Masalah Beruntun

Hari ini adalah jadwal pulangnya Arya dari rumah sakit. Pria itu suka diizinkan dokter untuk kembali ke rumah. Karena sangat menyayangi Om-nya ini Liana memutuskan untuk menjemput dan mengantarkan Arya sampai di tujuan. Dia sengaja bekerja setengah hari saja demi Arya.

“Om harus dengarkan semua kata dokter tadi. Makan dan minum obat harus teratur. Om juga jangan banyak pikiran! serahkan semua urusan perusahaan sama Liana. Liana jamin perusahaan Om itu tetap akan stabil pemasukannya,” ujar Iliana saat memapah Arya masuk ke dalam rumah.

“Iya, Om juga tahu semua itu. Kamu tenang saja.” Arya tiba-tiba berhenti berjalan dan itu membuat Liana juga ikut menghetikan langkahnya, “oh iya, apa benar rumahmu akan dijual oleh Poppy?”

“Om tahu dari Pak Supto ya?” karena cuma Supto yang tahu masalah ini. Lagi pula beliau adalah sekretaris Arya, pasti akan banyak bercerita ke Arya.

“Nggak penting Om tahu dari siapa. Ayo jawab pertanyaan, Om!”

Liana mengangguk dengan menundukan pandangan. Ia segan untuk menunjukkan wajahnya. Dia malu akan kelakuan Kakak dan Kakak Iparnya sendiri.

“Tega sekali Kakakmu itu. Dengan jahat menjual rumah, lalu nggak memikirkan adik kandungnya. Sekarang dia di mana?”

Ketika Arya menanyakan itu Liana kembali menegakkan kepala. Ia menggelengkan kepala.

“Liana juga nggak tahu, Om. Handphone Kak Poppy nggak bisa dihubungi. Dari kemarin mereka nggak pulang.”

“Liana!” Arya menyerongkan tubuh menghadap keponakannya. Ia menepuk-nepuk punggung tangan gadis yang memegangi tangannya, “kalau rumah itu tersita. Kamu tinggal di sini saja bersama, Om. Lagi pula ini ‘kan memang rumahmu juga.”

“Jangan, Om! Liana nanti merepotkan Om terus. Om sudah banyak bantu Liana dan Kak Poppy selama ini. Biar Liana cari tempat tinggal yang lain saja.”

“Katanya, selama ini kamu menganggap Om sudah seperti pengganti Papamu, tetapi kamu masih saja nggak enakan. Sudah di sini saja! Biar Om tinggal nggak hanya dengan pembantu dan sopir.” Baru saja Liana akan berbicara lagi. Namun, Arya mendahuluinya, “ets, kamu nggak boleh membantah. Kamu harus ikuti peraturan dari, Om!”

Liana menghela napas, kemudian tersenyum. Sifat Arya benar-benar mengingatkannya pada sosok sang Ayah.

“Baiklah, Liana kalah sama Om. Liana akan tinggal di sini jika rumah itu benar-benar dijual Kak Poppy.”

...***...

“Setelah itu kita tuang air panas.” Adira menambahkan air dari termos ke botol susu, “jangan banyak-banyak nanti melepuh lidah si kembar.”

Abrisam yang menyimak mengangguk-anggukan kepala, “Nanti ditambah air dingin?”

“Iya, tapi sebelumnya kocok dulu.” Dari tadi Adira mengajarkan suaminya untuk membuatkan susu untuk bayi kembar mereka. Tujuannya, agar Sam bisa membantu meringankan pekerjaan Adira.

Giliran Sam yang menambahkan air dingin ke botol susu bayinya. Dira hanya memerhatikan pekerjaan sang suami.

“Nah gitu, duh pinternya suami aku.” Adira mencubit gemas pipi Abrisam. Sedangkan yang mendapat perlakuan seperti itu hanya tersenyum.

“Hadeh...” Dimas menghela napas berat, “seharusnya gue memang di rumah saja. Kenapa gue harus ke sini?”

Mendengar suara keluhan seseorang membuat Adira dan Abrisam menoleh. Dira tertawa pelan menatap ke arah sang kakak.

“Jomblo memang suka iri ya kalau ada orang pacaran.”

Kini Sam yang tertawa pelan sembari menutup rapat botol susu.

“Kalian itu hargain gue yang ada di sini. Kalian juga yang suruh gue kalau libur main ke sini. Malah membuat cowok single ini iri dan dengki.”

Adira tertawa lagi, “Ya sudah, sorry. Gue nggak tahu lo ada di situ, Kak. Mau apa ke dapur?”

Dimas mencibir, menarik satu kursi, dan duduk di depan meja makan.

“Lo mau apa ke sini, Kak?” tanya Dira sambil mengangguki Abrisam yang pamit pergi membawa botol susu anaknya.

“Gue mau ambil minum.”

Setelah tahu tujuan Dimas. Adira segera melangkah mengisikan gelas dengan air putih. Ia meletakkan gelas itu di depan sang Kakak, lalu diikut duduk.

“Bagaimana pekerjaannya?” tanya Dira menatap Dimas yang sedang meneguk air.

Dimas menyudahi dulu minum sebelum menjawab pertanyaan adik perempuannya, “Lumayan, walau dapat Bos yang galak lagi.”

“Bos nggak akan galak kalau lo kerja dengan benar. BTW, Bos barunya perempuan atau laki-laki? Yang dulu ‘kan Bapak-Bapak ya?”

“Perempuan,” jawab Dimas santai.

“Wih, single?”

Dimas mengedikkan bahu saja.

“Kalau Single, pepet saja ‘kak! Lumayan ‘kan dapet pacar Bos.” Adira tertawa setelah menyampaikan ide gilanya.

“Males banget.”

“Idih, aneh. Lo nggak doyan cewek?” Dira menatap wajah Dimas dengan dekat, “lo nggak kelainan ‘kan, Kak?”

Dimas mendorong wajah Dira untuk menjauh, “Sembarangan cocotmu itu. Gue suka cewek, tapi belum ketemu yang klop saja.”

Adira tertawa lagi, “Habis aneh nggak pernah punya pacar.”

Dimas diam saja. Pertama kali memiliki kekasih memang Dimas tidak memberi tahu siapa pun. Hubungan 6 bulannya bersama Iliana disembunyikan saja. Namanya, baru pacaran, ada rasa takut kalau sampai kabar itu sampai ke orang tua.

“Oh iya, gue baru inget.”

Dira sampai tersentak karena Dimas tiba-tiba berbicara dengan keras.

“Ingat apa?”

“Mau telepon, Mama. HP gue di kamar lagi.” Lelaki itu berdiri, “mau tanya ikan ****** gue sudah dikasih makan apa belum. Tadi berangkat ke sini gue lupa kasih ikan-ikan itu makan.”

Dimas tergesa-gesa berjalan kembali ke kamarnya.

“Ikan terus yang dipikirin. Carikan gue Kakak Ipar, Kak Dim!” teriak Adira yang tidak Dimas hiraukan.

...***...

Iliana terbangun dari tidur ketika merasa sesuatu mendesak keluar dari perutnya. Ia buru-buru berlari ke kamar mandi untuk memuntahkan rasa mual yang melanda.

“Oek...oek...”

Sedikit cairan tumpah ke wastafel. Wanita ini memutar keran air. Ia membersihkan mulut, lalu mematikan air kembali. Liana menatap pantulan dirinya dari cermin besar di depan.

Dia teringat oleh apa yang sebulan lalu dirinya dan sang kekasih lakukan. Liana berlari keluar dari kamar mandi dan meraih ponsel yang tergeletak di nakas.

Berkali-kali menyambungkan telepon ke nomor milik Alan. Namun, selalu operator yang menjawabnya. Sejak kepergian tiga minggu lalu, Alan memang sudah susah untuk dihubungi.

Mendadak kepala Iliana pusing. Ia memilih duduk di pinggir kasur sembari memegangi kepala. Sekarang rasanya dia benar-benar hancur. Bagaimana kalau Alan tidak mau bertanggung jawab? Apa lagi kalau sampai kabar ini di dengar Arya. Pasti pria itu akan kecewa berat oleh keponakan tersayangnya.

Terdengar dari luar pintu di ketuk dan suara seseorang meneriaki, “Permisi! Apa ada orang di dalam?”

"Sepagi ini siapa yang bertamu?"

Liana mengusap mata yang berair dan menyimpan kembali ponsel di nakas. Dia buru-buru menuju pintu utama rumah. Ketika pintu besar itu terbuka tampaklah dua orang laki-laki bertubuh kekar.

“Ada apa ya?”

“Permisi, Mbak. Karena orang yang bernama Poppy menggadaikan sertifikat untuk meminjam uang sebanyak 200 juta dan berjanji akan mengembalikan sekitar satu minggu dan sampai saat ini uang itu tidak ada dia kembalikan.” Salah satu pria bertubuh kekar itu menunjukan setifikat dan surat perjanjian penggadaian, “jadi, kami terpaksa menyita rumah ini sebagai ganti rugi. Saya harap Mbak bisa segera mengosongkan rumah.”

Bertubi-tubi masalah menimpah Iliana. Apa yang dia takutkan terjadi juga. Liana tidak habis pikir dengan Kakaknya. Poppy menggadaikan rumah demi uang 200 juta saja.

“Baik, saya akan keluar dari rumah ini. Kasih saya waktu untuk membereskan pakaian.”

“Oke, Mbak. Kami beri waktu sampai sore. Pukul 5 sore kami akan datang ke rumah ini lagi. Saya harap Mbak sudah siap untuk pergi.”

Iliana menganggukkan kepala. Kedua orang itu berpamitan dan meninggalkan kediaman Liana. Wanita ini, lantas menutup pintu kembali. Ia bersandar pada pintu besar ini dan meratapi nasib yang sedang ada dikedua pundaknya.

Wanita berpiama itu menyentuh perutnya yang masih datar. Dia tidak tahu harus berbuat apa kalau benar-benar mengandung anak dari Alan. Apa dia harus membunuh bayi ini saja?

...***...

A/N

Terima kasih sudah membaca💕

...Jangan lupa selalu tinggalkan vote, like, komen, dan rate. Di favoritkan juga ya biar biasa tau kalau cerita ini update^^...

Terpopuler

Comments

Bibit Iriati

Bibit Iriati

yahhh kok Liana dah Hamill,??

2021-02-08

0

lalalisa

lalalisa

Hai kak ceritanya menarik aku suka udah aku like and rate juga.
Btw mampir juga yuk kak di ceritaku,
judulnya: "pengagum kakak santri."

2021-01-12

0

🌼🌈𝔇𝔢𝔰𝔦𝔦 𝔏𝔲𝔱𝔳𝔦🌈🌼

🌼🌈𝔇𝔢𝔰𝔦𝔦 𝔏𝔲𝔱𝔳𝔦🌈🌼

Hai kakk, semangat terus ya
Ngga apa deh Liana nikahnya sama Dimas, yang penting bahagia, ya namanya jodoh ya, kan kita gabisa milih juga mau yang seperti apa, hehe

2021-01-12

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!