Part ini sudah di Revisi, jadi mungkin pembaca lama akan mendapati sedikit perubahan namun tidak mengubah alur dalam skala besar. Terimakasih🙏
Seminggu berlalu setelah kejadian tawuran yang dimenangkan oleh sekolahnya, Vania menjalani harinya lebih banyak di luar bersama dengan sahabat-sahabatnya. Sejak dulu ia tidak pernah suka pulang cepat ke rumahnya.
Vania Iylazee Addison, duduk di bangku akhir sekolah menengah berumur 18 tahun. Vania adalah gadis yang tumbuh dengan jiwa kuat. Ibunya meninggal saat ia berumur 7 tahun, di saat ia masih sangat membutuhkan kasih sayang seorang ibu. Papanya bernama Jason Bruce Addison adalah seorang workaholic. Bahkan saat ibunya dimakamkan, Papanya tak dapat hadir karena meeting bersama klien pentingnya.
Keluarga Addison dapat dikatakan keluarga yang kaya raya. Perusahaannya masuk diurutan dua puluh besar perusahaan yang berpengaruh di dunia. Vania begitu membenci papanya. Papanya menikahi seorang janda beranak satu dan umur anaknya tak jauh darinya. Vania melihat keluarga itu bahagia, namun tanpa dirinya di sana.
Vania duduk santai di sebuah cafe bersama teman-temannya dengan segelas jus jeruk di hadapannya. Sam menatap Vania yang duduk di sampingnya dengan tatapan hangat. Sam tau Vania sedang memikirkan keluarganya ketika sedang terdiam seperti ini.
"Zee, kamu ingin menginap di rumahku hari ini? Mama merindukanmu. Nanti aku yang akan meminta ijin pada Papamu." ucap Sam. Vania mengangkat wajahnya dan tanpa ragu menganggukkan kepalanya menyetujui ajakan Sam.
"Baiklah, aku akan menelepon Papamu sekarang." ucap Sam sambil meraih ponselnya di atas meja.
Tiba-tiba ponsel Vania yang berada di atas meja berdering dengan nyaring. Vania menatap ID Caller di layar ponselnya, lalu membuang nafasnya kasar.
"Tidak perlu menelpon Sam, dia telah meneleponku sekarang." ucap Vania sambil mengangkat ponselnya menuju telinga.
"Ada apa?" tanya Vania dingin.
"Tidak, hari ini aku menginap di rumah Sammy."
"Baiklah, Sammy akan menemaniku."
Vania langsung menutup sambungan teleponnya tanpa menunggu jawaban dari lawan bicaranya. Sam menatap lekat Vania yang sedang berbicara dengan papanya, sampai akhirnya Vania menutup teleponnya dan melempar ponselnya kasar. Abel dibuat tersentak karena lemparan Vania yang berhasil membuatnya terkejut.
"Sekarang apa yang dia lakukan?" tanya Sam dengan serius. Vania membuang nafasnya kasar.
"Dia menyuruhku pulang dan menghadiri sebuah pesta Perusahaan malam ini, kurasa dia ingin menjodohkanku lagi." ucapan Vania berhasil membuat keempat temannya tersentak kaget.
"Bukannya baru seminggu yang lalu dia menyuruhmu untuk menemui koleganya yang tua bangka itu, Papamu benar-benar gila." ucap Liam dengan ekspresi tak menyangka. Bagaimana bisa seorang Ayah menjual putri kandungnya sendiri pada orang yang bahkan lebih tua dari umur Ayahnya.
"Dia memang gila." balas Vania dengan senyum miris.
"Kita pulang sekarang!" Sam berdiri sambil meraih jaketnya dan menggendong tas ranselnya, sedangkan Vania masih duduk menatap Sam bingung.
"Kenapa?" tanya Vania bingung.
"Tidak usah banyak bertanya!" Sam menarik tangan Vania untuk menyuruhnya berdiri. Sam meraih jaket Vania dan memasangkannya pada tubuh gadis itu dengan penuh perhatian. Lalu Sam meraih tas ransel gadis itu dan langsung menarik Vania dengan tangannya yang bebas untuk keluar dari cafe tersebut.
"Kami duluan." ucap Sam datar pada ketiga temannya yang lain. Abel, Liam, dan Vico hanya dapat diam melihat kejadian barusan sambil menatap kepergian dua anak manusia tersebut dengan wajah heran.
"Sam pasti marah karena cemburu." ujar Abel memicingkan matanya seperti detektif dan mengusap dagunya sambil memasang senyum miring.
****
Sam menghentikan motornya di depan gerbang rumah Vania. Vania turun dari motor Sam, lalu menyerahkan helm yang ia pakai pada pria itu.
"Pukul 7 aku jemput." ucap Sam sambil mengelus rambut panjang Vania yang sedikit berantakan.
"Jangan terlambat!"
"Promise." jawab Sam dengan senyum manisnya, lalu mencubit pipi Vania dengan gemas.
"Sammy sakit." gerutu Vania dengan wajah kesal sambil mengelus pipinya yang memerah.
"Sorry Zee. Aku pulang, bye."
"Hati-hati!"
"Siap." jawab Sam tegas, lalu melajukan motornya dengan kecepatan tinggi. Vania menggeleng sambil tersenyum menatap motor Sam yang menghilang dengan cepat.
Vania melangkah masuk ke dalam rumahnya dan tak lupa menutup gerbangnya kembali.
***
Vania siap dengan gaun gold yang membentuk jelas lekuk tubuhnya. Vania yakin seribu persen kalau gaun ini pasti pilihan ibu tirinya yang bermuka dua itu. Kalian bertanya bagaimana Vania tau? Karena gaun terbuka ini benar-benar bukan stylenya. Vania lebih suka jaket jeans, celana jeans dan kaus oblong dari pada ini.
"Nona Vania, di depan sudah ada tuan Sam yang menunggu." Vania mendengar dengan jelas suara bibinya yang berbicara dari depan pintunya.
"Aku akan turun sebentar lagi Bi." teriak Vania sambil memakai high heels nya.
"Baik nona."
Sam menatap jam yang melingkar di tangannya, 7 menit lagi pukul 7 dan Vania belum turun juga.
Tak.. Tak.. Tak
Suara hentakan heels milik Vania terdengar jelas di telinga Sam, mengundangnya untuk melihat ke sumber suara, di mana Vania sedang menuruni satu-persatu anak tangga dengan begitu anggun.
Sam terdiam menatap gadis di depannya dengan mata berbinar. Sungguh, Vania begitu menawan malam ini. Namun Sam tetap tidak suka melihat betapa terbukanya gaun indah yang melapisi tubuh gadis itu, seakan memamerkan setiap lekuk badan Vania pada orang yang melihat.
Vania berhenti di depan Sam yang sedang menatapnya lekat. "Ada apa dengan gaunmu ini?" tanya Sam dengan wajah tak suka.
"Nenek sihir yang memilihnya. Aku diperintahkan untuk memakai gaun ini." jawab Vania dengan jujur sambil memasang raut wajah pasrah.
"Ck." Sam berdecak, lalu melepas jas yang ia pakai dan memasangkannya di tubuh Vania.
"Jangan dilepas selama pesta nanti!" titah Sam dengan tatapan tajamnya.
"Siap, yuk." jawab Vania dengan senyum manisnya, lalu menggandeng sebelah lengan Samuel.
***
Vania melangkah perlahan menuruni mobil disusul dengan Sam. Vania yang baru saja turun langsung melingkarkan tangannya di lengan Sam.
Sam menggandeng Vania, lalu memantapkan langkahnya untuk memasuki Hall Hotel tempat acara diselenggarakan. Gadis itu terlihat gugup saat seluruh mata mulai tertuju padanya, ditambah kilatan blitz kamera yang menerpa mereka semakin menambah kegelisahannya.
Ini pertama kalinya Vania menghadiri sebuah acara perusahaan yang sangat mewah seperti ini. Bahkan sampai ada para wartawan yang menunggu di depan hotel tersebut dengan serbuan kamera mereka. Sebelumnya, papanya selalu menyembunyikan keberadaannya dari khalayak dan media. Namun, Reana kakaknya, selalu ditampilkan dan menjadi kebanggaan papanya di depan umum. Vania hanya datang jika Papanya yang menyuruhnya.
Sam merasakan kegelisahan Vania karena genggaman gadis itu pada lengannya mengerat. Sam menoleh menatap mata gadis itu yang memancarkan kekhawatiran.
Sam menurunkan tangan Vania yang mengalung di lengannya, beralih menurunkan tangannya juga dan menggenggam tangan Vania erat.
Vania menoleh menatap Sam yang melempar senyum manisnya, seakan mengulurkan kekuatan padanya melalui genggamannya.
"Kamu harus ada saat nanti aku dikenalkan, Okey." bisik Vania mendekatkan wajahnya pada Sam agar pria itu mendengarnya, dikarenakan sekitar mereka sangat berisik oleh suara para wartawan yang melempar pertanyaan terus menerus.
"As you wish Zee." balas Sam dengan berbisik tepat di samping telinga Vania. Vania tersenyum, lalu menyelipkan jari-jemarinya di antara jari-jemari Sam dan menggenggamnya erat.
"Terimakasih Sammy." ucap Vania dengan senyum indahnya yang mampu membuat jantung Sam berdetak tak karuan saat itu juga. Sam hanya terdiam mencoba menetralkan jantungnya sambil melanjutkan langkahnya.
Di lain sisi, sepasang mata tajam sedari tadi menatap dingin ke arah dua anak manusia yang memasuki hall dengan begitu mesra. Matanya menyalang marah, genggamannya mengerat pada gelas Vodka yang berada di tangannya.
"Sir, acara sebentar lagi dimulai, anda harus membuka acara dengan kata sambutan." ucap sekretaris pribadinya yang datang menghampiri pria itu.
Tanpa menjawab, pria itu melangkahkan kakinya menuju panggung dan berdiri di atas sana dengan penuh karisma. Seketika seluruh wanita berbisik sambil menatap pria yang menaiki panggung tersebut dengan pandangan memukau.
Tak disangkal lagi ketampanan seorang Davin Anthonic Raveno. Sepertinya Tuhan begitu bahagia saat membentuk setiap lekuk pahatan wajah pria ini. Namun ketampanannya tak seiring dengan kelakuannya. Pria itu dikenal sangatlah dingin sebagai seorang pengusaha paling berpengaruh di Dunia.
Tapi tak banyak yang tau, Davin seribu kali lipat lebih kejam saat mengeksekusi korbannya. Nama Davin juga terkenal di dunia Underground karena kekejamannya. Apa yang dia inginkan pasti akan ia dapatkan. Apapun itu, gadis itu sekalipun, harus jatuh ke dalam genggamannya.
"Selamat malam, saya Davin Anthonic Raveno, selaku penyelenggara acara pembukaan cabang Perusahaan saya yang kedua ratus empat puluh tiga, dengan sambutan singkat ini, saya resmi membuka acara pada malam hari ini. Selamat Menikmati." Davin turun dengan riuh tepuk tangan dari seluruh tamu yang datang.
"Cabang perusahaan yang ke-243 bukankah itu gila Sam?" tanya Vania dengan wajah terkejut. Vania dan Sam sejak tadi sudah duduk di salah satu meja khusus dua orang.
"Ya dia pria gila yang kaya." jawab Sam sambil mengedikkan bahunya takjub.
"Apa dia sudah memiliki istri? Kurasa umurnya 28 atau 26. Dia masih sangat muda untuk bisa sekaya ini. Wah, Dia hebat." ucap Vania sambil menggeleng kagum dan matanya menatap pada pria yang sejak tadi sudah turun dari atas panggung.
"Kurasa belum, lihat dia kelihatan sangat suram." ucap Sam yang dibalas anggukan oleh Vania dan kekehannya karena mendengar lelucon Sam.
"Benar, bahkan dia tidak tersenyum sedikitpun saat berbicara tadi." ucap Vania.
"Zee, Papamu mendekat dari belakangmu." bisik Sam yang langsung menggenggam tangan Vania yang berada di atas meja.
"Huh." Vania membuang nafasnya kasar dan mencoba untuk bersikap setenang mungkin.
"Vania." panggil papanya. Vania menoleh dan menatap papanya santai.
"Ada apa?" tanya Vania.
"Ayo ikut Papa! Papa akan memperkenalkan keluarga kita pada seseorang." ucap papanya yang hanya dibalas dengan anggukan kecil.
"Ayo Sam!"
Vania melangkah beriringan dengan Sam yang merangkul pinggangnya dan berjalan menuju sebuah meja bundar di mana saudara dan ibu tirinya duduk.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Thor Vania sama Sam aja pleaseeee🙏🏻🙏🏻🙏🏻
2023-07-12
0
Qaisaa Nazarudin
Hurmm udah tau alurnya, Pasti anaknkandung serasa anak tiri,,Dan anak tiri serasa anak kandung, mana2 novel sama saja alurnya, gak jauh2 amat..
2023-07-12
0
ren_iren
mampir sini LG aku Thor 😀😀
2022-02-26
0