Malam kini telah pergi digantikan dengan sang matahari yang terbit dari ufuk timur. Alex yang terjaga dari tidurnya kembali bersiap untuk menyongsong hari, kampus tujuan pertamanya hari ini untuk mengasah ketajaman pemikiran kritis.
Arah langkah Alex membawanya ke gedung fakultas sastara, sembari berjalan dia melihat mahasiswa-mahasiswa yang sedang latihan teater yang merupakan bagian hidup dari sastra. Dia berpikir jika sebuah penampilan dari teater dapat mengambarkan penindasan dari para pedangang yang digusur akan sangat menarik.
Oleh sebab itu dia menghampirinya, Alex di sambut baik oleh Adit yang merupakan ketua dari Unit Kegiatan Mahasiswa Teater (UKM Teater). Alex yang sangat tertarik dengan dunia teater untuk mengimplementasikan ilmu sastranya lalu berkenalan dengan Adit.
“Selamat pagi bang, saya Alex mahasiswa baru dari fakultas satra”
“Selamat pagi, Saya Adit mahasiwa sastra semester 6 saat ini. Ada perlu apa ya?”
“Saya kebetulan lewat dan lihat ada yang sedang latihan teater, jadi saya ke sini. Saya sangat tertarik dengan teater bang, apa boleh saya bergabung dengan UKM ini?”
“Sebelum kamu bergabung, saya ada pertanyaan buat kamu. Apabila jawaban kamu memuaskan, maka kamu bisa bergabung”
“Silakan abang tanyakan, saya siap untuk menjawabnya!”
“Apa tujuan kamu bergabung?”
“Tujuan saya bergabung dalam UKM ini, untuk mengimplementasi ilmu yang telah saya peroleh. Khususnya di bidang sastra bang, percuma begitu banyak ilmu yang telah saya dapatkan akan tetapi tidak memiliki tempat untuk implementasinya”
“Selamat kamu diterima di UKM ini. Sekarang kamu bisa ikut latihan dengan kawan-kawan lain, akan tetapi kamu juga harus mengikuti segala peraturan yang berlaku”
“Wah.., terima kasih bang. Untuk sekarang saya harus memasuki mata kuliah dahulu bang, nanti setelah selesai saya langsung kemari”
“Oke kalau begitu”
Alex langsung menuju ruang kuliahnya. Tak berselang lama setelah Alex menempati tempat duduknya, Rosa datang dan duduk di sebelah Alex untuk menceritakan bahwa sebelum dia masuk ke kelas, dia digoda oleh Fidel yang membuatnya risih akan hal tersebut.
“Alex, aku cukup sial hari ini!”
“Aku cukup beruntung hari ini”
“Kamu dengerin aku dahulu. Tadi pagi aku digoda sama bang Fidel sampai dia memaksa diriku untuk menemani dia sarapan”
“Terus kamu tidak melawan?”
“Aku pasti melawanlah, tetapi dia terus saja memaksa sampai menarik tanganku untuk menuju kantin, untungnya aku punya alasan jika harus masuk kuliah. Jika tidak mungkin aku masih terjebak di kantin sekarang sama orang mesum itu”
“Sunggung kurang ajar dia, kita harus buat perhitungan pokoknya sama dia”
“Kamu tadi bilang bahagia hari ini, emangnya ada apa?”
“Bahagia dikarenakan aku baru saja diterima di UKM teater tadi pagi”
“Selamat ya Alex, UKM itu cukup populer di fakultas kita. Mungkin aku juga akan masuk nanti”
Seusai mengikuti perkuliahan, Alex langsung kembali menemui Adit untuk mengutarakan ide yang ada dalam pikirannya untuk membawa seni teater ke dalam aksi dengan para pedagang nantinya. Sebuah seni yang mengimplementasi penderitaan para pedagang.
“Bang Adit, aku kembali”
“Udah selesai perkuliahakan kamu Alex?”
“Sudah bang, bang Adit aku ada sebuah ide. Nanti terserah abang yang memutuskan untuk menerima atau menolaknya”
“Ide tentang apa, coba kamu bilang”
“Jadi gini bang, Aku sama kawan-kawan dari Persatuan Rakyat Tertindas dan kawan-kawan dari Univesitas Nusantara rencananya mau melakukan aksi demostrasi kepada PEMKOT, mengenai penggusuran pada pedangang yang tidak diberikan tempat relokasi”
“Lalu apa hubungannya denga UKM teater?”
“Saya berencana mau mengajak kawan-kawan dari UKM ikut serta ambil bagian. Kita nanti akan menampilkan teater tentang kesulitan hidup para pedangang setelah penggusuran berlangsung, abang bisa ikut saya nanti jam 02:00, kita menemui para pedangang yang tergusur dan melihatnya langsung”
“Baiklah kalau begitu, ini sebuah hal baru di UKM. Saya setuju dengan kamu”
Alex mengikuti latihan bersama kawan-kawan barunya, banyak ilmu yang dapat dia serap hari itu sebagai orang yang mencintai dunia sastra. Hari semakin siang sudah saatnya Alex untuk pergi menemui para pedangang untuk audiensi.
“Bang, sudah saatnya kita untuk pergi”
“Baiklah, kawan-kawan semua mohon perhatiannya sebentar. Saya dan Alex akan pergi untuk menemui para pedangang yang digusur oleh PEMKOT, jadi rencananya kita akan membawakan sebuah aksi teaterikal mengenai pedangang yang digusur tersebut. Mohon bantuannya dari kawan-kawan semua untuk membuat konsep dan naskahnya”
Alex dan Adit lalu mengendarai sepeda motor Adit menuju lapak buku Beni di karenakan lokasi penggusuran tidak jauh dari gang tempat Beni berjualan. Hari yang kian terik dan ditambah macetnya kota tidak membuat semangat mereka padam untuk membela hak-hak pedangang.
Adit merasa Alex merupakan orang yang peduli terhadap sesama hingga mambuatnya kagum, walaupun mereka baru kenal satu sama lain. Tetapi ada hal yang menarik pada diri Alex, hingga bisa membuatnya menghormati seorang anak baru di fakultas yang baru saja dia temui hari ini.
Sesampainya di lapak berjualan Beni, dia melihat Berto, Danil, dan Danu telah berkumpul sambil membaca buku-buku yang dijual oleh Beni. Alex merasa mereka telah lama menunggu dirinya.
“Maaf semuanya, saya telat datangnya”
“Tidak apa Alex, kami juga baru sampai juga. Siapa yang kamu bawa ini?”
“Kenalin semua, ini bang Adit. Dia ketua UKM teater di fakultas sastra, jadi rencananya selain aksi demo, saya berniat untuk menambahkan aksi teater di dalamnya yang mencerminkan kehidupan pedangan setelah tergusur”
“Bagus kali ide kau Alex, aku setuju”
Adit yang baru saja bertemu dengan mahasiswa dari kampus lain langsung menjabat tangan mereka untuk berkenalan. Memang sudah menjadi rahasia umum antar mahasiswa, jika kampus tempat Alex dan Adit berkuliah terkenal sangat apatis, dan tidak pernah ikut serta dalam aksi demostrasi membela hak-hak rakyat.
Baru kali ini Adit turun membela hak-hak rakyat setelah sekian lama menjadi mahasiswa, Adit sangat canggung di hari pertamanya turun aksi.
“Ya sudah, berhubung semuanya telah berkumpul. Ayo kita temu pada pedangang, tetapi kalian harus bantu aku dahulu tutup lapak”
“Hahaha..., Ada gajinya nih bang Ben?”
“Kau tenang saja, akan aku gaji nanti. tetapi tunggu aku sukses dahulu”
Tawa canda mereka pecah seketika, memang tak selamanya sebuah perjuangan dipenuhi dengan emosi dan amarah. Terkadang sebuah candaan harus berada di tengah-tenganya. Kini mereka semua sudah bersama dengan para pedangan yang dikumpulkan oleh pak Sofyan. Pak Sofyan merupakan pedangan paling dihormati karena keberaniannya melawan PEMKOT saat penggusuran.
Mereka lalu menjelaskan tentang konsep yang telah dirancang kepada para pedangang, ada sekitar 80 pedangan dengan semangat dan serius mendengar penjelasan mereka. Beni yang sudah cukup berpengalaman mengambil hati untuk mau berjuang behasil meyakinkan para pedangang.
Hingga didapat sebuah keputusan yang sangat fundamental untuk berjuang merebut kembali hak-hak pedagang. 5 hari lagi mereka akan melakukan aksi demonstrasi yang menargetkan PEMKOT, mereka menuntut untuk adanya tempat relokasi bagi para pedangang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments