Setelah kejadian perdebatan argumen antara Alex dengan sang rektor, Alex tidak hadir dan mengikuti agenda PKKMB tersebut lagi yang tersisa tiga hari, dikarenakan dia merasa hidupnya hanya tuhan yang layak untuk mengatur dengan semena-mena, bukan manusia.
Kini Alex menghabiskan sisa hari-harinya sebelum masuk perkuliahan dengan memesan kopi dipinggir jalan lalu membawanya ke taman kota.
Taman Kota tidak jauh letaknya antara kost Alex dan kampus, hanya berkisar 20 menit jika berjalan kaki.
Alex sendiri lebih suka menghabiskan waktunya di sini, dengan membaca buku dipinggiran danau sambil ditemani kicauan burung yang saling bersautan dan deris angin yang berhembus membelai rambutnya, serta secangir kopi untuk melengkapi manis dari baris kata yang dia baca.
Mungkin inilah tempat yang paling sesuai untuk mengasah pemikiran kritis tanpa harus terdistraksi dengan hiruk-pikuk rutinitas kota besar, di sini Alex terbiasa untuk mengkaji pemikiran-pemikiran para filsuf terdahulu melalui buku-buku yang dia baca, lalu membandingkan pemikiran tersebut jika di implementasikan saat ini.
Selain membaca, Alex terkadang suka merenung hingga senja menemaninya. Dia merenungi tentang apa yang salah di negara ini, padahal negara ini memiliki potensi yang luar biasa besar akan tetapi banyak masyarakat yang kelaparan.
Ini yang membuatnya binggung sampai saat ini, hingga dia rela melakukan apapun untuk mendapatkan jawabannya.
Senja kini berganti dengan malam, sudah saatnya Alex kembali pulang ke kamar kostnya yang berantakan dengan buku-buku, entah berapa kali dia mengulang membaca buku-buku tersebut.
Alex hanya merapikan buku yang berada di atas tempat tidurnya untuk memberi dia sedikit ruang bagi tubuhnya beristirahat agar besok dia terjaga lebih awal untuk mengikuti perkuliahan.
Alarm dari handphone-nya berbunyi dan menunjukkan jam 08:00, sudah saatnya untuk Alex bangun dari mimpi-mimpi manisnya. Dia langsung mandi lalu mengenakan celana jeans dan kaus oblong yang dibalut jaket jeans robek untuk segera ke kampus.
Alex terbiasa berjalan kaki kemanapun dia pergi, adakala dia menggunakan angkutan umum jika dirasa perlu. Sambil berjalan dia menatap langit dan berkata: “Semoga cerahnya matahari memberikan izin bagi langkah kaki menyonsong negeri”.
Sesampainya dikampus Alex langsung memasuki ruangan untuk mengikuti mata kuliah umum bagi bahasiswa baru yaitu PKN (Pendidikan Kewarga Negaraan) yang di ajarakan oleh pak Mahfud sebagai dosen.
Alex Kuliah dikampus Universitas Harapan Negeri mengambil jurusan Sastra, akan tetapi dia harus mengikuti kuliah umum yang diwajibkan untuk semua mahasiswa baru.
Awalnya perkuliahan berjalan dengan lancar, hingga tiba di suatu titik yang mana penjelasan pak Mahfud mengenai prekonomian negeri membuat Alex bersuara menyanggah pernyataan pak Mahfud.
“Anak-anak, kita berada di negeri yang kaya raya akan sumber daya alamnya. Saking kaya negara kita, dahulu penjajah datang dan merampas sumber daya tersebut. Oleh sebab itu kalian harusnya bersyukur berada dan tinggal di Indonesia”
“Tetapi pak saya ada pertanyaan!”
“Ya, silahkan Alex”
“Jika negara yang kita tempati saat ini sangat kaya, mengapa masih banyak pengangguran diluar sana?”
“Itu dikarenakan sumber daya manusia kita yang masih kurang untuk mengelolanya Alex”
“Jawaban Bapak itu terlalu klise bagi saya pak. Bagaimana mungki kita kekurangan sumber daya manusia, sebab banyak lulusan perguruan tinggi di negeri ini setiap tahunnya yang menjadi pengangguran, padahal mereka merupakan lulusan terbaik di bidangnya. Bahkan 65 persen pengangguran merupakan lulusan perguruan tinggi”
“Memang benar Alex, kita memiliki banyak lulusan dari berbagai perguruan tinggi setiap tahunnya. Akan tetapi biaya untuk membangun sebuah industri yang fokus mengelola hasil alam, yang nanti akan membuka lapangan kerja itu belum ada saat ini. Oleh sebab itu kita butuh yang namanya investor asing”
“Jika demikian pak, kita akan tetap dijajah dan tak akan berubah. Percuma membangun industri yang membuka lapangan kerja, akan tetapi hasil alammnya di ambil oleh negara asing”
Seketika pak Mahfud kebingungan menjawab argumen Alex yang berpikir kritis tentang problematika negeri ini, hingga menanyakan pendapat Alex untuk solusinya.
“Lalu apakah kamu ada solusi untuk mengatasi masalah ini?”
Alex yang sendari mengingat tentang konsep yang ditawarkan oleh bapak pendidikan Brazil (Paulo Freire), untuk mengatasi masalah ini.
“Menurut saya pak, bukan masalah negara ini kekurangan biaya untuk membangun perusahaan yang mengelola sumber daya alamnya. Akan tetapi, kita masih kekurangan manusia yang memiliki pola pikir kreatif dan kritis tentang bagaimana cara mengelola. Salah satu contoh adalah negara jerman yang sangat minim sumber daya alam, akan tetapi mereka mampu untuk membuat negara mereka maju dengam pola pikir kreatif dan kritis. Sedangkan kita masih saja terpaku terhadap doktrin dan dogma yang diturunkan dari generasi ke generasi”
Pak Mahfud hanya bisa terdiam ketika Alex mengutarakan pemikirannya, tak hanya pak Mahfud tetapi seluruh isi kelas yang berisi 29 mahasiswa dan mahasiswi kecuali Alex terdiam dan memerhatikan Alex yang berbicara pola pikir kreatif dan kritis untuk menghadapai permasalahan prekonomian negeri, hingga sampai selesai Alex berbicara.
Penampilan Alex yang dapat dibilang kumal dan beda dari mahasiswa lainnya mungkin tidak ada satu gadispun yang tertarik pada dia.
Akan tetapi tanpa Alex sadari, ketika dia menjelaskan tentang konsep pemikirannya ada seorang gadis yang menatap dengan tatapan kagum padanya. Ibarat semesta hanya berpusat pada Alex seorang.
Nama gadis tersebut adalah Rosa, seorang mahasiswi jurusan Sastra yang satu kelas dengan Alex. Dia tergolong gadis yang cantik dan juga pintar, konon katanya ketika PKKMB berlangsung banyak senior yang naksir padanya, akan tetapi Rosa tidak memperdulikan untaian kata manis yang tertuju padanya.
Baru kali ini alam semesta Rosa terdistraksi pada seorang pria kumal yang lebih mementingkan gaya berpikir dari pada gaya berpenampilan, pria tersebut tak lain adalah Alex. Entah apa yang ada didalam pikiran Rosa, dia terus saja memerhatikan dengan tatapan kangun dan lirikan manja kepada Alex hingga kelas pak Mahfud selesai.
Selesai kelas pak Mahfud, Alex berniat pergi ke kantin kampus untuk sarapan dikarenakan dia tidak sempat membuat sarapan dikostnya. Alex yang sedang menikmati mi rebus dan ditemani es teh manis sembari membuka buku dengan tangan kirinya dikagetkan dengan kedatangan Rosa yang tiba-tiba duduk didepannya.
Tanpa ada rasa keraguan dihadapan pusaran semestanya itu Rosa menjulurkan tangannya untuk memperkenalkan diri kepada Alex: “Halo.., kenalin saya Rosa. Kita satu jurusan dan satu kelas juga sepertinya semester ini”
Alex yang sendari kaget kedatangan Rossa segera memalingkan pandangannya dari untaian kata yang sedang dia tatap, lalu menjabat tangan Rosa.
“Eh…, halo. Aku Alex, saya tau kita satu kelas, sebab waktu di kelas kamu terus menatap saya sampai-sampai tidak sadar kalo kelas pak Mahfud udah selesai”
Seketika wajah Rosa memerah karena Alex rupanya mengetahui jika dia terus menatap Alex saat kelas pak Mahfud berlangsung. Hingga percakapan hangat terjadi di antara mereka.
“Itu perasaan kamu aja kali, karena kamu berdiri disamping pak Mahfud tadi, jadi saya memandang pak mahfud bukan kamu tau…”
“Terus kalau kamu memandang pak Mahfud, kok masih bengong padahal pak mahfud udah keluar tadi”
“Ya.., saya bengong karena mikirin tentang konsep yang kamu jelaskan tadi, apakah bisa diterapkan di negara kita?”
“Tentu bisa diterapkan jika mekanisme pendidikan di negara kita diubah”
“Diubah maksudnya?”
“Pengubahan mekanisme ke arah yang lebih baik, maksudnya mengarahkan para peserta didik untuk menggali potensi mereka masing-masing hingga mereka dapat mengembangkan kreatifitasnya lebih optimal”
Tanpa mereka sadari jam telah menunjukkan pukul 11:00 siang, Alex yang berencana mencari buku baru lalu berpamitan kepada Rosa: “Kayaknya aku harus pamit deh, soalnya aku mau cari buku bacaan baru”
“Eh.., boleh aku ikut gak?”
“Boleh jika kamu enggak malu jalan sama gembel kayak aku”
“Jika semuanya di percaya melalui fisik, bagaimana kita dapat mempercayai sang pencipta yang tanpa fisik”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
Sin Cera 😉
Investor asing bisa masuk dan menjamur di indo karena invostor lokal yang masih minim. Padahal, kita punya rakyat banyak.
2021-05-22
1
Rozh
betul banget sih, benar Alex. mana mungkin Indonesia ini kekurangan sumber daya manusia untuk mengelola sumber daya alam kita kan? Karena begitu banyak anak kuliahan jadi pengangguran, bahkan pekerja lain banyak dipekerjakan di negeri kita, sedangkan rakyat kita menganggur. Hm,,
2021-04-15
1
Olan
hai thor😊 aku mampir dan memberi like di karya bagusmu😍. ayo mampir juga kekarya ku yang tak seberapa ya😊
2021-03-22
1