Rosa yang telah selesai membayar buku tersebut lalu bergegas menggenggam tangan Alex untuk menarik dirinya menuju toko es krim, perasaan Rosa yang sedang berbunga-bunga dikala itu menganggap ini merupakan sebuah kencan. Akan tetapi bagi Alex, Rosa hanya dianggap sebagai seorang sahabatnya.
“Rosa, kamu mau rasa apa?”
“Saya mau rasa vanila kalau ada”
“Ya sudah, kamu tunggu di sini. Saya akan memesankannya untuk kamu”
“Baik Alex”
Rosa berharap kebahagiaanya dengan Alex tidak akan pernah berakhir, Alex merupakan seorang yang sangat dia impikan menjadi kekasih hatinya. Selain cerdas dalam berpikir, Alex juga memiliki sikap perhatian yang membuat siapa saja setelah mengenalnya tidak akan pernah pergi.
“Ini es krim kamu, saya lihat kamu melamun tadi. Emang ada masalah apa?”
“Enggak kok, perasaan kamu aja kali”
“Ada seorang teman pernah bilang: mulut mungkin bisa berbohong, tetapi mata selalu berkata jujur. Coba kamu cerita, barang kali aku bisa bantu”
“Nanti pasti saya ceritakan ya Alex, jangan sekarang”
Hati Rosa ingin mengungkapkan perasaannya akan tetapi mental belum siap untuk menerima penolakan yang akan tiba. Oleh sebab itu dia mengurung niatnya untuk mengutarakan isi hati kepada sang pujaan.
Hari dari siang kini beranjak menjadi sore, ada sebuah janji yang harus Alex penuhi. Janji untuk bertemu dengan sang wali kota yang kemarin gagal dia jumpai. Disaat yang bersamaan sebuah telefon masuk yang membuat handphone-nya berdering dengan nama bang Beni tertera di layarnya.
“Halo bang”
“Alex, nanti tiga puluh menit lagi aku ke kost kau ya, kita kembali untuk menemui wali kota”
“Baik bang, saya tunggu di kost”
“Oke”
Kini Alex harus undur diri kepada Rosa, dikarenakan ada tugas yang di amanatkan oleh rakyat kepadanya. Walaupun hal itu akan membuat sang gadis besedih dikarenakan harus di tinggal sendiri.
“Rosa, sepertinya saya harus segera kembali”
“Mengapa kamu buru-buru sekali?”
“Saya harus kembali ke kost, dikarenakan bang Beni akan menjemput saya untuk audiensi dengan wali kota”
“Bukannya kemarin kamu sudah pergi ke sana ya?”
“Kemarin saya gagal berjumpa wali kota, dikarenakan satpam tidak mengijinkan kami untuk masuk”
“Mengapa begitu Alex?”
“Ya maklum, kebanyakan orang memandang penampilan saya dan bang Beni seperti gembel. Oleh karena itu kami tidak di ijinkan masuk”
“Oh…, karena itu rupanya, ya sudah hari ini kamu harus berpakaian rapi biar bisa berjumpa dengan wali kota”
“Terima kasih lho nasehatnya”
Alex langsung bergegas pulang ke kamar kostnya, dia khawatirkan bang Beni telah lama menunggu di kost. Sesampainya di kost Alex yang kemarin mengatakan akan menggunakan sarung, langsung memakai sarung dan baju kemeja islami dengan dilengkapi sebuah peci di kepalanya, hingga tidak ada sebuah alasan untuk penolakan.
Tak lama kemudia sampailah bang Beni dengan vespa jadulnya akan tetapi penampilan bang Beni kali ini sangat berbeda dari biasanya. Sebuah baju jas komplin melekat di tubuhnya dengan rambut diikat kebelakang, membuat siapa saja yang melihatnya terpanah. Aura karismatik dari diri bang Beni kini semakin jelas terpancar.
“Alex, udah siap kau?”
“Sudah bang, bangaimana penampilan saya kali ini?”
“Kau mau pergi ke kantor wali kota, apa ke masjid sih?”
“Menghadap tuhan saja saya begini, masak menemui ciptaannya tidak boleh”
“Ada benarnya juga kau, enggak ada alasan lagi mereka buat nolak kita”
Mereka kini menembus kebisingan kota yang sedang sibuk oleh rutinitas harian menuju ke gedung wali kota. Seketika Beni menyadari penampilan mereka berdua yang sangat nyentrik.
“Aku merasa penampilan kita hari ini kocak kali”
“Kocak apanya bang?”
“Macam kita mau pergi ke Kantor Urusan Agama (KUA). Kau mirip sama penghulu, nah aku mirip sama mempelai pria ini”
“Hahaha.., saya baru sadar bang. Bener juga ya, tinggal pengantin wanitanya saja ini”
“Kau carikanlah, satu buat aku”
“Aman itu bang, nanti aku carikan”
Tawa canda mereka kini membelah kota hingga tanpa sadar telah tiba di kantor wali kota yang mereka tuju. Satpam yang kemarin menahan mereka, kini kembali menanyakan tujuan mereka.
“Kalian yang kemarin ya?”
“Iya pak, kami kemarin kesini. Tetapi kami sadar jika kemarin penampilan kami kurang layak untuk menemui pak wali kota”
“Bagus jika kalian sadar, tetapi kamu kenapa pakai sarung, emangnya kamu baru siap di sunat?”
“Emangnya tidak boleh pak?, saya menemui tuhan saja begini, lho masak menemui ciptaanya tidak boleh”
“Bukan tidak boleh, cuma aneh saja kelihatannya. Ya sudah jika kalian ingin menemui pak wali kota, kalian masuk lalu lurus saja nanti tiba di ruangan beliau”
“Baik pak, terima kasih”
Mereka lalu masuk, terlihat begitu banyak karyawan yang sedang sibuk dengan berkas-berkas. Entah berkas apa itu, yang jelas sepertinya itu semua merupakan berkas untuk masadepan rakyat ataupun untuk menipu rakyat.
Sesampainya di ruangan wali kota mereka di sambut dengan hangat, mungkin wali kota belum mengetahui maksud dan tujuan mereka kesini yang bertujuan untuk mengangkat isu pedangang yang digusur.
“Ayo adek-adek silangkan masuk”
“Baik pak, terima kasih”
“Ada keperluan apa adek-adek kalau saya boleh tau?”
“Kami mau menanyakan prihal masalah pedagang yang digusur pak?”
“Oh iya, itu untuk membuat pasar modern oleh sebab itu harus adanya penggusuran, sebab lahan yang tersedia di kota hanya ada di situ”
“Tujuan bapak memang bagus, akan tetapi menggusur para pedangang akan membuat mereka tidak memiliki tempat untuk berjualan”
“Tetapi itu bertujuan untuk pedagang juga nantinya!”
“Memang benar pak, akan tetapi selama proses pembuatan pasar modern para pedagang tidak memiliki tempat berjualan. Itu yang menjadi masalahnya pak, harusnya PEMKOT menyediakan tempat relokasi untuk mereka”
“Hal ini sudah kami pikirkan, akan tetapi saat ini kota kita tidak memiliki lahan kosong yang dapat dipergunakan”
“Lalu apakah PEMKOT tidak memiliki solusi untuk relokasi para pedagang?, ini sama saja memutus mata rantai prekonomian rakyat”
“Kalau untuk saat ini kami belum memilki solusinya”
“Berarti bapak lepas tangan mengenai hal ini?”
“Bukan lepas tangan, akan tetapi belum mendapatkan solusi”
“Jadi apabila para pedagang berjualan sembarangan, hingga membuat tampang kota buruk bagaimana pak?”
“Itu akan di tertipkan oleh SATPOL PP nantinya, jadi tenang saja”
“Intinya bapak akan tetap memotong prekonomian rakyat kalau begitu!”
“Ya harus bagaimana lagi?, ini sudah menjadi pilihan yang harus kami ambil”
“Saran kami pak, secepatnya harus ada tempat relokasi untuk para pedagang. Apabila tidak, akan ada unjuk rasa yang dilakukan oleh para pedagang nantinya”
“Segera saya usahakan untuk tempat relokasi para pedagang, tetapi saya tidak janji!”
“Baik jika begitu pak, kami tunggu satu minggu. Apabila tidak ada, jangan salahkan kami jika para pedagang mengadakan unjuk rasa”
Alex dan Beni lelah berdialektika dengan wali kota yang ujung-ujungnya tidak menemukan hasil. Mereka lalu beranjak pergi untuk kembali menyusun strategi hingga membuahkan hasil.
“Ya sudah Alex, aku antar kau balek ke kost. Nanti malam kita ngopi di kedai kopi Litera untuk meyusun langkah selanjutnya”
“Baik bang, nanti malam saya pasti akan datang”
“Nanti malam juga aku ajak kawan-kawan lain. Kita tanyakan mengenai hasil observasi mereka”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments