membuka Lembar Baru
47 Orang Ketiga
48 Keyakinan Cinta
49 Isu Buruh
50 Audiensi Buruh
51 Aksi Buruh
52 Kerusuhan Aksi
53 Dirawat
54 Aksi Damai
55 Tuntutan Untuk Perusahaan
56 Pembentukan Karakter
57 Panutan Mahasiswa
58 Peralihan Sikap Rektor
59 Perubahan Haluan
60 Asmara Yang Menggilakan
61 Siasat Buruk
62 Penyelamat
63 Takdir Tidak Akan Meleset
64 Pertanyaan Rumit
65 Isu Kampus
66 Gerakan Internal
67 Sang Pahlawan
68 Komunitas Literasi
69 Even Literasi
70 Sabotase
71 Korban
72 Imbas
73 Dewi Penyelamat
74 Pencarian
75 Wisuda
76 Nakhoda Baru
77 Warisan
78 Panglima Jalanan
79 Kedekatan Rakyat
80 Perekonomian
81 Kompetitor
82 Api Semangat
83 Surat Undangan
84 Kepergian Alex
85 Konspirasi Kapitalis
86 Langit Yang Sama
87 Khilaf
88 Menerima Kenyataan
89 Implementasi
90 Senja Berwarna Jingga
91 Awal Perubahan
92 Aktivis Dunia
93 Perpisahan Untuk Kembali
94 Kembali
95 Undangan
96 Legalitas
97 Revolusi Pendidikan
98 Isu Pencucian Uang
99 Sebuah Kejutan
100 Konsistensi Perjuangan
101 Mencari Jawaban
102 Di Luar Ekspektasi
103 Kesalahan
104 Memulai Skripsi
105 Ajakan Ke Desa
106 Desa
107 Keramahan Dan Restu
108 Keramahan Desa
109 Mencari Cincin
110 Munafik
111 Ocehan
112 Isu Kebijakan
113 Berangkat
114 Musyawarah
115 Aksi Hari Pertama
116 Rencana Perang
117 Hari Kedua
118 Akhir Perjalanan
119 Pilu
Episodes

Updated 119 Episodes

1
Analisis Kritis Doktrin
2
Hari Pertama Perkuliahan
3
Pusaran Semesta
4
Imajinasi Kritis Dengan Diskusi
5
Birokrasi Dan Observasi
6
Hari Berikutnya
7
Dialektika Rasional
8
Diskusi Menuju Aksi
9
Koalisi Dengan Pedagang
10
Ancaman Birokrasi
11
Persiapan Menuju Aksi
12
Hari Demostrasi
13
Romansa Dan Massa
14
Sang Gadis Misterius (Diana)
15
Kedai Kopi Litera
16
Rasa Yang Tak Terbalaskan
17
Janji Manis Penuh Dusta
18
Kekuatan Media Massa
19
Pendekatan
20
Donasi
21
Larangan Berbuat Baik
22
Sekolah Anak Jalanan
23
Rumah Sakit
24
Pembalasan
25
Romansa Rumah Sakit
26
Cobaan Cinta
27
Ceburu Buta
28
Keresahan
29
Prosa Asmara
30
Kembalinya Diana
31
Kebiasaan Buruk Calon Pemimpin
32
Pembersihan Nama Baik
33
Pemindahan Paksa
34
Aksi Anak Jalanan
35
Pembebasan Anak Jalanan
36
Perkuliahan Terlantar
37
Energi Sang Kekasih
38
Pembagian Rasa
39
Darwin
40
Saingan
41
Cemburu
42
Peralihan Emosi
43
Pelantikan BEM
44
Rasa Tidak Peduli
45
Kesadaran
46
Membuka Lembar Baru
47
Orang Ketiga
48
Keyakinan Cinta
49
Isu Buruh
50
Audiensi Buruh
51
Aksi Buruh
52
Kerusuhan Aksi
53
Dirawat
54
Aksi Damai
55
Tuntutan Untuk Perusahaan
56
Pembentukan Karakter
57
Panutan Mahasiswa
58
Peralihan Sikap Rektor
59
Perubahan Haluan
60
Asmara Yang Menggilakan
61
Siasat Buruk
62
Penyelamat
63
Takdir Tidak Akan Meleset
64
Pertanyaan Rumit
65
Isu Kampus
66
Gerakan Internal
67
Sang Pahlawan
68
Komunitas Literasi
69
Even Literasi
70
Sabotase
71
Korban
72
Imbas
73
Dewi Penyelamat
74
Pencarian
75
Wisuda
76
Nakhoda Baru
77
Warisan
78
Panglima Jalanan
79
Kedekatan Rakyat
80
Perekonomian
81
Kompetitor
82
Api Semangat
83
Surat Undangan
84
Kepergian Alex
85
Konspirasi Kapitalis
86
Langit Yang Sama
87
Khilaf
88
Menerima Kenyataan
89
Implementasi
90
Senja Berwarna Jingga
91
Awal Perubahan
92
Aktivis Dunia
93
Perpisahan Untuk Kembali
94
Kembali
95
Undangan
96
Legalitas
97
Revolusi Pendidikan
98
Isu Pencucian Uang
99
Sebuah Kejutan
100
Konsistensi Perjuangan
101
Mencari Jawaban
102
Di Luar Ekspektasi
103
Kesalahan
104
Memulai Skripsi
105
Ajakan Ke Desa
106
Desa
107
Keramahan Dan Restu
108
Keramahan Desa
109
Mencari Cincin
110
Munafik
111
Ocehan
112
Isu Kebijakan
113
Berangkat
114
Musyawarah
115
Aksi Hari Pertama
116
Rencana Perang
117
Hari Kedua
118
Akhir Perjalanan
119
Pilu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!