Part ini sudah di Revisi, jadi mungkin pembaca lama akan mendapati sedikit perubahan namun tidak mengubah alur dalam skala besar. Terimakasih🙏
Bugh..
Dengan kasar Dave menarik Sam menjauh dari Vania, lalu memukulnya dengan begitu kuat, sampai Sam tersungkur dengan sudut bibir yang berdarah.
"She's mine." Dave menggeram marah sambil menarik Vania ke belakangnya.
Dave berbalik menatap Vania yang terdiam kaku sambil menyentuh bibirnya dengan pandangan kosong. Dave mengusap bibir bawah Vania dengan jempolnya, lalu menatap wajah Vania yang masih terdiam kaku. Emosi Dave benar-benar tak terkendali hanya karena melihat Vania dicium oleh pria lain di depan matanya sendiri.
"Kau bener-benar mencari mati denganku?" Dave menarik kerah Sam agar pria itu bangkit berdiri. Namun Sam dengan cepat membalas memukul wajah Dave dengan sama kerasnya.
"Jangan menyentuhnya dengan tangan kotormu!" geram Sam tepat di telinga Dave.
"Sam, apa yang kau lakukan?" Vania bertanya dengan suara lirihnya.
"Maaf Zee, tadi benar-benar di luar kendaliku." ucap Sam sambil menggenggam kedua tangan Vania dengan lembut dan penuh penyesalan.
"Sam, first kissku." ujar Vania dengan pandangan tajam pada Sam yang berdiri di depannya.
"Maaf Zee." Sam menatap Vania dengan mata penuh rasa bersalah.
"Samuel, kurasa kau sudah melewati batasanmu sebagai sahabat anakku." ujar Jason yang tiba-tiba berada di antara Sam dan Vania.
"Sesuai pembicaraan kita tadi, aku akan membawa Vania pergi sekarang." Dave tak tinggal diam dan langsung menarik lengan Vania menjauh dari sana. Vania dapat melihat dengan jelas raut marah penuh emosi masih terpatri di wajah tampan Dave.
Suasana di dalam mobil begitu mencekam. Tak ada satupun di antara Dave dan Vania yang berani membuka percakapan. Dave yang duduk berdampingan dengan Vania di kursi penumpang, sibuk dengan pikiran masing-masing. Tangan Dave yang juga tak ingin melepaskan tangan Vania dari genggamannya.
"Aku harus pulang!" Vania membuka mulutnya sejak sekian lama ia berperang dengan pikirannya sendiri.
"Diam! aku tak ingin berdebat denganmu." Dave berkata tanpa melirik Vania sedikitpun.
"Perjanjian apa yang kau buat dengan Papaku?" tanya Vania dingin.
"Kau tidak perlu tau."
"Hehh.. Dia pasti menjualku padamu." gumam Vania dengan raut sedih.
"Kau bukan barang untuk diperjual-belikan." tambah Dave tak suka mendengar perkataan Vania.
"Lalu kenapa Papa begitu mudah menyerahkan aku padamu?" teriak Vania dengan wajah gusar.
"Kau tidak perlu tau."
"Dave kau sudah kelewatan. Kau bukan siapa-siapaku dan kau tak berhak melarangku dan membawaku sesuka hatimu. Aku berhak tau jika itu berhubungan dengan diriku sendiri." bentak Vania sambil mencoba melepaskan tangannya dari genggaman Dave.
"Shh.. Sakit." Vania meringis saat genggaman Dave mengerat begitu kuat, sampai Vania merasakan tulangnya yang sebentar lagi akan remuk seiring bertambah kuatnya tenaga Dave.
"Dave tanganku." Vania memukul lengan Dave kuat untuk menyadarkan pria di sampingnya ini.
"Maaf." Dave melepaskan genggamannya dan beralih mengelus tangan Vania dengan begitu lembut.
"Aku di luar kendaliku." ucap Dave, lalu mencium tangan Vania lembut.
"Jika tanganku benar-benar remuk, aku tidak akan bisa memasak dan yang paling penting aku tidak bisa meninju wajah seseorang dengan tangan kosong lagi." ucap Vania dengan wajah kesal. Dave terkekeh kecil, lalu mencubit pipi Vania gemas.
"Mengapa setiap tingkah lakumu kelihatan menggemaskan di mataku?" tanya Dave bingung dengan dirinya sendiri.
"Kau yang aneh. Semua teman sekolahku saja takut saat melihatku lewat. Kau malah mengatakan aku menggemaskan." ucap Vania sambil mencebik kesal karena pipinya yang selalu menjadi sasaran Dave.
"Mereka yang tidak tau dirimu yang sebenarnya adalah sosok menggemaskan seperti ini." Dave menekan pipi Vania dengan telunjuk kanannya, membuat wajah Vania kelihatan lebih menggemaskan ditambah pandangan polosnya dan mata bulatnya.
"Jangan menyentuhku, aku masih marah padamu!" Vania menghempaskan tangan Dave yang menyentuhnya dengan wajah memerah malu.
"Seharusnya aku yang marah padamu." balas Dave tak mau kalah.
"Kenapa jadi kau?" tanya Vania kesal.
"Kau membiarkan pria lain menyentuh bibirmu." Dave menatap Vania tajam dan tangannya terulur mengusap bibir Vania.
"Jika aku tau Sam akan menciumku, aku pasti akan menghindar." bela Vania pada dirinya sendiri.
"Tetap saja kau salah. Aku akan menghapus sentuhannya dari bibirmu."
Belum sempat Vania membalas, dengan begitu cepat Dave menarik wajah Vania dan meraih bibir gadis itu dengan bibirnya. Dengan kasar Dave mel*mat bibir Vania dengan begitu rakus, berusaha menghapus bekas sentuhan Sam pada bibir gadisnya.
"Dampphh..." Vania mencoba mendorong dada bidang Dave, namum sia-sia karena kekuatan pria yang menciumnya ini begitu kuat. Tangan Dave menarik pinggang Vania kuat sampai gadis itu terduduk di pangkuannya.
"Stommppphh!" Vania memukul bahu serta perut kotak-kotak Dave dengan kuat, mengisyaratkan agar Dave melepas dirinya karena sekarang Vania benar-benar kehabisan nafas.
"Kau... Hhh... Mau membunuhku ya?" tanya Vania kesal saat Dave melepas ciumannya.
Sedangkan Dave tersenyum menatap bibir Vania yang merekah merah karena ciuman panasnya barusan. Dave mengelus bibir Vania dengan jempolnya dan kembali mendekatkan wajahnya untuk meraih bibir Vania.
"Stop!" Vania dengan cepat menutup mulut Dave dengan kedua tangannya saat wajah Dave kembali mendekat ke arahnya.
"Kenapa baby?" tanya Dave sambil menggenggam kedua tangan Vania yang mencekal bibirnya.
"Jangan lagi atau aku akan benar-benar menghabisimu saat kita sampai." Dave memasang wajah menggelikan karna mendengar kata-kata Vania. Apa yang bisa gadis itu lakukan pada bos Underground terkenal seperti dirinya? Tunggu, Vania memang tak bisa memukulnya, namun Vania satu-satunya gadis yang membuat seorang Davin gila dengan sekejab mata.
"Aku ingin dihabisi olehmu di atas ranjang." ujar Dave yang dibalas pelototan tajam oleh Vania.
"Dasar mesum." teriak Vania sambil meninju pundak Dave kesal.
***
Vania melangkah cepat ke dalam mansion, lalu masuk ke kamar yang pernah ia tempati dan menghiraukan Dave yang jauh di belakangnya.
"Baby, pelan-pelan saja!" teriak Dave sambil menatap Vania yang berlari menaiki anak tangga dengan begitu cepat.
Sedangkan Vania yang mendengar teriakan Dave hanya berhenti sebentar, lalu menjulurkan lidahnya kesal ke arah Dave dan kembali berlari sampai ke kamarnya.
"Gadis kecil itu." gerutu Dave saat mendapat balasan mengejek dari Vania.
Ponsel Dave berbunyi, menunjukkan nama Steve di atas layarnya. Dave menerima panggilan tersebut.
"Ada apa?"
"Tuan, anda ada jadwal makan siang bersama Mrs. Katherine hari ini." ujar Steve—sekretaris Dave.
"Batalkan seluruh jadwalku hari ini! Aku akan menghabiskan waktu bersama kekasihku." ucap Dave dingin sambil melenggang ke arah kamarnya yang berdekatan dengan kamar Vania.
"Baik Tuan."
Dave mematikan sambungan telepon dan melangkah sampai ke kamar Vania dengan senyum berbinar.
Dave memutar knop pintu dan mendapati Vania yang sedang berbaring dengan posisi tengkurap. Vania yang menyadari kedatangan Dave hanya terdiam tak melakukan gerakan apapun.
"Kau sudah sarapan?" tanya Dave sambil duduk di sisi ranjang.
"Sudah bersama Sammy." ketus Vania.
"Kau tidak ingin sesuatu?"
"Tidak."
"Baby, look at me!" yang dibalas gelengan oleh Vania.
Dengan kesal Dave menarik tubuh Vania agar telentang, lalu menindih tubuh kecil gadis itu dengan tubuh kekarnya.
"Dave, kau berat."
"Aku tidak menimpamu sepenuhnya, aku juga menahan bobot tubuhku sayang."
"Tetap saja." geram Vania sambil mencubit perut keras Dave.
"Kau ini mencubit apa?" Dave terkekeh karenana tak merasakan cubitan apapun di perutnya.
"Perutmu kenapa tidak ada yang lembek? Semuanya keras." ucap Vania sambil meraba perut Dave dengan jemarinya.
"Aghh." Vania terkejut mendengar erangan yang keluar dari mulut Dave saat ia meraba perut pria tersebut.
"Ada apa?" tanya Vania heran.
"Kau membangunkanku hanya dengan elusan tanganmu." jawab Dave dengan mata berkabut penuh n*fsu. Dave dengan begitu cepat memangut bibir ranum Vania dan mel*matnya lembut.
"Sumpp dahmmpp." Vania mendorong wajah Dave dengan begitu kuat sampai pangutan mereka terlepas.
"Baby." sungut Dave dengan pandangan tak puas.
"Dave aku ingin tidur." Vania memiringkan tubuhnya menghadap samping dan menghiraukan Dave yang bertahan dengan posisi menindihnya.
"Baby, ayolah." Dave melontarkan ciuman-ciuman singkat di sekitar wajah, leher sampai pundak Vania.
"Dave tidurlah, jangan menggangguku!" Vania menutup area wajahnya yang sedari tadi menjadi lapak pendaratan bibir mesum Dave.
"Ini masih pukul 11 pagi baby."
"Dave kau ini lucu sekali jika bersungut seperti ini, tidak mengingat umur." Vania kembali meluruskan tubuhnya menatap Dave yang masih berada di atasnya.
"Baby..." tiru Vania dengan nada manjanya serta wajah imutnya.
"Jangan meniruku!" ucap Dave tajam.
"Oh iya, apa kau tidak bekerja?"
"Hari ini tidak."
"Oh."
"Kau tidak bertanya kenapa?" tanya Dave heran.
"Tidak penting." hati Dave melongos, lalu membiarkan tubuhnya jatuh menimpa Vania sepenuhnya.
"Aww.. Dave." Vania memberengut kesal saat Dave menimpanya.
"Dave bangun! Kau benar-benar berat." ucap Vania kesal, namun tak digubris oleh Dave sama sekali.
"Jika kau belum bangun juga, aku benar-benar tak mau berbicara padamu hari ini. Kuhitung sampai tiga. "
"Satu... "
"Dua... "
"Ti...... "
"Aku sudah bangun." Dave bangun dengan begitu cepat. Bagaimana tidak, ia sudah memutuskan untuk tidak bekerja hari ini dan menghabiskan waktu bersama Vania. Percuma saja jika Vania tak ingin berbicara padanya.
"Bagus, sana keluar dari kamarku!" titah Vania. Dave sudah tidak ingin membantah lagi karena pastinya Vania akan kembali mengancamnya dengan hal itu. Namun Dave melampiaskan rasa kesalnya dengan menggigit sedang leher putih Vania.
"Aww.. Dave gila! sakit."
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Kezie Fitri
gemes sama mereka berdua
2022-02-02
1
rednow
dave sama gila ky sean 😄
hahaha aku kebalik nih, nemu sean duluan baru dave
tp keren semua, sukaaaa 🤩🤩🤩🤩🤩
2021-04-24
0
Triiyyaazz Ajuach
ya ampun dave udh kaya vampir aja gigit" leher
2021-03-30
0