Part ini sudah di Revisi, jadi mungkin pembaca lama akan mendapati sedikit perubahan namun tidak mengubah alur dalam skala besar. Terimakasih🙏
Vania dan Sam duduk bersampingan di meja bundar besar tersebut. Mama dan saudari tirinya juga duduk dengan anggun sambil melempar senyum mereka kemanapun. Papanya sibuk memencarkan pandangannya mencari seseorang yang sejak tadi ia cari.
"Halo Mr. Addison." sapa seseorang yang tiba-tiba datang menghampiri mereka.
"Oh Halo Mr. Derrick." sapa Jason sambil mengamit tangan Derrick yang terulur ke arahnya.
"Perkenalkan Keluarga saya. Istri saya Rose dan putri sulung saya Reana dan putri bungsu saya Vania." ujar Jason.
Vania tersentak saat tangannya ditarik oleh Papanya dan menghadap pada pria yang terlihat begitu matang tersebut. Vania bisa menebak pria di depannya ini mungkin sudah menginjak kepala empat. Apa Papanya memperkenalkan ia dengan pria di depannya ini?
"Putrimu sangat cantik." puji orang bermarga Derrick tersebut sambil menatap ke arah Vania dengan wajah menggoda.
Vania mendengus sinis. "Perkenalkan Kekasihku, Samuel Kraven Johnston." ujar Vania sambil merangkul lengan Samuel dengan wajah menggemaskan.
Samuel tersenyum lembut pada Vania, lalu mengulurkan tangan pada pria tersebut dengan senyum di wajah tampannya. Pria tersebut mengetatkan bibir karena merasa direndahkan oleh Vania.
"Saya permisi." ujar pria tersebut, lalu pergi entah kemana. Papanya tampak memandang Vania dengan wajah marah, namun akhirnya kembali memencarkan mata mencari seseorang yang sejak tadi ia cari.
"Itu dia, jaga sikap kalian!" Jason tersentak, lalu menghampiri seorang pria dengan postur tinggi dan badannya yang gagah. Sedangkan Sam masih setia menggenggam tangan Vania.
"Mr. Raveno, senang bertemu anda lagi." ucap Jason dengan senyum ramah.
"Terimakasih Mr. Addison." balas orang yang disapa tersebut.
"Mari, saya perkenalkan dengan keluarga saya." yang dibalas anggukan oleh Davin.
Davin POV
Kuikuti langkah pria paruh baya di depanku ini menuju tempat keluarganya. Sampai mataku menangkap sosok gadis yang belakangan ini memenuhi pikiranku. Gadis itu duduk di samping seorang pria yang senantiasa menggenggam tangannya dan hal itu berhasil membuat emosi memenuhi diriku.
Jadi dia adalah anak dari Jason Addison.
Kulihat istri dan anaknya bangkit berdiri saat aku sampai di hadapan mereka. Aku tersenyum tipis, namun mataku fokus pada tangan pria itu yang menggenggam tangan mungil gadis tersebut dengan erat. Gadis di depanku ini adalah gadisku. Hanya MILIKKU, camkan itu!
"Kenalkan ini istriku Rose Addison, ini anak sulungku Reana Clarice Addison dan anak bungsuku Vania Iylazee Addison." ucap Jason memperkenalkan keluarganya.
"Saya Davin Anthonic Raveno." ucapku.
"Oh ya, jangan lupakan pria di sampingku, Namanya Samuel Kraven Johnston, dia kekasihku." ucap Vania menatap Samuel dengan tatapan penuh Cinta dan dibalas oleh Sam dengan kekehan kecilnya yang berhasil membuat emosiku semakin memuncak. Tanganku terkepal di sisi tubuhku dan gigiku merapat marah.
"Senang berkenalan denganmu Mr. Raveno." Aku ingat namanya. Dia si sulung Addison—Reana sedang memasang senyum genitnya padaku.
"Apa kau kedinginan Nona?" tanyaku saat melihat Vania yang memakai jas pria di sampingnya. Sejujurnya, aku tak suka melihat barang pria itu melekat pada tubuh gadisku.
"Tidak, Hanya saja...."
"Sudahlah Vania lepas saja jasnya! Cepat!" potong ibunya menatap Vania dengan tatapan tajam, lalu kembali tersenyum ke arahku. Dapat kulihat, Vania menatap Sam sebentar sambil melempar senyum manisnya.
Vania perlahan membuka kancing jas di depan perutnya dengan gerakan gemulai. Sial, bagaimana bisa hanya membuka kancing saja, pikiranku sudah melayang ke mana-mana. Dapat kupastikan jika tidak ada seorangpun di sini, aku akan langsung menerkamnya sampai habis.
Lalu gerakan membuka jas tersebut dari tubuhnya berhasil membuat aku meneguk ludahku kasar dan menahan gejolak tubuhku yang terbakar nafsu. Aku harus mandi air dingin setelah ini.
Bagaimana bisa di usianya yang terbilang muda, tubuhnya sudah terbentuk dengan begitu sempurna. Setiap lekuknya terisi dengan pas dan tidak ada yang berlebihan. Rasanya penglihatanku mengabur dan kepalaku pusing karena mabuk oleh gadis di depanku ini.
Shit, aku akan membakar gaun sialan itu.
Aku tambah terbakar, melihat tangan pria itu bersarang di punggung belakang Vania yang aku yakinkan kalau punggung gadis itu pasti terbuka lebar tanpa balutan benang sekalipun.
"Kau bisa memakainya lagi jika kau tak nyaman. Cepat pakai!" ucapku geram yang dibalas anggukan olehnya.
"Mari duduk Mr.Raveno!" ucap Jason dengan senyumnya dan hanya kubalas dengan anggukan kecil.
Setiap gerak gerik Vania dan pria itu tak luput dari penglihatanku. Mulai dari tangannya yang tak berhenti menggenggam tangan Vania sambil mengelusnya lembut. Sampai merapikan rambutnya dengan senyum menjijikkan dan mencuri kesempatan mengelus pipi mulus gadisku. Huh.... Aku benar-benar emosi melihat tingkah pria berengsek ini.
"Kamu mengantuk? Apa kita pulang sekarang saja? Aku tak ingin kamu kelelahan." ucap pria tersebut mengusap kepala Vania dengan lembut saat melihatnya menguap.
"Aku ingin pulang, ini sudah larut malam." jawab Vania dengan puppy eyesnya, yang membuat dia terlihat menggemaskan.
"Aku berjanji akan merebut Vania ke dalam pelukanku. Sial, aku bisa gila jika seperti ini terus menerus." batinku menjerit frustasi.
"Baiklah. Maaf Mr. Raveno dan Mr. Addison, kurasa kekasihku mengantuk dan besok kami masih harus bersekolah. Kami izin ingin pulang terlebih dahulu. Permisi." ucap pria itu, lalu menarik Vania dan menuntunnya lembut. Aku hanya dapat menatap kedua sejoli itu dengan tatapan datar, hingga keduanya keluar dari hall hotel ini.
****
Vania POV
Aku memasuki kelasku dengan langkah gontai dan wajah tak bersemangat. Huh... Aku lelah dan ingin tidur dengan pulas. Kulemparkan tasku kasar ke atas meja, lalu membaringkan kepalaku dengan santainya.
"Kamu kenapa?" tanya Abel yang menatapku bingung.
"Ngantuk." jawabku singkat.
"Hari ini sekolahnya Boby mau nyerang kita lagi. "Ucap Abel. Ya, aku tidak terkejut mendengarnya, karena sekolah mereka selalu saja tidak pernah menyerah untuk mengganggu sekolahku.
"Tinggal kita hadapi, selesai." jawabku tetap dengan mata terpejam.
"Oh iya bagaimana semalam? Kamu beneran dijodohin?" janyanya lagi.
"Aduh Belbel, aku mengantuk dan kamu masih saja bertanya. Aku tidak tau kelanjutan semalam bagaimana, yang penting aku sudah mengenalkan Sam sebagai pacar pura-puraku. Sudah? Sekarang biarkan aku tidur." jawabku dan kembali membaringkan kepalaku.
"Hehe.. Iya deh, nanti kalau ada guru aku bangunin ya?" tambahnya lagi yang hanya kubalas dengan deheman. Baru beberapa detik mataku tertutup, Abel kembali mengangkat suaranya.
"Van, Ms. Ladi datang." aku menggeram kesal, lalu mengangkat kepalaku dan melanjutkan pembelajaran dengan ogah-ogahan.
***
Selang tiga jam pembelajaran berlangsung hingga akhirnya bel istirahat berbunyi, aku bangkit berdiri bersama Abel menuju kantin untuk berkumpul bersama Sam dan yang lainnya. Oh iya, Sam, Liam, dan Vico, mereka bertiga satu kelas sedangkan aku dan Abel sekelas. Sehingga, kami memutuskan untuk berkumpul di kantin jika istirahat.
Aku menatap Sam, Vico, dan Liam sudah duduk di meja yang sering kali kami duduki, sambil bergurau melempar tawa. Sam yang pertama kali menyadari kehadiran kami, ia menoleh dan melempar senyumnya padaku. Aku melangkah pelan, lalu duduk di depan Sam sambil menidurkan kembali kepalaku di atas meja.
"Vania kenapa bel?" tanya Liam dengan wajah bingung.
"Katanya sih kecapean." jawab Abel.
"Pasti karena acara semalam." tambah Sam seiring usapan-usapan kecil yang kurasakan di atas kepalaku.
"Uhh... Imutnya." tambah Abel yang kuyakini pasti ia sedang memang wajah menggelikannya.
"Zee makan dulu, kamu pasti tidak sarapan lagikan? Maag kamu bisa kambuh kalau setiap pagi kamu menahan lapar sampai tiga jam." ucap Sam dengan nada kesalnya.
"Bel pesenin makanan kita seperti biasa, Liam temenin Abel!" tambahnya. Seiring tempat duduk yang bergeser menandakan kalau orang yang diperintahkan pasti sudah bergerak.
"Semalam gimana?" tanya Vico.
"Entahlah, Papanya memperkenalkan seluruh keluarganya pada Mr. Derrick dan Mr. Raveno, pria yang terkenal sangat kaya raya itu." jawab Sam masih terus mengusap kepalaku.
"Vania mau dijodohin sama pria yang mana?"
"Entahlah."
Brak
Tiba-tiba kurasakan meja yang kami duduki tersentak kuat, membuatku meringis terkejut sambil mengusap pipiku dan telingaku yang sedikit sakit. Dengan kesal aku mengangkat wajahku dan menatap ke arah pelaku yang melakukan ini.
Kutatap Sam yang berada di hadapanku melempar tatapan tajam ke arah kirinya.
Dengan cepat kutolehkan kepalaku ke arah tersebut dan mendapati kakak tiriku berdiri dengan tatapan tajamnya ke arahku.
"Untuk apa kau menggangguku?" tanyaku malas.
"Aku hanya ingin memperingatimu, jangan coba-coba menggoda Mr. Raveno karena kau benar-benar tidak pantas untuknya." ucap Rea dengan mata berkilat marah ke arahku.
"Ck... Benar-benar bodoh. Kau datang jauh-jauh ke sini hanya untuk ini? Membuang waktuku saja. Sudah selesaikan? Pergi sana!" aku menatapnya dengan tatapan mencemooh, lalu membuang tatapanku darinya.
"Camkan ucapanku!" kulihat Rea yang tetap memasang wajah marahnya tanpa tau malu, lalu beranjak meninggalkan tempat kami.
"Huh.... Aku butuh pelampiasan." ucapku sambil membuang nafasku kasar. Kulihat Abel dan Liam yang datang sambil membawa makan siang. hmm, aku akan menahannya sampai nanti.
Author POV
Vania turun dari motor Sam sambil menatap kerumunan anak sekolah lawannya dengan tatapan remeh. Sam berdiri di samping Vania, disusul ketiga teman lainnya. Ditambah para geng sekolah yang mereka bentuk.
Vania melangkah mendekati Boby sang ketua sekolah, sedangkan Sam hanya berdiri menatap apa yang akan Vania perbuat. Sebelumnya Vania dan Abel sudah mengganti rok pendek mereka dengan celana yang lebih nyaman digunakan saat bertarung.
"Hai sayang, lama tak bertemu." ucap Boby sambil menatap Vania yang berada di hadapannya.
"Kurasa kita baru bertemu minggu lalu, saat Sammy menghabisi wajahmu." ucap Vania sambil mencebikkan bibirnya mengejek.
"Sammy? Nama panggilannya buruk sekali." ujar Boby sambil tertawa sambil mengusap matanya.
"Itu panggilan kesayangan yang kubuat untuknya. Cobalah tertawa lagi, maka aku akan menghabisimu saat itu juga." ucap Vania menatap Boby dengan tatapan membunuhnya.
"Sayang, walaupun kau pandai dalam berkelahi, tetap saja kau ini adalah seorang perempuan. Aku tidak melakukan kekerasan pada seorang perempuan, terutama gadis cantik sepertimu." ucap Boby sambil mengulurkan tangannya untuk menggapai pipi Vania. Namun, dengan cepat Vania menangkap tangan Boby dan menghempaskan tubuh Boby ke jalan.
"Argh... Ke*arat, si*lan kau. Aku tak akan segan walaupun kau seorang gadis." ujar Boby sambil bangkit dengan raut wajahnya yang kesakitan.
"Ck, tak usah segan padaku karena aku yang akan membuatmu malu telah dihabisi oleh seorang perempuan." ucap Vania sedikit membungkuk meremehkan Boby yang terduduk di jalan.
"Ban*sat." Boby dengan cepat bangkit berdiri, lalu melayangkan tinju kanan nya ke arah wajah Vania. Vania mengelak dengan lihai, lalu menarik pundak Boby dan melayangkan lututnya kuat ke perut pria itu.
"Argh.."
Vania meraih kepala Boby, lalu melempar tepat wajah Boby ke lututnya. Boby meringis sambil memegangi hidungnya yang patah. Vania tersenyum miring menatap Boby yang terduduk sambil meringis kesakitan.
"Kalian semua masih mau bertarung melawan sekolah kami, setelah kami mengalahkan kalian berulang kali? Lihat ketua kalian saja kalah di tangan seorang gadis dan kalian masih tidak tau malu?" ujar Vania menatap antek-antek sekolah musuhnya yang menatap Vania geram.
"Harus berapa kali kami menghajar kalian sampai kalian bisa sadar, kalau kalian semua lemah. LE-MAH." tekan Vania di ujung kalimatnya dengan wajah berang.
Vania membuang nafasnya perlahan, lalu berbalik berjalan ke arah teman-temannya. Boby menatap punggung Vania dengan mata berkilat marah. Tanpa ragu ia meraih pisau lipat di saku celananya, lalu dengan cepat ia berlari sambil mengacungkan pisaunya ke arah Vania yang membelakanginya.
"ZEE DI BELAKANGMU...."
Vania menoleh ke belakang dan melihat Boby yang sudah sangat dekat di hadapannya dengan pisau yang mengacung dan tatapan membunuhnya.
"MATILAH GADIS SIALAN!!"
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
# Sam mmg ada rasa ke Vania
2023-07-12
0
Qaisaa Nazarudin
Untung aja selalu ada Sam,Aku pasti Dam mmg ada rasa ke Vania yg coba Sam pendam..
2023-07-12
0
Qaisaa Nazarudin
Gila,Udah gila so soan ngaku kepemilikan lg..🙄
2023-07-12
0